PART 11

7.3K 415 3
                                    

Seru juga perkelahiannya. Dita yang di samping mereka berdua mencoba melerai hingga terjatuh-jatuh. Kalau aku sih hanya bisa menonton, bingung kenapa Dika sama Ferdy berkelahi. Tapi kasihan juga, aku melihat mereka berguling-guling di lapangan basket. Beberapa kali tangan Dika menghajar wajah dan badan Ferdy begitu juga sebaliknya. Herannya kenapa hanya Dita yang melerai. Banyak orang tapi mereka hanya bisa menyorakinya, bahkan ada yang pasang taruhan.

Aku sih agak takut lihat orang kelahi kayak gitu. Dika sama Ferdy sama-sama ganasnya kalau kelahi, Dika sih aku sudah tahu ganasnya, he? Kenapa jadi mikir ganas-ganas?

Aku putuskan untuk maju ke medan perang. Walaupun ada indikasi aku akan menjadi korban senggol mereka berdua. Tapi ngga apa-apalah daripada ini perkelahian bikin masalah DO kan bahaya.

Aku mencoba untuk melerai mereka berdua. Aku dekati perlahan-lahan.

"Ferdy, Dika!! Udah aja kelahinya!!!", aku mencoba berteriak memisahkan mereka berdua. Tapi kok ngga di dengar kayaknya? Akhirnya aku nekat dan menerobos perkelahian mereka berdua. Dan brukk!!!!! Aku terjatuh karena tersenggol badan mereka. Badannya gede-gede sih, aku kan kecil ya gini jadinya.

Pantat aku sakit kena lapangan basket yang keras itu. Dorongannya lumayan keras. Sepertinya Dika dan Ferdy yang lagi kelahi kaget lihat aku terjatuh oleh mereka. Segera saja mereka berdua menggapai tanganku dan membantu aku berdiri. Ngomong-ngomong mereka cepat juga nolongnya kalau melihat aku jatuh. Spontan saja yang menonton pada heran, yang Dita saja sampai jatuh terjerebab ngga ditolong kenapa malah Adit yang baru jatuh sekali ditolong? Wahh langsung saja tangan aku lepas dari mereka berdua.

"Sudah ngga usah kelahi", kataku pelan dan malu karena dilihat orang banyak. Sumpah malu banget.

"Kenapa kamu ngga jujur Dit?", tanya Ferdy ke aku.

"Hahahahaha, kamu itu ngga ada artinya Fer buat dia", kata Dika mengejek lagi. Dengar kata-kata gitu Ferdy panas lagi, dan ya kelahi lagi lah. Untung saja Dika dengan cepat menangkis tinju Ferdy.

"Aku sudah ciuman dengan Dia", kata Dika lagi. Sepertinya dia memancing emosi si Ferdy.

"Sudah-sudah", aku mencoba melerai mereka berdua. Aku tarik tangan Ferdy, dan dia berhenti memukul Dika. Dita yang dari tadi di samping mereka berdua, bingung dengan perbincangan tadi. Untungnya karena riuhnya yang nonton jadi apa yang Dika dan Ferdy katakan kurang jelas jadinya.

Namun aku kecewa sekali sama Dika, kenapa dia mengatakan hal yang terjadi kemaren malam? Aku sedih, Dika kenapa kamu jahat sama aku? Salah aku apa? Padahal selama aku berteman dengan kamu aku ngga pernah nyakitin kamu apalagi jahatin kamu. Hatiku masih sakit karena perlakuanmu tadi malam. Andai kamu orangnya lebih baik dari Ferdy mungkin aku sudah suka dengan kamu dari dulu.

Tiba-tiba dari balik kerumuan. "Ada apa ini kok ribut-ribut!!!!!", kata Pak Des, kepala sekolah kami datang ke pusat keramaian ini. "Kalian berdua saya tunggu di ruangan saya sekarang!".

Mereka berdua pun berhenti kelahi. Wah, sepertinya masalahnya bakal tambah runyam. Mudah-mudahan saja ngga ada yang di deportasi dari rumah big brother? Heh? Maksudnya sekolah.

Diruangan kepala sekolah yang katanya terkenal angker.

"Kenapa kalian berdua kelahi?", tanya Pak Des.

Ferdy dan Dika hanya bisa diam. Mereka ngga mau menjawab pertanyaan Pak Kepala Sekolah. Oiya, sebelumnnya aku sama Dita disuruh ikut ke kantor juga. Kami berdua duduk di belakang, sedangkan Ferdy dan Dika duduk di dekat meja Pak Kepala Sekolah. Ya Tuhan, jangan sampai ada yang di DO.

"Kenapa ngga jawab?", tanya Pak Des sekali lagi. Dan kali ini pun mereka hanya bisa diam.

"Adit sama Dita tadi kalian berdua ada di TKP, pasti tahu masalahnya kan?", kali Pak Des mencoba bertanya ke Aku dan Dita.

"Saya kurang tahu Pak, tapi yang jelas Ferdy itu sudah nyakitin hatiku!", kata Dita cemberut. Kayaknya antara Dita dan Ferdy ada masalah. Memang apa yang terjadi kemaren malam, bukannya mereka sudah resmi pacaran? Apa benar omongan Ferdy mau mutusin Dita.

"Jadi kalian berdua kelahi karena Dita?", tanya balik Pak Des ke Ferdy dan Dika.

"Bukan Pak", jawab Ferdy.

"Ia bukan itu alasannya", tambah Dika. Mendengar jawaban mereka berdua kayak Dita tambah panas. Mukanya kayak banteng yang dimatador. Nafasnya memburu seperti banteng yang siap menyeruduk. Lucu ya, cantik-cantik kok pemarah?

"Terus oleh apa?", tanya Pak Des lagi. Dna kali ini pun mereka hanya terdiam.

"Ok lah kalau kalian ngga mau menjawab saya akan panggil orang tua kalian berdua".

"Jangan Pak", kata Dika memelas. Dia takut kalau ketahuan berkelahi di sekolah.

"Daripada kalian berdua saya DO lebih baik masalah ini kita selesaikan secara kekeluargaan", pungkas Pak Des.

"Oya, orang tua kamu ada di Palangkaraya?", tanya Pak Des ke Ferdy. Aku lupa, kalau orang tuanya ngga ada di rumah. Soalnya tadi malam aku nginap orang tuanya ngga ada.

"Hari ini mereka datang Pak", jawab Ferdy.

"Yawda, hari Senin depan saya akan bertemu dengan kedua orang tua kalian berdua, jangan lupa sebelum pulang ambil surat pemberitahuan di kantor saya. Sekarang semuanya bisa balik ke kelasnya dan jangan kelahi lagi".

"Ia pak", jawab Ferdy dan Dika.

Kami berempat segera meninggalkan kantor Pak Kepala Sekolah. Aku nyengir aja melihat kelakuan Dita, dia langsung pergi begitu saja. Kayaknya kesal sekali sama Ferdy. Tapi aku senang ternyata Ferdy ngga ada hubungan sama Dita. Dan Dika dia berlalu begitu saja, sempat sesekali Dika melihat aku. Aku hanya tersenyum kecil saja.

"Fer, kamu kenapa kelahi sama Dika?", tanyaku. Kami berdua menelusuri teras-teras kelas. Yap, kami mau ke UKS mau ngobatin luka memar di wajah Ferdy.

"Sepertinya aku ngga perlu jawab", kata Ferdy ketus. Kalau lihat sifat dia yang ketus gitu rasanya pengen banget aku tinju. Orang nanya baik-baik kok jawabnya sombong banget, memangnya aku gulali apa?

"Aneh kamu itu, aku kan cuma nanya", balasku.

"Ya aku tahu, dan aku ngga mau jawab, ok?", marah Ferdy. Aku kaget Ferdy bentak aku kayak gitu. Aku langsung memalingkan mukaku. Aku kecewa dia kayak gitu sama aku.

"Maaf, aku ngga akan nanya lagi".

"Ya kan ngambek, baru digitukan ngambek".

"Udah ah, obatin luka mu sana, kan di UKS banyak cewek-cewek cantik", balasku. Kali ini aku hanya menunduk. Soalnya pengen nangis.

"Ya ya ya ya, maaf, ngga usah marah gitu lah", jawab Ferdy. Dia mencoba mengangkat wajahku. "Masa dibentak gitu aja mau nangis".

"Ahhhhhh", aku cubit pipnya yang memar itu.

"Aduhhhhh sakit", teriak Ferdy.

"Udah ayo cepat ke UKS". Ak dan Ferdy menuju UKS. Di sana kebetulan ada temanku. Jadi dia yang mengobati luka Ferdy. Namanya Ferdy baru memar gitu saja sudah teriak-teriak kayak mau disunat saja. Tapi aku masih penasaran kenapa mereka berdua kelahi. Yang herannya kenapa tadi Dika bilang "ciuman sama dia"? apa jangan-jangan Dika cerita yang kemaren malam? Ahh ngga mungkin.

Oya aku penasaran juga sama orang tua Ferdy, katanya hari ini mau datang ke Palangkaraya. Apa ntar yang datang Ibu atau Bapaknya soalnya kan sudah cerai. Apa ibunya baik ya kayak ibuku?

***

I'll Be Your Heart [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang