PART 18

5.7K 308 2
                                    

Someone Like You

Aku mencoba menggerakkan semua tangan dan kakiku untuk berenang ke pinggir kolam. Namun usahaku sepertinya sia-sia. Aku tidak bisa berenang dan nafasku serasa sudah mau habis. Samar-samar aku lihat ada Tristan yang sedang tertawa melihat aku tenggelam.

"To..to..lo...ng..", ucapku terbata-bata karena aku berusaha untuk muncul kepermukaan air. Dadaku mulai terasa sesak, udaranya semakin sedikit yang bisa aku hirup. Mulutku selalu dipenuhi dengan air.

"Hahahahahahah! Kapok!", ejek Tristan yang tertawa melihat aku tenggelam. "Makanya jadi orang jangan songong".

Tristan masih saja tertawa terpingkal-pingkal melihatku tenggelam. Aku curiga dia yang melempar batu ke kepalaku. Ahh sudahlah, yang ada dipikiranku aku harus selamat. Ya Tuhan semoga ada yang melihat dan menolongku.

"TRISTAN!!!", teriak Dika. "KAMU GILA!!!". Dika mencoba berlari ke arah kolam renang, namun Tristan menghalang-halanginya.

"Udah, ngga usah ditolong Ka".

"Tapi itu anak orang...".

"KALO KAMU MAU MELANGGAR SUMPAHMU KAMU BISA AJA TOLONGIN DIA TAPI JANGAN HARAP AKU NERIMANYA LAGI!!!", teriak Tristan yang menghalangi usaha Dika untuk menolong Adit. Dika hanya bisa terdiam dan gelisah. Dia bingung dengan pilihan yang sekarang. Dika hanya bisa memegang kepalanya dan memukul-mukul kepalanya.

BYURR!! Tiba-tiba seseorang sudah terjun ke dalam kolam renang itu. Ferdy berusaha berenang ke arah Adit dan membopongnya ke pinggir kolam.

"Hahh~~hahhhh", kataku kehabisan nafas. Aku masih saja memegang badan Ferdy yang menolongku. Aku coba gerakkan tangan kiriku untuk meraih besi yang ada di pinggiran kolam.

"Kamu ngga apa-apa Dit?", tanya Ferdy.

Aku hanya bisa menganggukan kepalaku. Aku masih mengatur nafasku yang sempat hilang saat tenggelam tadi. Mulutku buka lebar-lebar agar semua udara bisa mengisi lorong paru-paruku. Ferdy yang sudah naik berusaha untuk mengangkat badanku ke atas.

"Ayo naik...", ucap Ferdy saat mengangkat badanku. Dia sangat kuat bisa mengangkat badanku ke atas lantai kolam.
Nafasku masih tersengal-sengal. Aku masih terbaring tak berdaya. Mencoba melihat sekeliling. Ada Tristan dengan mukanya yang sangat cemberut. Terus ada Dika yang masih menunduk. Dan di samping sekarang ada.....Ferdy.

"Kamu ngga apa-apa kan?", tanya Ferdy lagi. Dia memastikan keadaan aku.

"Ya", aku berusaha menjawabnya.

"Sini aku bantu berdiri", Ferdy membopong badanku untuk berdiri. Aku lingkarkan tanganku untuk memeluk tubuhnya agar bisa berdiri. Agak sedikit sulit karena nafasku masiih belum pulih namun aku mencobanya hingga akhirnya bisa berdiri tegap.

"Makasi Fer...h....hh", kali ini nafasku sudah mulai terasa normal. Walaupun dalam berbicara masih agak sengal-sengal kayak orang yang habis berlari 10 km nonstop.

"Kamu tunggu sini" ucap Ferdy ke aku. Dia segera pergi ke arah Tristan dan Dika dengan kondisi bajunya yang basah kuyup.

"Gila kamu Tris!!", ucap Ferdy marah. Dikepalkan tangannya dan melayangkan tinjunya ke arah Tristan. Belum sempat menyentuh wajah manis Tristan, tangan Dika sudah menghalanginya terlebih dahulu.

"Kamu mau apa Ka", ucap Ferdy marah.

"Dia ngga salah", jawab Dika.

"NGGA SALAH KATAMU!!!", Ferdy mencoba melepaskan tangannya yang dipegang oleh Dika. "KAMU KIRA YANG KAYAK GINI NGGA SALAH!!".

"Bukan gitu Fer, aku hanya....", Dika mencoba menjawab namun bingung untuk meneruskan kata-katanya. Dika hanya bisa tertunduk".

Aku yang melihat kejadian itu hanya bisa bingung mendengar percakapan mereka bertiga seakan-akan Dika, Tristan dan Ferdy pernah kenal sebelumnnya. Pokoknya jangan sampai Ferdy berkelahi lagi dengan Dika atau Tristan.

Badanku sudah mulai menggigil kedinginan. Aku arahkan kedua tanganku untuk memeluk badanku. Agar bisa terasa hangat walaupun itu mustahil dalam keadaan aku yang basah kuyup seperti ini.

Ferdy yang sangat marah dengar perkataan Dika segera mengarahkan tangannya dan memegang kerah baju Dika. Diangkatnya sehingga bisa terlihat jelas raut muka Dika yang kebingungan.

"Kamu masih mau mengulangi kesalahan kedua kalinya?", ucap Ferdy sinis. Dika hanya bisa menunduk dan menitikkan air matanya. Baru kali ini aku melihat Dika menangis. Ada apa ya?

"Kamu pikir seperti ini yang diinginkan Riki?", ucap Ferdy lagi.

"Bu..bukan gitu Fer..", suara Dika mulai diliputi kesedihan. Air matanya jatuh menetes mengingat nama itu.

"Udah lepasin Dika", Tristan mencoba meraih tangan Ferdy dan ingin melepasnya.

"Sudah Fer!". Kali ini Tristan mulai ikut menangis.

"Kalau kamu juga sayang Adit bukan gini caranya", kata Ferdy yang melepaskan tangannya dari kerah Dika. Sedangkan Dika hanya bisa terdiam dan mengusap-ngusap kedua matanya.

"Kamu Tristan kalau berani lagi ngelakuin ini ke Adit aku ngga bakal segan-segan memukul jantungmu itu", ancam Ferdy.

"Kamu jahat Fer!", balas Tristan sambil menangis. "Kamu lupa dengan apa yang kamu lakuin ke aku?".

"Harusnya kamu sadar Tris, sudah beruntung kamu bisa hidup untuk kedua kalinya", ucap Ferdy.

Ferdy segera beranjak pergi. Dia menghampiriku dan memegang tangan kananku lalu menariknya. Genggamannya erat sekali sehingga sulit bagiku untuk lepas bahkan mencoba berhenti jalan. Badanku jadi mengikuti kemana pun Ferdy melangkah.

Ferdy berjalan dengan begitu cepat. Aku hanya bisa terheran-heran dengan sikapnya. Kami berjalan memasuki pesta ulang tahun Dika yang berada di halaman tengah. Orang-orang yang melihat kami berdua menatap dengan jijik. Apalagi keadaan kami basah kuyup seperti ini. Ada beberapa orang yang aku lihat sempat berbisik-bisik. Entah apa yang dibicarakan orang itu.

"Adit.....", panggil Lola yang berlari ke arahku.

"A..a..aku pulang duluan", jawabku dengan nada suara yang agak nyaring. Ferdy tetap saja tidak menghiraukan panggilan teman-temanku. Mereka melihat dengan begitu herannya. Ditambah lagi kemunculan Ferdy di pesta. Aku lihat Anggi dan Desy menghampiri Lola, mereka begitu syok.

Ferdy yang tidak memperdulikan keadaan sekitarnya terus menarik tanganku. Membawa aku keluar dari rumah Dika. Kami tadi baru saja melewati gerbang penjagaan. Belum sempat aku jawab pertanyaan dari penjaganya Ferdy terus saja menarik tanganku. Sampai akhirnya kami berdua sampai di depan rumah Dika. Ternyata di situ Ferdy memarkirkan motornya. Di atas motornya ada jaket hitam milik Ferdy dan dua helm.

"Fer!! Lepasin sakit", erangku.

Ferdy hanya bisa diam dan melepaskan tanganku. Aku lihat dari mimik wajahnya terlihat tanpa emosi. Dia mengambil jaket itu dan memberinya ke aku. Ferdy segera menaiki motornya dan menghidupkannya.

"Fer, mau kemana?", ucapku lagi.

Kali ini Ferdy hanya diam di atas motornya yang sudah nyala. Mungkin aku tahu maksud Ferdy maka aku naiki juga motornya. Setelah itu aku dan Ferdy pergi dari rumah Dika. Cuaca malam yang dingin membuat badanku agak terasa dingin untungnya saja Ferdy tadi meminjamkan jaketnya. Ferdy terus saja membawa aku pergi entah kemana. Kami melewati jalan-jalan yang sepi. Aku hanya bisa memegang pinggang baju Ferdy. Kepalaku mulai tertunduk. Tak tahu air mataku menetes. Aku menangisi punggung Ferdy. Ferdy yang tahu aku mulai menangis menghentikan motornya. Sekarang kami berada di jalan sepi. Kami berhenti tepat di depan lapangan kosong. Ada sebuah lampu jalanan di belakang kami. Suasananya begitu sepi.

"Fer...", suaraku diselingi dengan isak tangisku. Tanganku masih saja memgang pinggang bajunya.

"Aku takut Fer", kataku lagi. "Aku ngga bisa apa-apa tanpamu Fer!! Aku sudah mencoba untuk mencari seseorang seperti kamu tapi ngga ada".

Aku masih saja terus menangis dan berbicara ke Ferdy sedangkan Ferdy hanya bisa diam.

"Dihatiku ngga ada orang lain selain kamu Fer!!", kataku sambil menangis. Aku ingin meluapkan rasa yang ada dihatiku agar Ferdy tahu perasaanku.

"Aku kangen sama kamu tapi aku takut kamu ngga menanggapinya", ucapku lagi. "Aku sudah ngga tahu lagi harus gimana lagi". Tanganku semakin erat memegang pinggang baju Ferdy.

"Seandainya Dika seperti kamu mungkin aku bisa terhibur", aku mencoba untuk jujur. "Tapi aku ngga bisa, dihatiku cuma ada kamu Fer! Aku ngga tahu harus gimana lagi".

"Aku sayang kamu", aku terus saja menangis. Aku menangis karena dadaku terasa sesak. Perasaan ini, perasaan disaat Ferdy pergi mulai menyayat. Aku ngga mau Ferdy pergi untuk kedua kalinya. "Maafin kesalahanku, aku merasa sakit tanpamu".

"Aku menyesal sudah cuek sama kamu", air mataku terus saja membanjiri wajahku. Dinginnya malam sudah tidak terasa lagi. Ferdy yang tahu aku lagi dalam emosi sedih mulai memegang kedua tanganku dan mengarahkannya untuk memeluk tubuhnya.

"Aku kan sudah janji buat jagain kamu", ucap Ferdy seadanya. "Ini sudah malam, kamu pulang aja dulu ke rumahku".

"Ia", jawabku.

"Jangan sedih lagi, aku sudah disini".

Aku langsung memeluk tubuh Ferdy. Entah darimana perasaan takut, khawatir, sedih jadi menghilang dari dadaku. Rasanya hangat saat memeluk tubuh Ferdy. Aku merasa dilindungi.

Ferdy segera memacu motornya menuju rumahnya. Kepalaku sandarkan dipunggung Ferdy. Aku menutup mataku agar bisa merasakan tubuh Ferdy. Malam ini menjadi malam terindah buatku karena Ferdy sudah kembali datang untukku.

***

I'll Be Your Heart [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang