Cuacanya dingin sekali. Badanku rasanya sulit digerakkan seperti sudah mati rasa? Pengen bukakan mata tapi sulit sekali.
10 detik aku berusaha.
20 detik lagi aku berusaha.
1 menit pun sudah berlalu.
Sepertinya ditanganku ada yang bergerak, bentuknya kecil, ada sungutnya. Rasanya geli sekali. Perlahan-lahan aku membuka mata. Samar-samar aku melihat sebuah makhluk Tuhan yang paling indah, merah, kepalanya bergerak-gerak, bersungut, bersayap. Lucu sih tapi gimana gitu rasanya. Sulit membayangkan soalnya kepalaku masih belum menerima kesadaranku sepenuhnya. Makhluk itu aku pegang, tapi dia berlari dan merayap dari tangan kiriku ke bahu kiriku. Bentuknya semakin jelas, dan ya, aku yakin sekali, amat sangat yakin tahu nama makhluk itu, kalau ngga salah....
"KEEECOOOA!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!", aku berteriak sangat kencang sekali. Mahkluk itu aku lempar entah kemana. Aku pun langsung terbangun dan berlari berputar-putar di kamar.
"AAAAAAAAAAAAAAAAADA!!! KECOA!!!!!!!!!!!!!!!!!!!". Aku berlari dari kasur, ke lantai dari lantai ke kasur terus ke meja di kamar Ferdy. Jijik banget, baru kali ini mahkluk itu menyentuh kulitku yang halus itu. "HUAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!".
Pintu kamar Ferdy pun terbuka. Kayaknya itu Ferdy, dia seperti orang baru habis bangun tidur, soalnya cuma pake boxer aja..
"Kenapa kamu Dit? Kok teri...", kata Ferdy yang belum selesai bicara. Soalnya aku langsung memeluk badan Ferdy. Aku takut banget sama kecoa.
"Huaaaa bunuh Fer, jijik aku", pintak sambil memeluk erat badan Ferdy.
1 menit berpelukan aku masih menutup mataku dan memeluk erat tubuh Ferdy.
2 menit juga berlalu, ku mulai bingung.
Kemudian...
"Dit, kecoanya di belakang kakimu", ejek Ferdy.
Spontan saja aku kaget dan berteriak histeris. Aku peluk lebih erat lagi Ferdy. Dan dia malah tertawa.
"Udah Fer, aku takut!!!!". Kaki aku angkat naik turun. Hampir saja badanku goyah dan mau jatuh untungnya Ferdy langsung memeluk punggungku.
"Gimana mau bunuh kecoanya kamu peluk terus", protes Ferdy.
Aku baru sadar aku ternyata memeluk Ferdy cukup lama. Aku mulai melepas pelukanku tapi aku merasa ada yang keras di bawah, tepatnya di bawah perut. Kenapa ya? Aku sampai ngga sadar ada yang lagi tegang?
"Astaga Fer,kamu mesum!!", kataku sambil berlari menjauh, sudah ngga memikirkan kecoa lagi tapi memikirkan "itu"nya Ferdy yang lagi tegang. Dasar Ferdy mesum, masa dipeluk gitu aja langsung ting ting.
"Namanya juga kan baru bangun tidur, ya wajarlah "itu" bangun", jawab Ferdy.
"Ihhh, malu ah Fer!! Gila!!!!!!", aku bertingkah aneh. Kaki aku angkat kayak orang gerak jalan, tanganku ke sana kemari. Kepalaku geleng-gelengkan, memikirkan hal serba jijik menurutku.
"Hahahahahahaha", tawa Ferdy melihat tingkahku. "Nih pegang lagi". Ferdy mendekat ke arahku. Langsung saja aku ambil guling disampingku dan ku lempar ke Ferdy, kesal banget.
"Udah ah! Cepat bunuh kecoanya".
"Ia, ia, gitu aja marah", Ferdy segera mencari kecoa itu dan menemukannya tepat di bawah kasur. Dia pukul-pukul pakai sapu yang ada di kamarnya. Kecoa itu lari keluar dari bawah ranjang. Aku pun teriak dan naik ke atas ranjang. Dan jreb!! Kecoa itu pun mati. Alhamdullilah yaaaa sesuatu banget gitu.
"Udah mati tuh, ngga usah teriak", kata Ferdy menyuruhku turun dari ranjangnya. "Kamu mandi sana, ntar lagi sekolah lo".
"Telat-telat juga kan ngga apa-apa", jawabku santai. Aku segera turun dari ranjang Ferdy.
"Nih handuknya, kamar mandinya ada di samping kamar ini, pake aja sabunku".
"Ia, kamu ngga mandi?".
"Mandi dong, di kamar mandi bawah, apa mau mandi berdua?", tanya Ferdy genit ke aku. Ini anak kok kadang gayanya centil banget sama aku. Kadang ngedipin mata, sekarang megang-megang dagu aku.
"Ihhhh ogah, ntar kayak Dika", celetukku tanpa sadar.
"Kenapa dengan Dika?", tanya Ferdy. Kali ini nadanya agak serius. Aku segera lari ke kamar mandi, ngga mau berkata sepatah kata pun. Aku ngga mau Ferdy tahu apa yang terjadi.
.......
Sebenarnya aku mandi ngga terlalu lama sih, cuma 30 menit tapi si Ferdy cerewet sdah ngomel-ngomel. Katanya ntar bakal telat sampai sekolah. Untungnya Ferdy kemaren malam nyuruh sopirnya ambil baju sekolahku, lupa aku namanya kalau ngga salah Pak Tim? Benar ga?
Kata Ferdy Ibuku sampai khawatir aku ngga kasih kabar. Makanya tadi malam Ferdy kasih kabar ke Ibuku, bilang katanya si Adit kecapekan di pameran terus minta nginap di rumah dia. Yah, namanya ibuku ya percaya-percaya saja sama omongan Ferdy. Meskipun begitu aku berterima kasih sekali sama Ferdy, dia sudah baik bantu aku.
Aku menuju ke depan teras. Si Ferdy sudah menunggu diriku dengan motor gedenya itu. Wuih keren, dibonceng pakai motor gede. Kami berdua meluncurlah ke sekolah.
Sesampainya di sekolah, Ferdy katanya lagi ada urusan di lapangan basket, jadinya aku disuruh duluan ke kelas. Kelasku, masih seperti dulu saja, heh? Memangnya aku sudah bertahun-tahun tinggal? Oya, kalau di Kota Palangkaraya ada istilah sabtu beriman, singkatan dari bersih dan nyaman. Dari situ diwajibkan bagi semua instansi pemerintah termausk sekolah-sekolah memulai aktivitas hari sabtu dengan bersih-bersih. Yah gitu deh, membersihkan kelas, lapangan juga.
Lagi asyik-asyik bersih-bersih kelas. Aku dengar ada orang yang kelahi di lapangan basket. Wah, spontan saja aku langsung lari, kayaknya seru lihat orang kelahi. Aku dekati kerumunan orang yang menonton. Mendesak-desak menempati kursi terdepan. Akhirnya bisa juga menebus kerumunan itu. Sekilas aku dengar suara Dita. Berteriak melerai pertengkaran itu. Dan aku kaget, Dika dan Ferdy kelahi?***

KAMU SEDANG MEMBACA
I'll Be Your Heart [Completed]
Teen Fiction*Reupload Story* Original Author : steverahardian Gay Themed Story~