PART 28

5.1K 234 1
                                    

The One That Got Away.

Aku pernah sempat pacaran dengan seorang cewek. Lumayan cantik dan manja. Saat itu aku benar-benar merasa bahagia karena bisa pacaran dengan seorang cewek waktu SMP kelas 1. Seperti layaknya orang yang pacaran. Mulai hari ini aku harus menjemput dia buat ke sekolah. Aku kemudikan motorku yang trendi. Dan aku berjalan menuju rumahnya yang kebetulan se kompleks dengan rumahku.

Sesampainya aku di rumahnya, segera aku ketuk pintu rumahnya. Dan pacarku pun datang membukakan dengan penuh senyuman.

"Aku anter ya", pintaku.

"Ia", jawab pacarku.

"Ta, sini dulu", panggil Ayahnya yang muncul di ruang tamu.

"Ia pah", jawab pacarku dan berlalu.

Aku pun berdiri menunggu di dekat pintu. Lalu tanpa disangka aku mendengar percakapan pacarku dengan Ayahnya.

"Ngapain kamu berteman dengan anak kayak gitu", tegur Ayahnya.

"Ya kan ngga apa-apa pah", jawab pacarku dengan logat jawanya yang kental.

"Dia itu anak pungut! Liat aja orang tuanya ngga ada di rumah", ejek Ayahnya yang tidak langsung menyindirku. Ya aku tahu aku anak yang selalu ditinggal sama kedua orang tuaku. Aku selalu hidup bersama dengan pembantuku yang tiap dua tahun sekali ganti. Jadi wajar saja orang-orang menaruh curiga dengan diriku. Mereka selalu bilang keluargaku itu keluarga Broken Home padahal aku sudah jelas-jelas mengatakannya kalau itu tidak benar sama sekali. Tapi apa mau dikata, mereka lebih percaya dengan gosip daripada aku.

Semenjak itu aku putus dengan cewekku. Dan karena berbagai sindiran itu pun akhirnya aku nekat berbuat nakal. Mulai dari merokok, minum-minuman, kebut-kebutan hingga akhirnya aku di DO dari sekolahku. Kedua orang tuaku pun hanya bisa pasrah dan memindahkan aku ke sekolah yang sebenarnya kurang "beken". Tapi bagiku itu sekolah "beken" karena semenjak aku bersekolah disitu aku bisa mendapatkan teman yang benar-benar teman mereka adalah Erik, Fyo dan Denis. Kami selalu bergembira bersama-sama.

Mulai dari jalan-jalan ke Payung, ke Jatim Park, ke Selecta sampai ke Pantai Balekambang. Mungkin semua tempat di Malang tidak bisa menggambarkan isi kegembiraan aku bersama ketiga sahabatku. Sungguh menyenangkan bisa berbagi suka dan duka dengan ketiga sahabatku. Hingga akhirnya kejadian Riki singgah di hidupku yang membuat hidupku kacau. Asal kalian tahu, setelah kedua orang tuaku tahu terutama Ayahku, Riki sudah meninggal, aku dihajar habis-habisan oleh ayahku. Ego Ayahku memang sangat besar mengalahkan semua rasa sayang ke anaknya. Aku sampai sempat masuk rumah sakit karena pingsan dihajar Ayahku. Semenjak itu rumah tangga kedua orang tuaku mulai buyar. Terpaksa aku harus dipindahkan lagi oleh Ibuku ke Kalimantan tepatnya di tempat Nenekku yang terakhir, Ibu dari Ibuku. Dan aku harus merelakan berpisah dengan ketiga sahabatku. Terakhir kali aku bertemu mereka saat mengantar aku di Bandara Juanda.

......................................

Di Bandara Juanda.

"Ati-ati ya Fer, jangan lupa kontaknya", ucap Erik yang terlihat sedih melepas kepergianku. Sedangkan temanku Fyo dan Denis sedang ke kamar kecil.

"Ia, kamu juga", jawabku.

"Aku ngga nyangka aja ada kejadian sepeti itu, kenapa kamu ngga bilang?", tanya Erik.

"Maaf Rik, saat itu aku lagi kacau".

"Lain kali cerita, untung udah ketangkap pelakunya", ucap Erik yang memegang pundakku.

"Aku mau bilang satu rahasia sama kamu".

"Rahasia apa Fer?", tanya Erik bingung.

"Tapi apa kamu masih mau berteman dengan aku setelah aku beritahu rahasiaku?", tanyaku balik.

"Apa pun yang terjadi sama kamu, aku tetap menganggap kamu sahabat terbaikku", yakin Erik.

"Bener?", tanyaku kembali.

"Ia", kata Erik.

"Aku gay", jawabku singkat. Seketika saja Erik terdiam sebentar dan akhirnya tertawa terbahak-bahak.

"Hahahahahahahahaha", tawa Erik.

'Kenapa ketawa?", tanyaku heran. "Ah gitu kamu!".

"Aku kira apa, Fer Fer", kini tawa Erik sedikit mereda.

"Jadi gimana?", tanyaku lagi.

"Kan aku tadi sudah bilang apapun yang terjadi aku tetap sahabatmu", jawab Erik.

"Makasi ya", kataku senang.

"FERDY.......", teriak Ibuku yang sudah berada di antrian ruang check in.

"Ia Mah, aku pergi dulu ya", ucapku buru-buru.

'Ia ati-ati bro, jangan lupa pacarnya ntar dikenalin".

"Beres!!!!".

Aku bersama Ibuku pergi meninggalkan tanah jawa. Itu terakhir kalinya aku menjejakan kaki di Pulau Jawa. Aku merasa akan lama lagi kembali ke Jawa. Dan berharap dapat hidup yang lebih baik di Palangkaraya nanti.

Di Kalimantan aku tinggal di Kota Palangkaraya bersama Nenekku. Beliau lah yang sudah mengajari aku arti hidup dan membuatku berhenti untuk menjadi anak nakal. Namun sayang belum sempat aku lulus SMP nenekku sudah pergi meninggalkan dunia ini. Untuk kali ini aku juga rela orang yang aku sayangi pergi lagi. Tapi aku sempat berjanji akan menjadi anak yang baik ke Nenekku.

Dan akhirnya aku masuk ke SMA Favorit di kota itu. Aku cukup senang dan bangga ternyata aku juga pintar dalam hal belajar dan tentunya ini berkat didikan Nenekku. Sehingga bisa masuk di sekolah itu. Ada satu hal yang membuat aku tersenyum kembali. Aku menemukan sosok orang yang bisa aku sayangi lagi yaitu Adit. Tapi karena banyaknya pengalaman pahit aku masih belum bisa untuk berhubungan lebih jauh lagi dengan dia. Walau pun kadang aku cemburu dia berada di dekat Dika. Ya Dika, aku kaget juga bisa bertemu dengan dia di kota ini dan SMAku. Alasannya karena kedua orang tuanya di pindah tugaskan di Kota Palangkaraya. Makanya Dika juga bersekolah di sini. Hari terburukku pun terjadi karena ada dia. Entah kenapa aku tidak cocok dengan Dika.

.............................................

Di Lapangan Basket SMA aku.

"Hei!!!", aku mencoba menyeret Dika yang tengah asyik duduk bersama temannya. "Apa yang kamu lakuin sama dia?".

"Kenapa?", balas Dika dengan nada ejekannya.

"AKU TANYA!!!!", kataku dengan emosi yang sudah memuncak.

"Yang aku lakuin itu sama dengan apa yang kamu lakuin dulu", ejek Dika.

Langsung saja aku menampar wajahnya. Dan akhirnya perkelahian di mulai. Aku akui badan Dika sekarang ini lebih tinggi dari aku. Tapi dari segi kekuatan jelas aku menang. Perkelahian kami pun menjadi tontonan beberapa anak di sekitar lapangan. Dita yang datang berusaha melerai kami berdua tapi usaha itu sia-sia sampai akhirnya si "orang rebutan" datang di tengah perkelahianku. Adit mencoba menarik-narik lenganku agar tidak berkelahi lagi. Saat itu aku memang benar-benar termakan emosi. Hingga tidak sadar kalau ada guru yang datang ke lokasi kejadian.

Setelah kejadian itu datanglah beruntun masalah di keluargaku. Ibuku datang ke Palangkaraya selain untuk menjenguk karena aku sudah berkelahi juga untuk membawaku ke pengadilan agama karena sebentar lagi kasus perceraian kedua orang tuaku akan dilakukan. Dan aku disuruh untuk memilih untuk ikut dengan siapa. Sempat sesaat sebelum aku pergi ke Jakarta aku sudha melakukan hal yang menurutku salah. Aku telah mencium Adit.

Mungkin dia terasa sangat syok dengan kejadian itu. Aku juga bingung kenapa aku melakukan hal itu. Apa karena saat itu dipikiranku berusaha untuk menghapus jejak bibir Dika? Yang jelas aku sangat cemburu sekali tahu Adit dan Dika smepat jalan bareng di sekitar kompleksnya. Saat itu aku datang bersama Ibuku yang ingin sekali tahu tentang Adit. Karena memang semenjak aku sekolah, aku selalu menceritakan ke Ibuku tentang Adit maka dari itu Ibuku ingin sekali datang ke rumah Adit. Tapi apa yang didapat aku malah dipojokan oleh kedua orang tuaku. Dan aku harus melakukan hal jijik yaitu bersalaman dengan Dika utnuk bermaafan.

Ada satu hal yang membuat dadaku panas. Disaat aku mengantar Ibuku ke sekolahku untuk minta izin untuk "kepergian" sementaraku. Aku melihat Dika merangkul pundak Adit. Sedangkan aku hanya bisa diam menatapnya dari mobil Ibuku. Rasanya ingin aku pecahkan kepala Dika itu. Apalagi aku harus pergi seminggu lamanya, aku tidak tahu apa yang bakal Dika lakukan ke Adit. Padahal malamnya aku berusaha untuk menghubungi Adit. Tidak kali itu saja aku mencoba menghubunginya, aku selalu dan selalu menghubungi Adit namun dia malah tidak merespon kontakku. Sedikit kecewa sebenarnya sampai akhirnya aku putuskan seminggu untuk tidak menghubungi Adit dan berharap dia baik-baik saja.

............................................

Sampai akhirnya aku mendapat kabar dari Dita kalau Tristan akan bersekolah di Palangkaraya. Aku sangat terkejut mendengarnya. Bahkan aku mencoba untuk mengontak beberapa temanku di Malang terutama Erik. Dan ternyata memang benar Tristan ingin bersekolah di Palangkaraya. Hingga akhirnya Tristan menghubungiku lewat sms dan mengatakan dia ingin merayakan ultah Dika bersama Adit "tersayang". Langsung saja aku menaruh curiga dengan maksud Tristan mengundang Adit. Untungnya sorenya aku bisa kembali dari Jakarta dan langsung menancapkan gas motorku untuk pergi ke rumah Dika. Di sana aku dapat kemudahan untuk masuk ke pesta ulang tahun Dika tentunya itu berkat Dita yang ternyata masih berharap pacaran denganku. Tapi maaf aku tidak nafsu dengan cewek seperti Dita.

Dan kalian pasti tahu apa yang terjadi dengan Adit di ulang tahun Dika? Aku berusaha untuk menolongnya yang sedang tenggelam di kolam renang itu. Untungnya Adit tidak kenapa-napa. Dan saat itu emosiku kembali memuncak. Dan spontan saja aku memaki-maki Dika dan Tristan. Yang tentunya aku harus kembali mengenang Riki, pengorbanan Riki untuk Tristan, dan kenangan Riki bersama Dika. Aku berharap mereka berdua sadar dnegan apa yang mereka lakukan itu. Karena yang terjadi kali ini adalah hal yang salah. Aku yakin Riki akan menangis di surga kalau tahu kejadian ini.

.............................................

Aku membawa Adit jauh-jauh dari acara Dika itu. Sesaat aku berhenti dan mendengar dia menangis tersedu-sedu. Aku mencoba untuk menenangkannya agar tidak terlalu dalam merenungkan kesedihannya. Malam itu juga adalah malam aku berakting berpura-pura tidak "suka" dengan Adit dan menolak perasaannya. Aku berusaha menutupi perasaanku sendiri walau pun itu sangat sulit. Membohongi perasaan sendiri itu sama saja bunuh diri. Tapi aku masih belum mau mengatakan "Aku mau jadi pacar kamu Adit".

...............................................

Di Rumah Sakit Dr. Doris Sylvanus.

Malam itu tepatnya tengah malam aku ingin menjenguk Adit dan memastikan apa benar Dika datang menjaganya. Aku datangi kamarnya dan aku melihat mereka berdua tidur bersama. Rasanya sangat sakit melihat mereka berdua tidur berpelukan seperti itu. Aku hanya mencoba untuk berpikir positif mungkin Dika benar ingin menjaga Adit.

Aku pun segera berlalu di tengah malam itu. Tengah malam di rumah sakit. Yang mungkin buat sebagian orang itu akan menajdi hal horor. Dan memang benar, beberapa kali saat aku balik ke parkiran aku menemukan beberapa hal gaib. Tapi whatever lah.

Ada satu hal yang ingin aku sampaikan ke para pembaca. Kadang kita terlena saat kita pacaran. Senang selalu bisa berkencan bahkan sampai melakukan hubungan seks. Tapi tidak pernah sekalipun terlintas apa yang akan kita lakukan saat itu juga kita harus berpisah dengan pacar atau kekasih kita. Kita tidak pernah merencanakan hal itu. Karena aku baru saja mengalaminya. Dan karena itu sekarang aku akhirnya tahu kalau cinta itu juga punya 'harga' yang sangat mahal.

...............................................

Sementara itu kembali di ruang inap Adit saat Ferdy datang melihat Adit.

SREK SREK...........

Terdengar suara langkah kaki di depan kamarku. Aku yang tadinya terbangun di tengahnya malam langsung bergidik merinding. Untung Dika tidur di sampingku jadi aku bisa memeluk dan bersembunyi di antara tangan dan badannya. Aku sangat takut Dika.

***

I'll Be Your Heart [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang