PART 31

4.6K 216 1
                                    

Bang Bang Bang (Bagian Ketiga)

Cowok itu kembali menaiki sepeda fixienya yang berwarna biru. Dikayuh terus sehingga tidak berapa lama dia sudah sampai di sekolahnya. Dihampirinya teman-temannya yang sedang bermain basket.

"Woi!!! Liat kapten kita sedang pamer body", teriak salah satu temannya.

"Iri?", tanya cowok itu ke temannya.

"Ngga kale! Ayo main basket dulu", ajak temannya.

Ferdy yang juga ada di lapangan basket segera menghampiri cowok itu. Badan Ferdy yang basah oleh keringat membuat nafasnya tersengal-sengal. Baju yang digunakannya jadi basah oleh keringatnya. Dengan percaya dirinya dipeluknya cowok itu.

"Jijik!!", kata cowok itu yang melepas pelukan Ferdy.

"Kayak kamu ngga aja", balas Ferdy. "Ngapain Kak shirtless gitu? Mau jadi artis bokep?"

"Artis bokep kepala lo! Tadi ada orang yang bikin kotor bajuku", jawab cowok itu.

"Hahahahahaha, aku pinjamin kaosku ntar", kata Ferdy yang tertawa.

"Yah, aku ke sini juga bermaksud minjem".

"Boleh, tapi ada syaratnya", pinta Ferdy.

"Jangan bilang aku harus telanjang?", tanya cowok itu.

"Kok tahu?", balas Ferdy yang langsung melorotkan celana pendek cowok itu dan langsung kabur seketika.

"Gila kamu Fer!! Sini!!!", teriak cowok itu yang mengejar Ferdy.

"Hahahahahahahaha, awas Kapten ngamuk!!!!", teriak Ferdy ke teman-temannya.

..............................................

Hari esoknya kemudian.

Hari yang sial kemaren, kenapa aku harus mencuci baju orang yang tidak aku kenal dan tahu namanya. Apalagi ini hari senin, ke sekolah lagi, yang pasti bakal ketemu sama Ferdy. Bingung apa yang harus aku lakukan, apa aku pura-pura menjauh saja ya? Atau aku buat dia kecewa sama aku saja?

aku dengar ada bunyi klakson dari depan rumahku. segera aku berlari dan mendatangi Dika yang ternyata benar menjemputku pergi ke sekolah bersamanya. Sedikit senang sebenarnya, walau pun aku kurang enak sama Dika.

"Makasi ya mau jemputin", ucapku pelan dan menunduk.

"Ngga apa-apa kok", jawab Dika. "Yuk berangkat"

..................................................

Sudah berapa kali ya aku di jemput sama Dika? Rasanya ya masih seperti dulu, melihat punggung Dika, keusilannya saat melihat aku dari spion, yah masih seperti itu-itu saja, tapi aku sudah sedikit lupa rasanya saat dibonceng sama Ferdy. Terakhir saat aku makan berdua dengan dia, walaupun cuma beberapa hari tidak bersamanya tapi rasanya seperti berbulan-bulan. Kalau aku bandingkan Ferdy dan Dika, hatiku masih lebih memilih Ferdy lebih baik daripada Dika. Sudah beberapa kali aku dibantu sama Ferdy, tapi Dika hanya bisa, ah sudahlah! Aku berusaha untuk memberi Dika kesempatan lagi.

"Sampai juga", kata Dika yang memarkirkan motornya.

"Ia", ucapku. "Makasi ya"

"Ia sama-sama Dit, bareng ke kelas?".

"Boleh".

Aku berdua dengan Dika berjalan bersama ke kelas. Ada sedikit obrolan ringan yang kami bicarakan. Tapi aku lebih banyak canggungnya, canggung bukan karena aku gugup atau suka sama Dika, aku canggung karena masih bingung dengan sikapnya kemaren, lagian aku masih penasaran tentang Tristan. Dan panjang umur sekali, baru aku mikir tentang Tristan orang sudah nongol di depan kelas Dika. Seperti biasa dia nyengir tidak jelas ke aku. Ditariknya Dika dan mereka berdua masuk ke kelas Dika. Lagi deh, aku sendirian ke kelas

Kelasku masih sama seperti dulu, ramai dan anak-anaknya banyak yang melempar senyum ke aku. Desy dan Lola datang menghampiriku yang sudah duduk di meja. Wajah mereka terlihat sedikit bahagia karena aku sudah bisa bersekolah lagi.

"Huu, aku kepikiran kamu terus Dit", ucap Lola sedih.

"Kamu juga napa ga kasih kabar kalau sudah keluar dari rumah sakit?", kesal Desy yang duduk di sampingku, lebih tepatnya di kursi Ferdy.

"Maaf, soalnya aku agak sibuk, he", senyumku ke mereka.

"Yah, yang penting ngga apa-apa", jawab Desy.

"Tumben ngga sama Ferdy?", tanya Lola. "Kamu kelahi ya sama dia?"

"Ohhhhhh ngga kok!", ucapku sedikit kalap. "Mana mungkin aku kelahi sama orang kayak Ferdy".

"Kemaren itu aku kaget kamu habis dari ulang tahun Dika, muncul sama Ferdy, basah kuyup lagi?", tanya Desy.

"Memangnya ada masalah?", selidik Lola.

"Ngga kok, kecebur ke kolam", jawabku bohong.

"Yang benar kecebur?", tiba-tiba Anggi muncul di hadapanku dan disampingnya ada seseorang yang aku kenal. Tapi penampilannya ada yang berbeda. Lebih cakep.

"Ihhhhh Ferdy, makin cakep aja ama rambutnya", ucap Lola histeris.

"Ia dong, kalau tambah jelek kan susah dapat cowok", kata Ferdy yang menatap aku langsung. Apa maksud dengan perkataan dia? Apa aku jelek sampai tidak laku? Kurang ajar Ferdy!

"Bubar bubar, gurunya sudah datang", teriak Anggi. Desy dengan cepat menyingkir dari kursi Ferdy. Dan deg! Ferdy duduk di sampingku. Tapi kenapa aku malah gugup seperti ini? Apa karena dia tambah cakep dengan model rambutnya yang seperti itu. Rambutnya dipotong dengan sisi yang tipis dan dibikin uliran panjang ke belakang. Lalu dibuat mohawk di atasnya.

"Kenapa?", tanya Ferdy yang menatap tepat di hadapanku.

Mukaku langsung saja memerah dan bingung untuk menjawabnya. Dasar Ferdy dia masih tahu kelemahanku. Tapi kenapa aku semakin leamh tak berdaya oleh dirinya? Oh ya Tuhanku.

"Aku cakep kan?", tanya dia lagi.

"Hah!!!", jawabku ketus.

"Orang cakep gini kan banyak yang suka, sampai banyak yang ditolak", ucapnya seakan-akan menyindirku. Sudah keterlaluan Ferdy, apa kejadian kemaren jadi bahan leluconnya? Lihat saja aku balas nanti! Aku buat dia bertekuk lutut, jatuh cinta sama diriku, dan aku akan menolaknya sampai beribu bahkan puluhan kali, lihat saja kamu Fer!!!!!

HAHAHAHAHAHAHAHAHAHHAHAHAHAHAHAHAHAHA,!!!!

"Kamu kenapa?", tanya Ferdy yang memegang jidatku. "Kok nyengir-nyengir kayak...."

"Hah!!", aku terkaget melihat kelakuan Ferdy. "Ngga kok, ngga ada apa-apa"

"Apa jangan-jangan kamu sudah gi....", belum selesai Ferdy menyelesaikan kata-katanya tiba-tiba.

"ADIT FERDY!", bentak Ibu Dona yang sedang mengajar. "Kalo mau ngomong ada waktunya!!!"

Aku terdiam seketika mendengar bentakan Ibu guru tergalak se kelas X. untung tidak dikeluarin dari kelas, ni semua gara-gara Ferdy, kurang ajar dia. Dbentak seperti itu dia malah ngikik ngga jelas, tanda dia senang aku dimarahi sama Ibu Dona, guru bahasa tubuh kelasku. Huh!

..........................................

Meskipun sekarang waktunya istirahat, aku lebih memilih di dalam kelas. Malas sekali untuk beranjak dari kursi, kurang mood. Saat ini aku sedang memikirkan bagaimana caranya membalas semua perlakuan Ferdy, aku tidak sudi diperlakukan seperti tadi, lemah tak berdaya. Sudah saatnya aku menunjukan kegigihanku melawan Ferdy.

"Halo", Tristas muncul di dalam kelas dan menghampiriku yang membuyarkan semua lamunanku tentang pembalasan kejahilan Ferdy.

"Ada apa ya?", tanyaku bingung dengan kehadiran Tristan.

"Sebenarnya aku malas melakukan ini, tapi Dika memaksanya", ucap Tristan yang terdengar masih sedikit ada keangkuhannya.

"Memangnya ada apa lagi?", tanyaku yang sedang menahan emosi.

"Aku ingin minta maaf", ucap Tristan yang mengulurkan tangannya ke arahku.

Spontan saja aku bengong dan lumayan kaget dengan apa yang dilakukan Tristan. Dia meminta maaf ke aku? Padahal melihat akus aja seperti melihat musuh abadinya. Kadang aku berpikir salah aku apa sampai dia tega melakukan yang kemaren?

"Maaf kenapa?", tanyaku balik.

"Ya minta maaf kejadian kemaren, aku sudah salah", kali ini suara Tristan terdengar lebih lembut. Sepertinya dia memang benar-benar tulus meminta maaf.

"Ya ngga apa-apa kok Tris", aku mencoba meraih tangannya. "Aku maafkan kok"

"Bener?"

"Ia", aku pun mengangguk tanda memaafkan perbuatannya.

"Aku boleh duduk di samping mu?", tanya Tristan lagi.

"Boleh kok".

Tristan duduk di sebelahku tepatnya di kursinya musuh bebuyutanku, Ferdy. dia terlihat sedikit gugup. Wajahnya masih tertunduk lesu.

"Maaf banget ya Dit, aku sudah kelewatan", ucapnya lagi.

"Ngga apa-apa kok, kan yang penting aku selamat", balasku tersenyum.

"Kamu ternyata memang benar-benar mirip dengan dia, pantas Ferdy suka".

"Dia? Suka?", tanyaku heran dengan perkataan Tristan.

"Orang yang baik sama aku dulu, namanya Riki", jawabnya.

"Riki? Aku ngga kenal yang namanya Riki", kataku bingung.

"Ntar juga kamu tahu", balasnya dengan senyuman.

"Haaaa, aku jadi bingung", aku menghela nafas.

"Jadi kamu milih sapa?", tanya Tristan.

"Milih apa?", tanyaku balik yang semakin bingung.

"Dika atau Ferdy", katanya. "Tapi ingat jangan rakus milih kedua-duanya".

"Hah? Dari mana kamu tahu tentang itu semua?", aku semakin bingung.

"Ya dari sapa lagi?", jawabnya seadanya. "Aku balik ke kelas dulu ya, masih ada tugas".

"Ia ia ia", jawabku dengan wajah penuh kebingungan, satu yang pasti tadi Tristan bilang "Ferdy suka", masa Ferdy juga suka sama aku? Tapi kenapa dia menolakku? Tapi tidak apa-apalah, ini waktu yang bagus buat balas dendam sama Ferdy.

.....................................

Akhirnya istrahat kedua menghampiri waktuku juga. Sekarang saatnya aku segera melangkah ke kelas Dika, hari ini aku ingin bersekutu dengan Dika, aku pikir Dika mau menerima ajakanku untuk berpura-pura pacaran. Ini semua direncanakan buat Ferdy jadi terbakar api cemburu. Senangnya aku membalas perlakuan Ferdy, hihihihihihihihi.

"Nah lo? Nyengir lagi", ejek Ferdy yang bingung melihat kelakuanku yang aneh hari ini

"Mang salah aku nyengir?!", balasku untuk membela kelakuanku yang aneh.

"Ngga kok".

"Minggir, aku mau ke kelas Dika", jawabku yang berdiri dan keluar dari kursi panas.

"Mau ngapain?", tanyanya.

"Lihat aja nanti", jawabku pergi dengan angkuhnya. Sedangkan Ferdy hanya bisa menatap sinis melihat kelakuanku yang ANEH.

Sesampainya di kelas Dika, aku hanya melihat Dika sendirian di kelasnya. Waktu yang tepat bagiku, mumpung sepi aku harus bisa menjalankan rencanaku.

"Dika", sapaku.

"Oh, Adit", jawabnya penuh senyum. Hari ini ternyata dia menggunakan kacamata hitamnya, kelihatan keren sekali.

"Em, aku ingin bilang sesuatu", kataku yang sembari duduk di sampingnya.

"Mau bilang apa?", tanya Dika yang menatap dengan tatapannya yang khas. Lembut dan mepesona. Aku yang melihatnya jadi tidak tega melakukan rencana awalku. Aku jadi mikir, bagaimana perasaan Dika kalau dia tahu aku rencananya ingin berpura-pura jadi pacarnya.

"Halo?", buyar Dika dari lamunanku.

"Oh iya, kamu mau jadi pacarku?", aku spontan langsung mengatakan hal yang tidak diinginkan (menurutku, padahal sebelumnya aku ingin sekali mengatakannya)

"Apa yang kamu bilang?", tanya Dika kebingungan dengan perkataanku tadi.

"Emmm, lupakan", aku langsung beranjak pergi dan ingin kabur dari Dika. Aku benar-benar malu.

"Kalau kamu mau, aku mau kok", jawab Dika.

"Udah Ka, aku bercanda aja tadi".

"Ngga apa-apa kok", kata Dika yang memegang tanganku. Aku jadi bingung dengan keadaan ini, apa yang harus aku lakukan? Niatku kan pura-pura, tapi kenapa jadi tidak ada "pura-puranya".

"Tapi Ka...."

"Sudah, kalau itu benar-benar bisa mengembalikan ngga masalahkan", ucapnya.
"Hem, ya sudah", jawabku pasrah. Daripada sia-sia kesempatan ini, aku harus bisa memanfaatkannya, aku berharap Dika tidka bakal sakit hato atau kecewa karena aku berpura-pura. Yang pasti suatu saat aku harus jujur tentang perasaanku ke Dika.

"Jadi kita harus rencanakan kencan pertama neh", kata Dika dengan senangnya.

"Heh, ia Ka", jawabku pasrah lagi.

"ARGH!!!", teriakku histeris.

"Ada apa?", tanya Dika yang kaget melihatku berteriak.

"Aku harus balikin baju orang".

"Baju?",

"Ia, katanya dia di sekolah ini", jawabku secepatnya.

"Lo kok aneh?".

"Ntar aja penjelasnnya, aku harus cepat-cepat balikin sebelum bel masuk".

"Aku bantu ya", kata Dika.

"Boleh kok Yank", ucapku tersenyum. Bisa gila juga aku panggil "Yank" ke Dika.

***

I'll Be Your Heart [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang