PART 13

8K 385 9
                                    

Capek juga ya jalan-jalan mengitari komplek rumah. Kayak lagi jalan naik turun bukit saja. Meskipun begitu aku lumayan senang. Namanya olahraga pasti membuang stres pikiran kita. Menghirup udara segar di pagi hari membuat plong. Ngomong-ngomong soal udara Kota Palangkaraya memang terkenal karena kondisi udaranya yang bagus, polusi belum banyak. Tapi kalau sudah kabut asap parah amat, sampai-sampai diselubungi kabut tebal.

Kali ini yang nemenin aku jogging bukan Ferdy tapi Dika. Awalnya kaget juga bisa ketemu dia di komplek rumahku. Pengennya langsung kabur kalau tahu itu dia tapi ngga sempat soalnya Dika pandai nyamar. Kami sempat berbincang-bincang mulai dari masalah malam sabtu itu sampai perasaan Dika ke aku. Bingung juga, kenapa cowok secakep Dika lebih milih aku yang cowok daripada ribuan cewek cantik? Dia kan bintang basket, sama seperti Ferdy, pasti jarang ada pemain basket yang suka sama cowok. Aku pernah baca di internet, katanya selain gay ada juga yang bilang biseks. Biseks itu masih suka cewek tapi suka cowok juga. Mungkin Dika orangnya biseks tapi bisa juga gay, whatever lah yang penting sekarang aku punya teman yang sama seperti aku.

Dika dan aku sudah lumayan lama mengitari komplekku. Aku hitung mungkin ada 1 jam lebih. Tapi ada yang aneh dari diriku. Kenapa setiap ngobrol sama dia aku selalu menatap bibirnya? Oh My God apa yang aku pikirkan, padahal kemaren dia memperlakukan aku layaknya orang gila tapi kenapa sekarang aku malah memikirkan ciuman itu menjadi sebuah perasaan cin.......... eits ngga kayaknya. Kan dihatiku masih ada Ferdy, ahh ingat anak itu kadang bikin sebel juga. Sudah ah pusing mikirin cinta-cinta kayak om-om aja. Hanya saja ada yang beda sekarang dari Dika, tiap kali aku jalan sama dia Ferdy selalu bilang Dika anaknya ngga baik. Ngga baik darimananya coba? Sekarang dia lebih perhatian sama aku. Buktinya saat aku hampir jatuh saat jogging tadi Dika langsung menahan badanku. Akhirnya ngga jatuh deh, yang ada mukaku memerah. Ahh jadi malu.

"Kamu kenapa Dit? Kok nyengir-nyengir gitu", tanya Dika bingung melihat mimik mukaku yang berubah-ubah.

"Ngga apa-apa kok", jawabku.

"Kita balik ke rumah mu aja yuk, kayaknya kamu sudah capek", ajak Dika. Kebetulan juga tadi aku suruh Dika bawa motornya ke rumahku. Diparkirin gitu, takutnya ntar hilang kalau ditaruh di jalan-jalan bebas.

"Yawda, kita balik aja, aku juga udah capek", jawabku.

Kami berdua segera berjalan menuju rumahku. Dekat sih jaraknya mungkin beberapa puluh meter dari tempat kami sekarang. Sesampainya di rumahku, ada sebuah mobil lagi diparkir di depan. Wah, mobil siapa ini? Apa bosnya Papaku atau Ibu? Setahu aku jarang ada teman Papa atau Ibu yang punya mobil sedan keren kayak gini.

Segera aku langkahkan kakiku masuk ke halaman rumahku. Sepertinya aku kenal sosok pria yang datang ke rumahku. Dan dia sekarang bersama seorang wanita yang bisa aku bilang sudah cukup berumur. Baju wanita itu sangat rapi. Sepertinya dia wanita karir. Cantik dan anggun sikap wanita itu. Dan wanita itu melemparkan senyum kepadaku.

"Adit, dari mana kamu? Trus? Kok Dika?", tanya Ferdy bingung melihat aku berdua dengan Dika. Aduh, bisa-bisa aku diomelin sama Ferdy nih. Sekejap saja tatapan Ferdy berubah tajam ke arah Dika. Jangan sampai mereka berdua kelahi di rumahku.

"Habis jogging kok Fer, terus ketemu sama Dika", jawabku mencoba menenangkan Ferdy.

"Oh, ini Adit ya?", tanya seorang wanita yang di samping Ferdy. Belum sempat aku jawab, Ibuku muncul dari balik pintu.

"Aduh Adit, kok ada tamu ngga disuruh masuk, masuk bu", kata Ibuku menyuruh mereka masuk ke dalam rumah.

"Oh, ia bu, makasi", jawab wanita itu seraya masuk ke dalam ruang tamu sambil menenteng sebuah kotak. Ibuku menyusul setelahnya. Dan sekarang ada aku, Ferdy dan Dika di luar rumah. Aku jadi kagok ada mereka berdua. Terlihat Ferdy mau menghampiri Dika.

"Mau apa kamu?", tanya Ferdy ketus. Aku segera saja ambil posisi ditengah mereka berdua. Takut terjadi perkelahian.

"Apa ngga lihat? Aku lagi berdua dengan Adit", jawab Dika santai.

"Adittttt!!! Suruh temannya masuk juga dong", teriak Ibuku dari dalam.

"Ia mah", jawabku. Segera saja aku menyuruh mereka berdua masuk. Meskipun Ferdy dan Dika masih saling tatap-menatap dengan matanya yang tajam. Serem juga lihatnya, kayak preman lo.

"Ini Mamanya Ferdy", kata Ibuku mengenalkan Ibunya Ferdy. "Ayo kalian bertiga duduk dulu di sofa ada yang mau dibicarakan". Aku, Ferdy dan Dika duduk di sofa ruang tamuku. Persisnya aku duduk di tengah. Ruang tamu rumahku agak kecil. Tapi masih muat dengan 3 sofa, 1 sofa buat duduk berdua, 1 sofa baut duduk bertiga dan 1 sofa buat duduk sendiri. Ditengahnya ada meja bundar. Agak berantakan sih bawahnya karena banyak majalah-majalah yang dibeli Ibu sama Shinta.

"Oiya, kalo ngga salah kamu Dika kan?", tebak Ibuku. Soalnya mereka sempat ketemu pas aku dijemput sama Dika kemaren.

"Ia bu", jawab Dika sopan. Wuihh Dika anaknya beda banget sama Ferdy, kalau Ferdy anaknya agak urakan kalau di rumahku. Tapi kalau Dika anaknya sopan dan kalemlah.

"Wah pas banget nih bu", kata Ibuku kembali. Sepertinya mereka tadi sempat berbincang-bincang sebentar.

"Ia, lebih baik masalahnya Ferdy sama Dika kita selesaikan di sini", kata Ibunya Ferdy. Aku kaget dengarnya, aku kira mau bicara apa? Ternyata mau bahas kejadian sabtu pagi itu. Tapi aku lihat Ferdy dan Dika kenapa mereka malah tenang-tenang saja. Ngga khawatir apa mereka ketahuan bertengkar gara-gara merebut hemm merebut apa ya?

"Ibu kaget sekali dengar kalian berdua kelahi, ampe wajahnya bonyok gitu?", protes Ibuku ke Ferdy dan Dika. "Untungnya ngga sampai kenapa-napa". Ferdy dan Dika hanya bisa diam. Hanya saja sesekali Ferdy bergumam. Aku yang di tengah bingung mau ngapain.

"Kalo kelahi gara-gara cewek itu ngga baik, lebih penting kasih sayang dan perhatian yang kalian tunjukin ke cewek itu", kali ini Ibuku mulai ceramah. "Ngga jantan kalo kelahi kayak gitu".

"Ia bu, maaf", jawab Dika. Dia tersenyum. Sedangkan Ferdy dia Cuma bisa manggut-manggut saja.

"Fer, ngga boleh gitu kalo Mamanya Adit ngomong", tegur Ibunya Ferdy.

"Ia tante", jawab Ferdy terpaksa.

"Nah gitu, ngomong-ngomong kalian kelahi oleh apa?", tanya Ibuku bisik-bisik. Aduh Ibu ini bukannya negur tapi malah pengen tahu kelahinya oleh apa.

"Mama nih, yang pasti mereka kelahi karena Dita lah", jawabku sambil ketawa kecil.

"Bukan" "Ngga", jawab Ferdy dan Dika berbarengan.

"Sapa tuh Dita?", tanya Ibuku usil. Ibunya Ferdy hanya bisa tertawa kecil. Kayaknya para Ibu-ibu ini ngga terlalu cemas. Wajar namanya cowok kelahi karena rebutan.

"Bukan siapa-siapa", jawab Ferdy ketus. Uhh ini anak jawabnya gitu lagi. Kayaknya agak kesal ditanya-tanya.

"Dita itu sepupu aku bu", kali ini Dika mencoba sopan ke Ibuku.

"Ohh sepupu", jawab Ibunya Ferdy. "Ferdy kenapa ngga cerita ke Ibu kalo kamu suka sama cewek?".

"Bukan itu bu alasannya, lagian Dita itu kegenitan", jawab Ferdy. Sikapnya berubah sedikit kayak anak kecil yang ketahuan nyolong tahu. Lucu sekali. Aku hanya bisa diam di antara mereka berdua. Kadang penasaran kenapa mereka kelahi ya?

"Sudahlah bu, yang penting mereka harus saling berjabat tangan dulu", pisah Ibuku."Harus saling memaafkan".

"Aku minta maaf Fer", sekejap saja Dika langsung menuruti kemauan Ibuku. Dia menayunkan tangannya untuk bersalaman bermaafan dnegan Ferdy. Ferdy sih kelihatannya ogah ogahan.

"Ferdy!", perintah Ibunya. Ferdy mencoba mengangkat tangannya dan berusaha mau untuk bermaafan dengan Dika. Tangan mereka berdua tepat berada di depan aku. Aku dekap tangan mereka berdua.

"Nah kalo gini kan ngga usah kelahi", kataku senang. Belum semenit pegangan tangan eh Dika dan Ferdy melepasnya. Yah ngga apa-apa sih yang pentingkan mereka sudah mau saling memaafkan.

"Oiya bu, saya bawa oleh-oleh dari Jakarta", kata Ibu Ferdy membuka kotak yang dibawa. "Ini roti boy, enak lo".

"Pantes harum sekali baunya", kata Ibuku. "Aduh jadi ngga enak masa tuan rumahnya yang disuguhin makanan".

"Ah ngga apa-apa".

"Mending ke dapur dulu bu", ajak Ibuku. "Di sana juga ada kue-kue enak"

"Ayuk bu, saya pengen lihat".

Ibuku dan Ibunya Ferdy meninggalkan kami bertiga, mereka akrab sekali ya kayak anaknya juga. Aku terdiam sejenak. Dika ada di samping kiriku sedangkan Ferdy ada di samping kananku. Deg degan sekali rasanya. Aku di samping orang yang aku sukai dan orang suka sama aku.

"Sebenarnya kalian berdua kelahi oleh apa?", aku mencoba memecah keheningan. Sekalian mau nanya.

"Kemaren kan aku sudah bilang", jawab Ferdy.

"Kamu ngga usah ketus gitu sama Adit", bela Dika.

"Kemaren masih kurang ya?", Ferdy mencoba menahan emosinya.

"Perasaan yang paling bonyok kamu", ejek Dika.

Lo lo lo kenapa jadi gini? Padahal sudah bermaafan? Kok masih ada dendam. Harus segera diberesin nih sama aku.

"Kalian ngga usah tengkar gitu dong", leraiku.

"Maaf manis", jawab Dika.

"Manis?", ejek Ferdy lagi.

"Kenapa? Ngga boleh?", balas Dika.

"Ngga waras", balas Ferdy ke Dika.

"Sirik tanda ngga mampu", ejek Dika.

"Kurang ajar lo!", kali ini emosi Ferdy mulai ngga tertahankan. Aku yang di tengah malah semakin bingung dengan keadaan ini. Ibu cepat ke sini dong. Mereka mulai kelahi nih.

"Dia pasti suka aku", gumam Dika.

"Sampai dia kenapa-kenapa awas lo!", ancam Ferdy.

"Cemburu? Bilang aja cemburu", ejek Dika.

"Udah-udah, aku bingung sama kalian berdua ini, rebutin apa sih?', tanyaku heran.

"Rebutin kamu lah", jawab Ferdy.

Aku kaget Ferdy ngomong gitu. Sampai aku tertunduk malu. Mereka berdua ternyata rebutin aku? Astaga ya Tuhan, apa benar Ferdy suka sama aku juga? Tapi gimana dengan Dika. Aku, aku, aku bingung.

Ferdy menoleh ke bawah dan melihat mukaku. "GR nih", ejeknya.

"Uh Ferdy, kamu", aku pukul tangan kirinya. Sedangkan Dika hanya bisa tertawa kecil. Aku jadi salah tingkah dibuatnya. Ahh songong tuh mereka berdua.

Dika yang melihat aku kayak orang kesurupan langsung memegang tanganku. Dia genggam erat. Aku tersentak kaget dan diam. Aku toleh Dika. Dan dia tersenyum. Aduh Ka, kenapa kamu pegang-pegang tangan ku sekarang? Apa dia mau ngerjain aku? Ntar si Ferdy marah lagi.

"Lebih baik kamu lepas tangan mu dari Adit", Ferdy berdiri dan mengepalkan tangannya ke arah Dika. Dika spontan melepas tangannya dariku. Aku hanya bisa diam dan sesekali menunduk.

Dika juga ikut-ikut berdiri dan menghadap Ferdy. Sepertinya Dika bersiap-siap untuk berkelahi lagi dengan Ferdy. Belum sempat mereka bertengkar, tiba-tiba Ibuku dan Ibu Ferdy muncul. Mereka membawa piring-piring yang berisikan kue-kue.

"Hayo, mau kelahi lagi ya?", ejek Ibuku sambil menaruh kue-kue itu di meja tamu.

"Fer!", tegur Ibunya Ferdy.

"Ngga kok bu cuma pengen berdiri", jawab Ferdy ngeles sambil menggerakkan badannya seakan-akan dia lagi melemaskan ototnya. Padahal tadi aku lihat dia pengen banget eklahi sama Dika.

"Ia saya juga, sekalian pengen pamit pulang", ucap Dika. Kali ini suaranya berubah lebih sopan.

"Kok cepat banget?", tanya Ibuku.

"Ia soalnya masih ada urusan di rumah bu", jawab Dika.

"Yawda kalo gitu ati-ati ya", kata Ibuku sedih. Ibuku mengambil bungkus kue dan memasukkan beberapanya untuk Dika.

"Makasi, Mohon pamit dulu bu" jawab Dika sambil membawa bungkus kue itu. "ia dek" jawab Ibunya Ferdy yang sedang asik menata kue di piring-piring.

"Aku pulang dulu ya Dit, sampai jumpa besok".

"Ia Ka, aku anterin ke depan ya?'.

"Ya ngga apa-apa", jawab Dika.

Ferdy sih bisanya cuma nyengir-nyengir doang. Dia itu aneh, lagian sudah bohong kalau tadi dia kelahi sama Dika karena aku. Kayaknya mereka berdua menyembunyikan rahasia sama aku. Kalau bukan karena aku lalu oleh siapa?

Aku antar Dika sampai ke depan pagarku. Dika membopong motornya keluar pagar. Sambil sesekali tersenyum kepadaku.

"Makasi ya sudah mau nemenin olahraga", kataku.

"Ia, maaf ya tadi sudah buat kamu takut, soalnya Ferdy mau ngajak berantem lagi".

"Ia ngga apa-apa, dia anaknya emang gitu kok", jawabku.

"Tapi kamu ngga suka kan sama Ferdy?", tanya Dika lagi. Aku hanya bisa diam sejenak. Sebenarnya aku ingin sekali bilang apa yang ada di perasaanku ini. Aku ingin jujur, kalau aku suka....

"Sudah ngga usah dijawab, aku sudah tahu jawabannya".

"Ka?...".

"Ngga apa-apa kok, asal kamu bahagia, aku juga senang". Sekarang dia menaiki motornya.

"Tapi....", aku ingin berkata hal itu ke Dika namun aku masih belum kuat.

"Tapi apa?", tanya Dika. "Aku juga mau minta maaf masalah kemaren malam sabtu itu".

"Ia ngga apa-apa", aku malu dia minta maaf hal itu lagi. Disatu sisi aku masih kecewa dengan kejadian itu tapi disatu sisi aku merasa......ahhhh mikir apa aku ini?

"Aku pulang dulu ya, sampai jumap besok", Dika segera menghidupkan motornya dan pergi dari rumahku. Ak hanya bisa melambaikan tangan. Maaf ya Dika, aku sebenarnya ngga ingin semuanya terlalu cepat, aku bingung dengan keadaan ini. Begitu cepat dan sangat cepat. Apa yang menarik dari aku sehingga kamu suka sama aku Ka? Aku hanya cowok biasa, ngga cakep tapi imut-imut, he. Aku tertunduk malu memikirkan itu. Apa yang harus aku lakukan?

"Lama banget sih nganterin Dika", tiba-tiba Ferdy muncul menghampiri aku.

"Ngga kok", jawabku.

"Tuh, Ibumu manggil kamu".

"Ia", aku segera menuju ruang tamu. Aku lewati halaman rumahku. Dan aku lewati Ferdy. Dan tiba-tiba tanganku di tarik sama Ferdy hingga badanku berada sangat dekat dengan badan dia. Dan bibirnya mencium bibirku.

***

I'll Be Your Heart [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang