PART 1

36.1K 906 30
                                    

Aku Adit, waktu itu aku masih SMA kelas X. Aku sekolah di salah satu SMA negeri yang cukup terkenal di Palangkaraya, lumayan bagus sekolahnya, fasilitasnya cukup menunjang. Karena aku siswa baru di sekolah itu wajib yang namanya mengikuti MOS (Masa Orientasi Seks eh Sekolah maksudnya). Namanya juga siswa baru wajar dong kalau aku mencari teman baru.

Matahari, itu nama grup MOS aku, perasaan aku kayak nama kelompok cewek-cewek tapi tidak apa-apalah. Bisa dibilang kelompokku itu cowoknya sedikit cuma 5 orang, Ardi, Jeremy, Deni dan seseorang yang ngga tahu kenapa aku agak risih, orangnya suka usil dan yang lebih parahnya lagi aku jadi objeknya, yah sapa lagi kalau bukan Ferdy si bocah ingus-ingusan. Aku sebenarnya paling malas menceritakan detail ciri-ciri orang yang ngga aku suka tapi karena tuntutan sang penulis ya aku cerita aja. Ferdy lebih tua 3 bulan dari aku, yah bisa dibilang anaknya lumayan tinggi dari aku meskipun kalau dari jauh kami bisa dilihat sama tinggi. Katanya dia tinggal sendiri di rumah karena orangtua lagi dinas di Jakarta. Dia anak tunggal, makanya aku ngga tega balas dendam keusilannya kasihan sebenarnya mungkin karena dia jarang ada perhatian dari orangtuanya makanya jadi suka usil.

Sebenarnya sih ceritanya aku jadi bahan keusilan dia berawal dari ketakutanku dengan yang namanya binatang cacing dan serangga-serangga ngga jelas rupanya, ngga tahu juga kenapa bisa jadi takut. Dan sepertinya ketakutan membuat Ferdy menjadi tertarik dan alhasil sejak itu dia selalu dan selalu mengerjai aku, yah sampai teman-teman aku satu kelompok mengejek kalau aku dan Ferdy adalah pasangan Pangeran William dan Putri Kate Midlleton (benar ga?). Ngga tahu kenapa tiap dia usil itu aku merasa agak sedikit banget senang, ngga tahu juga. Meskipun dia usil kemana-mana aku selalu berdua dengan dia.

Akhirnya selesai juga yang namanya MOS, telinga aku sudah ngga tahan dengar teriakan-teriakan dari kakak paniitia. Mau cewek atau cowok sama-sama judesnya, itung-itung latihan mental apalagi ditambah dengan keusilan si Ferdy ngga jelas gitu. Hari seninnya kami semua para murid baru disuruh berkumpul untuk mengikuti upacara pengumuman kelas selain itu mendengar petuah-petuah dari Wakil Kepala Sekolah Kemahasiswaan. Tapi dimana ya si Ferdy? Kok hari ini dia ngga kelihatan, mungkin saja dia kena hukuman soalnya anaknya suka telat.

Lumayan itu guru ceramah sampai kaki ini rasanya sampai terbakar, setelah bubar aku segera berjalan menelusuri ruang-ruang kelas X. Kelas X dibagi menjadi 8 kelas dengar-dengar sih semakin angka kelasnya semakin tinggi semakin tinggi pula kesempatan berkumpul sesama orang-orang ngga cerdas. Untungnya aku anaknya lumayan pintar dan benar sekali akhirnya aku dapat kelas X-2. Ruang kelasnya lumayan bersih, mungkin karena yang menghuni adalah orang-orang rajin dan pintar makanya jadi bersih mengkilap kelasnya. Dengan sigap aku mencari kursi baru dan dapat kursi dekat jendela. Posisnya bagus karena dari jendela aku bisa melihat lapangan basket, yang katanya cowok-cowoknya lumayan cakep dan seksi tapi aku anaknya ngga jelalatan kayak yang baca ini he he he he
Sepertinya semua murid sudah masuk seluruhnya, tapi kenapa cuma kursi sebelahku saja yang ngga ada mau duduki? Jangan-jangan bangku kosong lagi, takut jadinya. Tiba-tiba aku mendengar suara orang berlari dengan tergopoh-gopohnya dan tepat dia masuk ke kelasku. Betapa kagetnya aku ternyata orang itu Ferdy dan lebih kaget lagi lagi dia duduk disebelahku.

Astaga Ya Tuhan jangan beri aku cobaan lagi kataku dalam hati.

"Makasi ya sudah jagain kursi buat aku", kata Ferdy senang.
Jagain?? Hah muke lo yang harus dijagain, sambil aku memalingkan muka ke arah lapangan basket. Rasanya malas sekali duduk berdua dengan Ferdy, ya aku akui dia cakep cuma sifatnya ngga menggambarkan betapa cakepnya dia soalnya suka usil

"Kenapa diam?".

Tumben-tumbennya dia berkata dengan lembut gitu ke aku, jadi ngga enak juga cuekin dia. Yah akhirnya dengan nada terpaksa aku mau menjawabnya.

"Ngga kenapa-kenapa kok".

"Kirain lagi mikirin aku?", goda Ferdy.

"Ya, aku mikirin kamu gimana caranya jauh dari kamu!!", jawabku dengan kasar, kayaknya orang yang duduk dibelakang aku lumayan kaget dengarnya.

"Ya, maaf kalo gitu",balas Ferdy dengan nada rendahnya.
Waduh, kayaknya aku salah bicara nih, jadi ngga enak sama Ferdy, tapi biarlah lagian dia sudah biasa dengar kata-kata kasar dari aku. Cuma sekarang kok dia jadi lebih sedikit kalem?

Ting tong ting tong, bunyi bel pulang di sekolahku, Dengan segera aku menyusun buku-buku pedoman ke dalam tasku. Orang-orang di kelasku dengan cepat berlalu pulang, kayaknya cuma aku saja yang agak lambat keluar dari kelas, tunggu dulu! Kayaknya masih ada satu orang yang belum keluar kelas, orang itu sedang bersandar di pintu kelas. Sepertinya lagi sedih tapi aku ngga peduli itu, soalnya orang itu Ferdy. Saat aku bergerak melangkah keluar dari pintu tangan Ferdy menarik tangan kiriku.

Wow ! ada apa dengan dia kok tiba-tiba menarik tanganku? Akupun menghadap dia.

"Ada apa? Kok narik-narik tangan aku?". Jawab aku pelan.

"Boleh ngga aku main ke rumah kamu?".

What!!! Tumben-tumbennya dia pengen ke rumahku, aku jadi ingat waktu MOS dulu saat mengerjakan tugas kelompok bareng-bareng di rumahku, dan aku ingat sekali gimana binatang-binatang jelek itu bisa-bisa ada di kasurku, siapa lagi kalau bukan karena kejahilan si Ferdy, untungnya aku ngga pingsan saat itu.

"Mau ngapain ke rumahku? Mau ngerjain aku lagi?".

"Ya nggalah, aku cuma pengen ada teman ngobrol, untuk saat ini aku belum mau pulang ke rumahku". Jawab dia.

"Ah yang benar? Memangnya kamu lagi ada masalah?". HAH!! Kok aku tiba-tiba jadi perhatian sama dia? Memang sih aku sulit sekali benci sama dia, ngga tahu kenapa di dalam hatiku sepertinya ada perasaan itu ke dia, tunggu dulu!!!!!!!!! Kenapa aku jadi bicara gitu, lupakan ya pembaca.

"Ngga, aku ngga bakal ganggu kamu lagi, aku cuma pengen teman".

"Kan masih ada si Ardi dan Jeremy yang bisa nemenin kamu".

"Aku ngga mau sama mereka, lagian sekarang yang dekat dengan aku cuma kamu dit".

Kasihan juga lama-lama lihat muka dia memelas gitu, selama bicara dengan aku dia ngga melepaskan genggaman tangan dia, seperti seseorang yang ngga mau kehilangan kekasihnya. Waduh mikir apa lagi aku ini?

"Yawda, kamu boleh ke rumah aku tapi aku pulangnya naek angkot".

"Makasi ya dit, mending pulangnya naik motorku aja, aku bawa motor ke sekolah soalnya".

"Tapi aku ga bawa helm", jawabku.

"Tenang aja aku bawa helm dua kok, ntar bisa kamu pake".
"Ok lah".

Aku berdua dengan Ferdy akhirnya berjalan menuju halaman parkir, agak jauh sih dari kelas soalnya Ferdy taruh motor di parkiran khusus orang telat. Selama berjalan dengan dia ngga tahu kenapa perasaan itu muncul lagi, saat aku sekelompok MOS dengan dia, disaat kami berdua berjalan, rasanya seperti orang yang mengharapkan sebuah cin..... ahhh mikir apa lagi aku ini.

***

I'll Be Your Heart [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang