PART 17

5.7K 267 1
                                    

Last Friday Night

"Dit, selamat tinggal", ucap Ferdy yang hilang dikabut yang gelap.

"Fer!! Tunggu, kamu mau kemana?", jawabku berlari mengejar sosok Ferdy yang semakin hilang oleh kabut.

"Kamu jangan pergi Fer, aku sayang kamu.....", aku mulai tersungkur, menangisi kepergian Ferdy.

"Dit, maaf aku juga harus pergi", kali ini Dika muncul di samping dan mulai menghilang berjalan ke arah kabut gelap.
"Dika!?", balasku. "Kamu mau kemana? Aku ngga mau sendirian?".

Aku terus berlari dan berlari mengejar sosok Dika. Dadaku terasa kaku karena kabut gelap ini. Rasanya sangat menyesakkan dada. Namun tanpa henti aku terus berlari dan tidak melihat di depanku ada jurang. Aku terperosok ke dalam jurang yang curam.

"AAAAAA~~~~~", teriakku.

Hah, hah, hah. Badanku bercucuran keringat. Aku sontak terbangun dari mimpi burukku. Astaga ternyata itu hanya mimpi. Aku lihat jam dinding di kamarku. Sudah menunjukkan pukul empat sore. Ternyata aku tertidur cukup lama siang ini. Kepalaku agak pusing, mungkin karena mimpi tadi ya. Seram juga, kenapa aku bisa mimpi seburuk itu.

Aku segera beranjak dari tempat tidurku menuju kamar mandi. Aku cepat-cepat ingin membasuh mukaku dan mandi membuang sial mimpiku tadi. Aku berlari keluar kamar dan mengambil handuk yang sudah tergantung di jemuran depan kamar mandiku. Aku masuk ke kamar mandiku, melepas pakaianku dan langsung membasuh kepalaku dengan air.

Oya, aku lupa hari ini sudah hari jumat. Hari di mana Dika ulang tahun yang ke-17. Aku bingung mau kasih kado apa ya buat Dika? Lagian aku telat bangun jadi ngga sempat beli kado.
"ADIT!!! Temenmu datang tuh", teriak Ibuku dari depan pintu kamar mandi.

"Yah mah, bentar lagi", jawabku. Aku percepat mandiku. Desy dan kawan-kawan sudah datang bersiap-siap pergi ke pesta ulang tahun Dika. Senangnya bisa pergi dengan para sahabatku.

Ibuku berlalu meninggalkan kamar mandiku menuju ruang tamu. Di sana sudah ada Desy, Lola dan Anggi. Rencananya memang kami bareng datang ke rumah Dika. Secara aku ngga punya kendaraan buat ke sana, maksudnya kendaraan pribadi.

"Tunggu dulu ya, Aditnya masih mandi", jawab Ibuku ke teman-temanku.

"Ia Tante, kami tunggu kok", balas Desy.

"Tante tinggalin dulu ya, mau nyuci piring dulu".

"Ia tante", jawab temanku serentak.

"Dasar Adit masa baru jam segini baru mandi, udah jam berapa neh", gerutu Lola.

"Udah tunggu aja", jawab Anggi menenangkan Lola.

"Tumben hari ini naik motor berdua?", goda Desy.

"Ah...itu...", Anggi gugup menjawabnya. Digaruk-garukkan kepalanya.

"Biar hemat Des", jawab Lola sekenanya. "Bensin mahal".

"Oh gitu ya?", jawab Desy memonyongkan bibirnya.

Anggi dan Lola yang melihat tertawa lucu dengan gaya bibirnya Desy yang jenaka. Sampai akhirnya Adit muncul dari ruang tengah. Teman-temannya lumayan lama nunggu, maklum kalau Adit hobinya berlama-lama.

"Maaf lama..", kata Adit nyamperin teman-temannya di sofa.

"Kamu ini mandi kok kayak mandi bebek", ejek Lola.

"Yeee kok gitu?", jawabku sambil nyengir ke Lola.

"Udah siapin kado belum?", tanya Anggi.

"Em, katanya Adit yang nyiapin", timpal Desy yang sudah kepanasan pengen datang ke tempat Dika.

"Eh itu, aku telat bangun jadi ngga sempat", ucapku malu-malu.

"Yahhhh terus gimana dong?", rengek Lola.

"Denger-denger katanya Dika ngga mau dibawain kado gitu", kata Anggi.

"Kamu kan teman dekatnya Dika, pasti tahulah kabarnya?", tanya Desy ke aku.

"Ia katanya Dika ngga mau dibawain kado gitu", jawabku.

"Yawda kalo gitu kita cepat-cepat berangkat sudah jam setengah enam lewat lo", ucap Anggi yang sudah siap-siap berdiri.

"Yuk yuk", ucap Lola senang.

Aku bersama ketiga sahabatku segera meluncur ke rumah Dika. Aku senang sekali hari ini bakal datang ke pesta ulang tahun Dika walaupun ngga bawa kado sih. Kami berangkat menggunakan dua motor, yang pasti Anggi berboncengan dengan Lola dan aku tentunya sebagai cowok membonceng Desy. Sekali-kali aku yang boncengkan ngga masalah karena tiap kali naik motor pasti kalau ngga Dika yang bonceng pasti si Fer...dy.

Kapan sih aku bisa ngga ingat Ferdy sehari penuh saja. Selalu bayangan Ferdy melintas dibenakku. Aku jadi ingat saat dia menghubungi aku kemaren. Karena aku masih belum berani aku ngga mau membalas. Padahal itu satu-satunya kesempatan buat nanya dia lagi berada di mana. Tapi aku hanya bisa menyia-nyiakan kesempatan itu. Sudahlah aku malas mikirin hal gitu lagi.

Rumah Dika dan rumahku agak jauh sih. Mungkin ada beberapa kilometer. Yang pasti ini pertama kalinya aku ke rumah Dika yang sebenarnya. Kalau yang kemaren entah rumahnya siapa.

Hampir 15 menit lebih akhirnya kami sampai di rumah Dika. Belum juga masuk sudah terdengar dentuman suara yang keras sekali. Sepertinya ini kayak pesta para jet set. Aku dan teman-teman jadi merasa minder berada di pestanya Dika. Tapi aku bersama ketiga sahabat tetap bertekad masuk ke pesta yang meriah ini. Kami berjalan menulusuri jalan kecil menuju halaman tengah rumah Dika. Sebelumnya di pintu masuk ada penjaga. Kami sempat ditanya undangan pestanya, sontak saja kami kaget ternyata buat ke pesta ini harus menggunakan undangan. Saat kami dalam kebingungan tahu-tahunya muncul Tristan yang mengizinkan kami semua masuk ke dalam pesta. Bulan dipucuk terus minum teh, gitu ya peribahasanya? Kami jadi selamat dari penggusuran para tamu undangan.

Lagu-lagunya begitu nyaring. Di san sini terllihat pemandangan pesta meriah. Ada meja yang berbentuk angsa, terus ada trampolin. Ada hidangan di meja. Ramai sekali pokoknya aku dan teman-teman jadi ngga menyesal. Aku dengar baik-baik kayaknya lagu yang diputar sangat asik. Lagunya menggambarkan pesta yang diadakan sama Dika. Perhatikan liriknya para pembaca.

...............

Last Friday night
Yeah we danced on tabletops
And we took too many shots
Think we kissed but I forgot
Last Friday night
Yeah we maxed our credit cards
And got kicked out of the bar
So we hit the boulevard
Last Friday night

...............

"Wuii kerennya", Lola terkagum-kagum melihat orang yang datang. Ada beberapa cowok yang memang top shirtless. Ada cewek yang datang pakai pakaian mini. Anggi jadi ternganga dibuatnya.

"Oh my god....is so hottt", kata Desy dengan suara mendesahnya sambil tangannya dikibas-kibas. Kami tertawa melihat cara dia bertingkah dan berkata seperti itu.

"Aku mau cari Dika dulu ya", pintaku ke teman-teman.

"Ya, kami mau bermain-main di sini dulu", jawab Anggi.

"Ok, aku cari dulu ya", kataku sambil berlalu meninggalkan mereka bertiga yang dijawab dengan lambaian tangan Lola. Anggi sepertinya sudah ngga sabar bermain trampolin. Desy dengan gaya genitnya mendekati beberapa cowok yang top shirtless. Kalau Lola hanya bisa melihat hidangan di meja dan mencoba mencicipinya satu persatu.

...............

T.G.I.F. T.G.I.F. T.G.I.F. T.G.I.F. T.G.I.F. T.G.I.F.
Last Friday night
Yeah we danced on table tops
And we took too many shots
Think we kissed but I forgot
Last Friday night
Yeah we maxed our credit cards
And got kicked out of the bar

...............

Aku mencoba berkeliling mencari Dika. Sebenarnya sempat sih sms Dika kalau aku sudah datang hanya saja Dika balasannya cuma bilang iya. Makanya aku mencoba berkeliling siapa tahu Dika ada di salah satu sudut halaman rumahnya.

Aku terus berjalan hingga sampai di belakang rumahnya. Di sana ada kolam renang yang lumayan besar. Sepintas aku lihat Tristan dari samping tembok dinding rumah Dika melewati pinggir kolam tersebut. Aku berlari untuk mengejar Tristan. Siapa tahu Tristan tahu Dika ada di mana.

Aku terus saja berlari melewati tembok yang menghalangi pandanganku. Kakiku tiba-tiba terhenti di pinggir kolam renang tersebut. Agak licin makanya aku menghentikan langkah lariku. Aku mencoba bergerak dan tiba-tiba badanku oleng karena seseorang melempar batu ke kepalaku. Aku jadi tidak fokus dengan pinggiran kolam yang licin. Dan aku terjatuh ke kolam yang dalam itu. Aku tenggelam.

***

I'll Be Your Heart [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang