PART 30

4.8K 231 3
                                    

Bang Bang Bang (Bagian Kedua)

"Sudah sampai".

"Makasi ya sudah mau nganterin", kataku sembari turun dari motor Dika.

"Sama-sama", balasnya. "Besok aku yang jemput ke sekolah gimana?"

"Boleh", jawabku tersenyum. Kadang agak miris melihat hal seperti ini, Dika terlihat lebih perhatian dibandingkan dengan Ferdy.

"Yaudah, besok aku datang pagi ya, tapi kalo masih belum sehat izin aja dulu".

"Memangnya tadi aku kelihatan masih sakit?", tanyaku.

"Ngga juga", balas Dika dengan senyumnya.

"Ngomong-ngomong tumben ngga pake kacamata?".

"Lagi malas pakai aja".

"Padahal kalo pake kacamata keren lo",

"Wah, ga juga", jawabnya tersipu malu. "Aku balik dulu ya"

"Ya, ati-ati sayang", jawabku.

"Ngomong apa tadi?", tanya Dika karena tadi dia hanya samar-samar mendengar perkataanku sebelumnya.

"Ati-ati dijalan", kataku mengulang kembali perkataank walau pun sedikit di rubah.

...........................................

Kamarku masih seperti dulu walaupun aku meninggalkannya selama 3 hari. Tidak ada yang membersihkannya padahal aku berada di rumah sakit. Tanpa peduli untuk membersihkan kembali kamarku badanku letakan di kasur lembutku. Aku tatap langit-langit kamarku, aku hela nafasku sekali. Kembali aku menutup mataku sebentar, membayangkan apa yang terjadi barusan. Aku pikir aku seperti orang yang tidak tahu terima kasih sama Ferdy. Ahhh bisa gila juga lama-lama aku. Ferdy Ferdy dan Ferdy yang ada dipikiranku, halo Adit!! Dia baru saja menolakmu, menjadikanmu sebagai teman atau sahabat. Buat apa aku memikirkan orang yang tidak bisa diharapkan.

Menurutku Dika masih lebih baik daripada Ferdy. Yang jelas saat ini aku pengen ada yang bisa perhatian sama aku, aku juga ingin pacaran. Ya sekali-kali membuat Ferdy patah hati kalau aku masih bisa dapat cowok yang lebih baik dari dia. Tapi? Kenapa harus cowok? Arghhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

"Adit!!!!", teriak Ibuku dari luar kamar. "Makanannya sudah jadi, ayo makan dulu!!!!"

"Ia mah!!!", jawabku. "Tunggu aku ganti baju dulu".

Aku percepat pergantian bajuku. Lalu aku keluar drai kamarku menuju ruang makan. Tercium bau masakan Ibuku. Ayam masak kecap ditambah tumis kacang panjang, di sebelahnya lagi ada capcay kesukaanku. Bikin ngiler makanannya, mana baunya menggoda. Aku segera memilih duduk di sebelah Shinta tentunya. Aku ambil piring dan sesendok nasi, lalu aku ambil semua masakan Ibuku.

"Makan yang banyak", ucap Ibuku yang baru saja selesai memasak di dapur.

"Ia Mah, sip", ucapku mengacungkan ibu jariku.

"Ah, sudah beres pipanya Mah", tiba-tiba Ayahku muncul sepertinya lagi habis membetulkan pipa air kamar mandi yang tersumbat.

"Udah, makan dulu Pah", ajak Mamaku mengambilkan piring untuk Ayahku.

Kami berempat akhirnya makan siang bersama. Lebih tepatnya kesiangan. Meskipun kakak cewekku tidak ada di rumah. Aku jadi kangen sama kakak cewekku. Yang biasanya selalu memberi aku nasehat.

"Mah, aku nanti pinjam motornya", kataku sambil mengunyah makanan.

"Mau kemana mangnya?", tanya Ibuku heran.

"Mau nongkrong di jembatan".

"Baru aja keluar dari rumah sakit", balas Ayahku.

"Biarin aja Mah, kan mau kencan ama ceweknya", ejek Shinta sambil tersenyum cekikikan di sampingku. Langsung saja kepalanya aku jitak dan dia bisa meringis memegang kepalanya.

"Sudah-sudah, yang penting hati-hati aja", tegur Ibuku.

"Ia Mah, makasi".

...........................................

Kalian tahu jembatan Kahayan? Kalau belum tahu silahkan cari saja di mbah Google. Itu salah satu tempat yang paling banyak dikunjungi anak muda di Kota Palangkaraya mulai dari yang maho sampai yang banci. Tapi aku lebih senang berada di bawah jembatan Kahayan. Tempat asyik, bisa lihat sungai, udaranya pun sejuk, angin juga sepoi-sepoi. Di sekitar bawah jembatan Kahayan banyak sekali orang yang berjualan tapi hanya sampai sore hari, kalau malam jarang ada yang jualan soalnya tidak ada penerangan.

Aku pun sekarang sudah berada di bawah jembatan Kahayan. Bau sungai mulai tercium dihidungku, tapi sedikit-dikit tercium aroma gorengan dan makanan yang ada di sekitar tempat itu. Suasana sore memang banyak di pilih oleh orang-orang kotaku untuk berkunjung di bawah jembatan ini. Entah itu buat sekedar melepas penat, olahraga atau berkencan. Yang pasti kebanyakan anak muda beserta gengnya yang berkunjung ke sini. Aku pun dengan cueknya meskipun sendiri segera melangkahkan kaki untuk menuju lebih dekat ke tepi sungai. Terlihat dengan jelas di depan tiang-tiang pondasi dari jembatan sesekali ada orang yang usil memancing di situ. Lalu aku memilih duduk di tangga turunan. Sepertinya di sebelahku ada segerombolan anak muda, mungkin seumuran denganku sedang bermain sepeda fixie. Melihatnya aku jadi ingin sekali punya sepeda fixie juga.

Sedang asyiknya melihat orang bermain sepeda fixie tiba-tiba dari belakangku (yang juga bermain sepeda fixie) nyaris menubruk badanku. Untungnya aku sempat menghindar tapi naas buat pemakai sepeda fixie itu, badannya juga ikut jatuh, bagusnya tidak terguling dari turunan tangga. Aku yang tadi sempat mendorong badanku ke samping hampir juga terpeleset jatuh, untungnya badanku masih bisa menjaga keseimbangan. Lalu dengan sigap aku berjalan ke arah orang yang terjatuh itu. Dia terlihat meringis tapi teman-temannya malah menertawakan dia.

"Kamu ngga apa-apa?", tanyaku.

"Ia ngga apa-apa", jawabnya sembari berdiri. "Aduh encok juga pinggangku".

"Ati-ati lain kali", tegurku ke orang itu.

"Makanya jangan kebanyakan gaya", ejek teman-temannya yang berlalu kembali bermain sepeda fixienya.

"Tapi kamu ngga kena kan?", tanya orang itu.

"Ngga kok, masih sempat menghindar", jawabku tersenyum.. kalau dilihat cowok ini lucu juga, yang jelas badannya lebih tinggi dari aku tapi penampilannya, kayak orang aneh, lebar-lebar gitu bajunya.

"Kayaknya aku pernah lihat kamu?",

"Lihat aku? Dimana", tanyaku heran.

"Sekolah kali", jawabnya singkat.

"Aku mau balik ke tempat temanku dulu ya", ucapnya buru-buru.

"Ia",

"Senang bisa bertemu kamu", ucapnya yang langsung mengayuh sepeda fixienya dan pergi meninggalkanku tanpa menyebutkan siapa namanya.

Akhirnya aku kembali sendiri. Gerombolan sepeda fixie sudah pergi naik ke atas. Dari pada aku akhirnya sendirian di bawah jembatan lebih baik aku juga naik. Lagian langit sudah mulai memberikan pertanda waktu sore. Tapi tidak lupa, mumpung ada uang sedikit di sakuku, aku ingin beli gorengan, soalnya baunya menggoda terus dari tadi.

Aku pun mendekati salah satu dari penjual gorengan. Mereka berjualan dengan menggunakan gerboka yang dipasangkan di sepeda motornya. Ada pentol, pangsit, dan juga orak arik telur. Pokoknya gorengannya komplit lah. Yang paling aku suka itu gorengan sosis yang dibalut dnegan tepung telur. Rasanya kenyal-kenyal gurih, lezat sekali di lidah. Lagian kan sosis itu enak sekali,

"Paman, sosisnya 4 ya?", pintaku untuk diambilin soalnya panas
.
"Dibungkus?", tanya Paman Penjualnya.

"Ia", jawabku. Dengan cekatan Pama itu mengambil 4 sosis untukku dan mencelupkannya ke saus biasa tak pedas. Sosis tersebut kemudian dimasukannya ke dalam plastik putih bening dan memberikannya ke aku. Selesai membayar aku beranjak dari tempat itu.

Aku mengambil satu tusuk sosis goreng dari plastiknya. Aku ciumnya baunya, harum. Lalu aku gigit perlahan-lahan karena sosisnya masih panas. Karena aku makan sambil jalan dan tidak memperhatikan benda di depanku. Kakiku pun tersandung, badanku pun kehilangan keseimbangannya, lagi, dan terjatuh ke arah samping.

BRUKKKK!!!!!

Seketika saja gorengan yang aku beli tertumpah ke baju seseorang. Aku angkat kepalaku untuk melihat wajah orang yang aku tubruk dan ternyata orang itu!

"Impas neh", ucapnya menyindir.

"Ma..maaf", kataku gugup dan bingung.

"Ya ngga apa-apa", ucapnya lagi penuh nada sindiran.

"Aku bersihkan ya?", tanyaku baik-baik.

"Ngga usah, ntar dilihat orang aneh", jawab orang itu. Aduh! Makin sial aja nasibku hari ini, bisa-bisa nanti aku di marahin sama orang ini. Aku balikan badanku dan mengambil langkah cepat tapi sayang. Keduluan sama tangan orang itu yang sudah mampir dipundakku. Aku kalah sigap karena badanku lebih kecil dari dia.

"Mau kemana?', ucapnya lagi.

"Emm... mau beli tisu", jawabku sekenanya.

"Ngga perlu", ucap orang itu lagi dengan nada sindirannya. Dia kemudian melepaskan baju. Aku yang melihat hanya bisa ternganga. Berani-beraninya dia melepas baju di depan umum.

"Nih", orang itu memberikan bajunya ke aku. "Dicuci lalu balikin ke aku"

"Aku pergi dulu", kata orang itu sembari membawa sepeda fixienya.

"Hei, gimana balikinnya?", tanyaku bingung.

"Sekolah, cari aja aku di sekolah", jawabnya dan berjalan menghilang.

Ukh! Sial sekali nasibku hari ini. Bisa-bisanya aku harus mencuci baju orang lain. Targis, bukannya menikmati sosis goreng tapi malah menikmati menyuci baju orang. Gimana juga nanti mau balikin bajunya? Namanya saja tidak tahu, dia hanya bilang sekolah? Apa satu sekolah sama aku? Kalau ngga satu sekolah gimana dong? Di saat seperti ini mungkin aku perlu Ferdy.

Aku pun tertuduk lesu berjalan menuju parkiran motorku. Tanpa hawa nafsu aku membayar tukang parkir yang tadi nangkring di motorku. Rasanya badanku jadi sakit lagi, berharap aku pingsan lagi dan dirawat di rumah sakit lagi.

***

I'll Be Your Heart [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang