PART 8

8K 424 3
                                    

In this California king bed
We're ten thousand miles apart
I've been California wishing on these stars
For your heart on me, my California King

Airmata ini menetes, ingat lagu itu. Dika kamu memang California King Bed. Tapi aku belum siap dengan semua ini. Kenapa kamu melakukan ini kepadaku semua? Apa memang hanya tubuh ini yang kamu inginkan? Bukan cintaku?

Kembali sejenak ke pameran sebelumnnya. Di mana Ferdy dan Dita berselisih karena sikap Ferdy yang mendadak berubah. Ferdy berubah karena dia melihat sahabatnya Adit menangis, melihat dia menerima cintanya Dita. Ferdy segera turun dari panggung, semua orang heran melihat kejadian itu. Tapi Ferdy tetap berlalu menghiraukan suara Dita yang berteriak memanggil namanya. Dita menangis karena baru kali ini ada cowok yang memperlakukan dia seenaknya. Prinsip Dita tidak ada seorang pria pun yang melecehkan dia.

Dita ikut mengejar Ferdy yang turun dari panggung. Dita sangat malu dan marah dengan perlakuan Ferdy.

"Fer!!! Kamu mau kemana!!!!", teriak Dita sambil mengejar Ferdy. Ferdy yang tidak menghiraukan segera menuju Pintu Exit Pameran.

"Ferdy!!!!!!!!!!!!!!!", Dita menangis, teman-temannya yang dari tadi ikut Dita segera memenangkan Dita. Dita sedih ditinggal pergi Ferdy.

Ferdy langsung menuju motornya, menghidupkan dan langsung pergi dari tempat parkir itu. Ferdy ingin menemui Adit, dia juga takut kenapa-kenapa dengan Adit karena sekilas dia melihat ada Dika di sampingnya.

Kamu kenapa Fer, kamu sudah gila apa? Apa kamu lupa dengan Adit, kenapa kamu membiarkan Adit bersama Dika?, tanya Ferdy dalam hatinya. Hampir saja dalam perjalanannya dia menabrak orang. Pikiran Ferdy dipenuhi dengan wajah sedih Adit. Aku lupa dengan janjiku ke Adit, aku lupa, maafkan aku Dit.

Ferdy sampai di rumah Adit. Dipencetnya bel rumah Adit berkali-kali. Dia cemas dengan keadaan Adit, berharap Adit ada di rumah.

"Wah, dek Ferdy", jawab Ibunya Adit yang keluar.

"Ada Aditnya ga Bu?", tanya Ferdy.

"Aditnya belum pulang tuh, tadi dia sama temannya, Dika", jawab Ibunya. "Mangnya ada apa Fer?".

"Ngga apa-apa bu", kata Ferdy kecewa. "Saya mohon pamit dulu bu".

"Oh, yawda ati-ati dijalan kalo ketemu Adit suruh cepat pulang".

"Ia bu", jawab Ferdy dan pergi meninggalkan rumah Adit.

Aku harus mencarinya kemana lagi? Apa dia ada di rumah Dika? Jangan sampai dia ada di sana, aku ngga mau Adit kenapa-kenapa, kata Ferdy gundah.

Ferdy keliling mencari Adit, mulai dari rumah teman MOS nya Jeremy dan Ardi, lalu Kiki, Lola, teman sekelasnya yang juga akrab dengan Adit, Desy. Tetap saja Ferdy tidak menemukan Adit. Akhirnya Ferdy memberanikan diri mencari Adit di rumah Dika.

Meluncurlah Ferdy ke rumah Dika. Rumah Dika lumayan besar karena dia anak orang kaya. Di sana tinggal Ibu dan 3 saudaranya yang lain. Sebenarnya Ayahnya Dika sudah meninggal sejak Dika masih kelas 1 SD. Orang tua Ferdy dan Dika juga sudah kenal lama. Makanya secara tidak langsung Ferdy mengenal Dika sejak lama. Dan yang pasti ada satu hal yang membuat Ferdy kurang suka dengan Dika kalau Dika orangnya kurang baik.

Sesampai Ferdy di rumah Dika ternyata Adit dan Dika belum kembali dari pameran. Bahkan orang tuanya tahu kalau Dika jalan sama teman satu gengnya. Wah, tambah khawatir Ferdy sama Adit. Ferdy terus menerus mencari tahu Adit ada di mana. Sepertinya Kota Palangkaraya itu hampir habis di kelilingi Ferdy tapi tidak juga dia menemukan Adit ada di mana. Nomor handphone Adit pun tidak aktif, apa yang harus aku lakukan? Apa yang harus aku katakan ke orang tua Adit? Mengapa aku sebagai cowok, teman, sahabat satu-satunya tidak bisa menjaga Adit. Aku merasa kehilangan Adit, aku tidak mau berpisah dengan dia.

Ferdy duduk di dekat halte yang sepi. Hanya sedikit orang yang lewat di halte itu. Cuaca mendung mlai menghampiri keputus asaan Ferdy mencari Adit. Badannya pun tidak lagi merasakan hembusan dingin malam saat itu. Rasa penyelasan Ferdy mulai menyeruak keluar melukai sedikit demi sedikit hatinya. Dia merasa kehilangan, bersalah bahkan kecewa. Hanya satu perasaan yang sulit dimengerti sama Ferdy perasaan merindukan seorang Adit.

Kringgg kringgg, hp Ferdy berbunyi. Cepat dia menyambut terdengar suara sayup-sayup dari hpnya. Orang itu ternyata.

"Alo, Dit!!! Kamu di mana?", tanya Ferdy langsung tanpa berbasa-basi, dia cemas dengan keadaan Adit apalagi mendengar suaranya yang lemah.

"Fer, bisa jemput aku di jalan mangga?", jawab Adit. Suaranya terdengar seperti habis menangis. Entah apa yang terjadi dengan Adit.

"Ok! Kamu tunggu di jalan mangga, jangan kemana-mana aku langsung ini!", perintah Ferdy.

"Ia, aku tunggu", kata Adit. Ferdy segera menuju ke tempat Adit berada. Sepertinya Ferdy dalam keadaan emosi tinggi. Kalau sampai Adit kenapa-napa Ferdy akan sangat marah dengan Dika.

Kembali lagi di saat Dika bersama Adit. Mereka berdua segera pergi dari pameran itu. Dika membawa Adit ke rumahnya. Yah, sebenarnya Adit lebih ingin pulang ke rumah tapi Dika membujuknya untuk ke rumahnya dulu. Hitung-hitung membersihkan wajah cemberutnya. Adit nurut saja, karena dia pikir tidak akan masalah jika dia ke rumah Dika. Toh di sana banyak keluarganya. Mungkin bisa menghibur hatinya yang sedih.

Selama perjalanan yang aku pikirkan selalu tentang Ferdy dan Dita, kenapa sih Ferdy tega sekali sama aku. Dia ngga jujur kalau dia suka sama Dita, yang dia katakan Dita itu temannya ngga lebih dan yang lebih mengecewakan kamu memeluk dia di depan mataku sendiri. Katanya kamu janji buat jagain aku tapi mana buktinya? Apa janji itu hanya sebatas teman? Yang aku inginkan lebihd ari sekedar teman, aku ingin punya kamu Fer.

Tidak terasa akhirnya aku dan Dika sampai di rumahnya. Terlihat sepi sekali, namun sekilas rumahnya lumayan kecil sekali. Kalau bisa di bilang kayak rumah-rumah KPR tipe 30an. Kaget juga, katanya rumah Dika besar, apa jangan-jangan ini rumah setan kali ya?

"yap, kita sampai juga, ayo masuk", kata Dika menyuruh aku masuk. Dia membukakan pintu rumahnya. Terlihat di dalamnya sebuah TV layar datar 21" terus ada Music Box dan speakernya. Aku pun berjalan menelusuri ruang tamu yang menjadi ruang tengahnya juga. Di sampingnya ada satu kamar. Aku lihat sekilas kamarnya ada double bed yang besar itu ditambah lemari kayu mahal.

"Mana keluargamu?", tanyaku heran.

"Di rumah satunya, ini rumahku sendiri", jawab Dika. "Ngga suka ya? Soalnya ngga ada siapa-siapa?".

"Ngga kok", jawabku lagi. Sedikit takut sih tapi aku pikir ngga apa-apalah, kan Dika orangnya baik.

Dika segera menuju ruang tengah, dia menyetel Music Box milik dia. Terdengarlah lagu pertamanya, California King Bed milik Rihanna, lagunya bagus, Cuma liriknya kok agak mesra-mesra gimana gitu.

.............

Chest to chest
Nose to nose
Palm to palm
We were always just that close
Wrist to wrist
Toe to toe

..............

"Kenapa tadi kamu nangis lihat Ferdy dan Dita?", tanya Dika. Astaga aku hampir saja lupa dengan yang tadi, aku juga takut ketahuan sama Dika kalau aku suka sama cowok.

"Ngga aja, aku tiba-tiba sedih", jawabku.

"Kamu suka sama Ferdy?", tanya Dika. Dia membuka jaketnya. Terlihat bajunya yang ketat menunjukkan otot-ototnya. Berbentuk sih cuma sedikit lagi. Aku langsung tertegun melihatnya.

"Ngga kok", jawabku lagi. "Ngapain kamu nanya gitu?". Aku langsung duduk di sofa yang besar dan empuk di ruang tengah itu. Langsung saja Dika duduk di sampingku. Perasaan jadi ngga enak, aku takut.

"Kamu jawab jujur, kamu suka kan sama cowok?", tanya Dika lagi. Kali ini dia memberanikan diri, dia menggenggam tanganku, keras sekali. Aku mencoba melepasnya.

"Kamu kenapa Ka?", jawabku takut. "Jangan pegang-pegang tangan ku".

Aku mencoba melepaskan tanganku dari Dika. Namun cengkramannya sangat kuat. Berkali-kali Dika menghela nafasnya. Seperti ancang-ancang ingin melakukan sesuatu. Hal itu membuat aku takut, aku ngga mau sampai hal itu terjadi.

Dan segera saja Dika menarik tubuh, dia mencium bibirku. Bibir kami saling berpagutan, aku hampir saja terhanyut dengan belaian bibirnya. Inikah rasanya bila berciuman dengan cowok, rasanya mendebarkan. Lagu Rihanna terdengar sayup-sayup, menutupi kejadian yang terjadi ini.

........................

Just when i felt like giving up on us
You turned around and gave me one last touch
That made everything feel better

........................

Aku segera saja mencoba melepaskan tubuhku dari Dika. Sekuat tenaga hingga bajuku sobek. Dika kali memaksa untuk bercumbu, menggerayangi tubuhku.

"Kamu kenapa Ka, hemmmpppp", aku mencoba melepaskan tangan Dika.

"Malam ini kamu harus jadi milikku", jawab Dika. Dia langsung menggigit leherku. Sakit sekali tapi merangsang ahhhhhhhhhh

"Gilaa kamu Ka, aku ngga mau kayak gini".

"Bukankah ini yang kamu mau dari dulu, kamu pengen ML dengan cowok kan, malam ini akan aku berikan", kata Dika. Dia mencoba merobek bajuku. Mungkin karena aku berusaha menahannya badanku terjatuh di sofa. Keadaan aku berbaring, sepertinya itu menjadi kesempatan buat Dika, dia mencoba untuk menindihku. Namun kali ini kakiku leluasa bergerak. Aku tendang badan Dika. Diajatuh di samping sofa. Segera saja aku melarikan diri dari ruang tengah itu. Untungnya kunci pintunya masih tergantung. Aku buka dan langsung berlari ke halaman luar. Aku menangis, mengapa malam ini aku harus menahan derita ini. Mengapa orang yang aku kenal tega melakukan ini? Aku takut Fer?

Aku terus saja berlari dan berlari menjauh dari rumah Dika. Seperti Dika tidak mengejarku. Aku masih teringat dengan lirik terakhir lagu Rihanna.

.................

And even then my eyes got better
So confused wanna ask you if you love me
But i don't wanna seem so weak
Maybe i've been california dreaming

...............

Kalau kamu benar-benar suka dengan aku Dika, kamu ngga akan ngelakuin ini. Aku kecewa sama kamu. Kamu perlakukan aku sebagai budak nafsumu. Aku menangis entah sampai berada di mana. Aku mencoba melihat sekeliling siapa tahu ada penjelasan tentang jalan ini. Aku takut berada di tempat ini, gelap, sepi dan banyak rumah yang tertutup. Segera aku aktifkan hpku. Aku lihat sudah jam 11 malam. Tiba-tiba banyak sekali sms masuk, dan itu semua dari Ferdy, ternyata dia mencari aku. Langsung ku telepon dia dan menyuruhnya kemari. Fer, tolong aku!

Hampir 15 menit lebih aku menunggu Ferdy datang. Aku pikir dia bohong untuk datang. Namun beberapa saat kemudian dari kejauhan aku lihat lampu motor. Aku takut itu Dika yang mengejar aku. Sesaat aku bis amelihat jelas bentuk tubuh itu, ya, itu Ferdy. Akhirnya dia datang menjemputku. Segera dia turun dari motor dan menghampiri aku yang sedang kedinginan dan takut.

"Kamu ngga kenapa Dit?", tanya Ferdy. "Kenapa bajumu sobek?".

Ngga sadar aku meneteskan air mata. Aku takut jauh-jauh dari kamu Fer, aku ingin sekali bisa mengatakan itu tapi mulut ini ngga bisa bergerak hanya mata ini saja yang bisa meneteskan airmata.

"yawda, ayo cepat kita balik ke rumah mu", suruh Ferdy. "Ibu tadi nelpon nanya kamu".

"Aku ngga mau pulang", aku berusaha untuk bicara. "Aku mau ke rumahmu".

"Memangnya kamu kenapa?", tanya Ferdy lagi. "Apa Dika ngelakuin sesuatu ke kamu?".

Aku hanya bisa menggelengkan kepala, aku ngga mau jujur dengan apa yang terjadi. Badanku menggigil ingat keajdian itu, aku sentuh bibirku, bibir yang rasa pertamanya sudah direbut oleh Dika. Maafkan aku Fer, aku ngga bisa jaga diri, padahal aku hanya ingin menjadi milikmu seutuhnya.

"Kenapa diam?", tanya Ferdy lagi. "ayo jawab? Apa perlu aku datangi Dika?".

"Ngga usah, aku mau pergi dari sini", jawabku pelan.

"Yawda, kalo ngga mau ke rumahmu mau kemana lagi? Ke hotel".

"Ke rumahmu", jawabku singkat. Aku lagi ngga mau pulang ke rumah dulu, aku malu kalau Ibu tahu keadaanku yang kumal kayak gini.

"Ok lah", kata Ferdy. "Ayo cepat naik".

Aku dan Ferdy pergi dari tempat itu. Selama perjalanan ingin rasanya aku memeluk Ferdy. Dia selama ini yang bisa menjadi penopang hatiku. Maafkan aku Fer, mungkin bukan saatnya aku mengatakan semua ini.

***

I'll Be Your Heart [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang