PART 25 (Ferdy Past)

4.7K 230 0
                                    

Criminal II

Aku dan Erik segera keluar dari tempat hingar bingar. Tidak terasa jam ditanganku menunjukan pukul 3 pagi. Aku membopong Erik yang sedang setengah mabuk. Aku berjalan menuju parkir sepeda motorku. Erik aku geletakan dilantai karena agak susah kalau aku sambil menghidupkan motorku.

"Emut dong Fer....", Erik mengeluarkan kata-kata jorok dari mulutnya. Anak itu memang kebiasan mengeluarkan kata-kata jorok kalau lagi mabuk. Pernah sempat sekali aku hampir diperkosa oleh dia.

"Gila kamu Rik, ayo cepat naik", aku membopong tubuh Erik yang lebih kecil dibandingkan badanku. Perawakannya yang kurus memudahkan aku untuk menaikannya ke atas motorku. Segera saja aku hidupkan motorku dan kembali ke rumahku tentunya. Mustahil aku membawa pulang Erik ke rumahnya, bisa-bisa aku dicincang sama orang tuanya.

Agak sulit memang membawa orang mabuk pulang menggunakan motor. Biasanya Denis membawa mobilnya buat kami bertiga. Tapi kali ini Denis tidak bisa membawa mobilnya karena dia dimarahi sama Ayahnya ketahuan menabrak orang saat mengemudi minggu lalu. Untungnya orang yang ditabrak tidak luka parah.

Aku bersyukur malam ini tidak sampai mabuk. Apa jadinya kalau sampai mabuk? Mungkin saja saat ini aku dan Erik tidur di pinggir jalan. Soalnya hari ini lagi kurang mood untuk minum, apa mungkin karena aku melihat cowok tadi? Dipikiranku sepertinya masih penasaran dengan cowok itu. Dipikir jauh-jauh, dia seumuran dengan aku dan pastinya klub malam kami hanya mengizinkan orang di bawah umur yang boleh masuk hanya aku dan temanku.

Perjalanan terasa sangat panjang. Beberapa kali harus turun dari motor untuk membetulkan posisi Erik yang tengah mabuk. Hingga akhirnya aku sampai di rumahku. Rumahku tepat berada di kompleks perumahan Soekarno-Hatta. Karena sekarang masih jam 3 lewat jalanan masih tampak sepi sesaat setelah aku sampai di depan rumahku. Yang pasti satpamnya sudah tidur jam segini.

Rumah yang bagiku seperti rumah hantu. Ukurannya sedang saja meskipun berlantai dua. Tetap saja yang menghuni hanya aku dan para pembokatku. Tapi khusus untuk malam minggu aku menyuruh para pembokatku untuk pulang ke rumahnya.

Sesampainya di depan rumahku, aku turunkan Erik yang sepertinya sudah sempoyongan. Dan tepat setelah aku turunkan dia, Erik langsung muntah di depan pagar rumahku. untung saja tidak muntah di punggungku waktu aku membonceng dia. Aku segera mengeluarkan kunci pagar dari dompet aku.

Aku perhatikan gembok pagar rumahku. Tidak terkunci! Lalu dari balik pintu rumahku keluar seseorang yang sepertinya aku kenal. Ya itu cowok yang tadi senyum dengan aku di klub malam.

"Rik tunggu sini", aku menyandarkan badan Erik di pagar. Aku buka pintu pagar kecilnya dan kemudian berlari ke arah cowok itu.

"Mau apa kamu!", bentakku sembari mengepalkan tanganku seakan-akan menantang dia untuk berkelahi.

"Eit! Jangan ngambek gitu dong", cowok itu terlihat mundur untuk menghindar. "Aku kan emang tinggal di sini"

"Tinggal?! Emang kamu sapa!", emosiku mulai meluap. Tapi tangan ini masih saja tertahan untuk tidak menghajarnya. Padahal biasanya aku sudah main hajar saja.

"Udah Fer, bawa masuk temanmu itu", ajak cowok itu.

"Kamu tahu namaku?", aku dibuat terheran dan bingung. Dari mana dia tahu namaku? Seketika saja amarahku jadi ciut.

"Ya tahulah, aku sudah siapin air hangat tuh", jawab cowok itu dan berlalu masuk ke dalam rumahku. Aku tertegun keheranan dibuat cowok itu. Aku merasakan perasaan aneh sesuatu yang ingin keluar dari dalam dadaku. Sebuah perasaan yang bisa dibilang seperti jatuh disaat pandangan pertama.

***

I'll Be Your Heart [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang