PART 33

5.2K 253 5
                                    

Mr. Know It All (Bagian Kedua)

Baju kemeja biru kotak-kotak dengan celana jins hitam yang aku pakai buat nonton bareng Dika. Yah, lebih tepatnya bisa dibilang kencan. Aku menatap cermin lemariku, terlihat sekali aku sangat cocok dengan penampilan cute satu ini, ternyata orang kurus itu seksi juga ya?

"Tunggu dulu!!", ucapku dalam hati. Aku kan rencananya main pacaran bohong-bohongan sama Dika tapi kenapa malah jadi seperti ini? Niat awalku memang memancing cemburunya Ferdy bukan pacaran ASLI dengan Dika. Tapi untuk sekarang aku tidak mau jujur kalau ini bohongan, aku takut rencanaku terbongkar dan malah jadi bahan ejekan atau tertawaan orang. Tapi aku juga takut Dika bakal patah hati karenaku. Aku jadi bingung apa yang harus aku lakukan, daripada pusing mikir kayak gitu lebih baik aku bawa santai saja, suatu saat nanti aku akan berkata jujur.

Aku hanya bisa termenung menatap diriku di cermin. Apa tampang orang seperti aku bis ajadi jahat juga ya? Kan tampangnya masih lugu? Apa karena cinta sesam seperti ini aku malah jadi tergila-gila? Apa selama ini aku puas jadi rebutan para cowok-cowok? Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan perasaan dan diriku. Saat ini yang aku inginkan bisa mendapatkan kisah cinta yang sempurna, baik dan lurus tapi yang aku dapatkan hanya cinta yang orang bilang cinta terlarang. Seberapa terlarangnya kah cinta seperti ini?

"DIT! Dika di depan!", teriak Ibuku dari luar kamarku.

"Ia Mah", jawabku yang sembari mengambil dompetku (walau pun isinya cuma Rp. 20.000,-). Aku segerakan menuju depan rumahku. aku lihat Dika sedang menunggu di motornya.

"Maaf lama", sapaku.

"Ngga apa-apa kok" jawab Dika dan melirikku dari ujung kepala hingga kaki. "Manis banget".

"Ah,,,,kamu bisa aja", kataku tersipu malu-malu. "Kamu juga keren".

"Ya jelaslah aku keren", katanya penuh percaya diri. Memang Dika lebih terlihat dewasa dengan pakaian yang dia gunakan. Kaos berkerah warna biru dipadukan dengan jins hitamnya yang kalau lihat terlalu ketat sampai bagian disitunya nonjol. Kaos yang dia gunakan terllau pendek jadi panjang kaosnya hanya sampai di atas gesper celananya. Kayaknya Dika lagi menggunakan dresscode ketat dan pendek.

.................................................

Aku berdua dengan Dika berencana nonton di 21 di Palangkaraya Mall yang orang-orang bilang Palma. Bagiku Mall itu memang lebih terlihat seperti town square saja, soalnya dibandingkan dengan Mall di Jawa masih terlihat lebih kecil tapi tetap saja isinya terlihat besar. Palma letaknya tepat di sisi Bundaran Besar. Saking sempitnya buat lahan parkir mobil dan motor, banyak orang yang memarkirkan kendaraannya di luar Mall.

Palma terdiri dari 3 lantai, lantai pertama banyak di isi sama supermarket dan toko-toko kecil. Di lantai satu juga ada Texas Chicken yang viewnya tepat berhadapan dengan Bundaran Besar. Berikutnya lantai dua, ya isinya kebanyakan orang yang berjualan baju dan juga ada bookstore. Oya, di lantai satu ada pelukis lho, jadi kalau kita ingin punya lukisan diri kita sendiri bisa pesan sama orangnya. Lukisannya bagus sekali. Berikutnya lantai 3 di isi sama food court dan game zone. Di lantai tiga juga ada Bioskop 21, tempatnya lumayan bersih dan rapi. Suasana ruang tunggu bioskopnya juga ga kalah sama 21 di luar Kalimantan. Pokoknya oke lah.

Seperti itulah gambaran Palma menurutku, kalau masih penasaran bisa tanya sama mbah google ya, jangan lupa like this yo. Sementara itu di luar terlihat sekali cuaca sangat mendung. Memang akhir tahun di Palangkaraya pasti selalu di isi dengan mendung, hujan, dan becek. Aku harap hujannya nanti saja turunnya, takutnya ntar tidak bisa pulang ke rumah karena hujan.

Dika masih melajukan motornya turun ke bawah, parkir motornya memang ada di bawah atau tepatnya di basement. Agak takut sebenarnya kalau aku naik motor lalu turun di parkiran basement, soalnya jalan turunya agak curam kayak jurang, serem pokoknya. Akhrinya Dika bisa memarkirkan motornya di tempat yang semestinya (maksudnya apa?).

"Sumpek di bawah sini", keluhku.

"Namanya juga parkiran", jawab Dika yang selesai membetulkan posisi motornya.

"Yuk ke atas langsung", ajak Dika.

Dengan cepat aku mengikuti langkah Dika, kami berdua menaiki tangga untuk menuju Lantai 1. Hari ini sepertinya masih agak sepi di Mall, apa karena hujan atau masih belum hari liburan. Tapi menurutku suasan sepi seperti ini memang cocok buat nonton bioskop karena tidak bakal antri panjang.

"Uhhh!!!". Keluhku lagi.

"Sabar, ga usah marah-marah gitu", kata Dika yang mencoba menenangkanku.

"Kebiasaan Palma ini, ekskalatornya mati terus, kan capek naik tangga mulu".

"Yah mau gimana lagi, itung-itung olahraga lah".

"Tapi kan jadi capek", keluhku.

"Memang belum makan?", tanya Dika.

"Udah kok", jawabku.

Kayaknya kakiku bakal bengkak, tidak kebayangkan dua lantai aku naiki dengan tangga tak bergerak. Rasanya urat-urat kakiku mulai pecah. Sedangkan Dika hanya bisa tertawa kecil melihat kelakuanku. Memangnya lucu apa orang capek kayak gini. Akhirnya perjuanganku berakhir, kami berdua telah sampai di 21. Kayaknya yang datang lumayan juga tapi tadi sepintas aku melihat Kak Felix lewat keluar dari pintu sebelah 21.

"Mau nonton apa?", tanya Dika yang melihat-melihat poster besar film-film yang ditayangkan.

"Yang paling rame aja", jawabku yang melihat film-film yang kebanyakan di isi film horor. Bakal teriak-teriak nanti aku di dalam kalau nonton horor.

"Ah, kita pilih yang ini aja", tunjukku ke sebuah film yang isinya seperti film komedi romantis dari Hollywood.

"Boleh, tapi yakin?", tanya Dika lagi.

"Yakin lah, mangnya kenapa?", tanyaku balik.

"Ngga apa-apa kok, itu film box office soalnya", jawab Dika.

"Wah bagus lah", jawabku senang.

Aku cepat-cepat bergegas menuju antrian di pembelian karcis bioskop. Entah kenapa rasanya senang sekali bisa nonton berdua. Walaupun bukan sama Ferdy, tapi bagiku ini hari yang spesial buatku. Bayangkan saja, baru pertama kali seumur hidupku, aku nonton berdua di bioskop sama cowok keren lagi, unyu-unyu banget lah.

Ngomong-ngomong lagi asyiknya antri berdua sama Dika tiba-tiba di belakangku ada orang yang menyenggol pas tepat di sisi Dika juga.

"Hayo ketahuan?", kata seorang cewek yang muncul dari belakang. Sekilas wajahnya kelihatan lebih muda dari aku.

'Kamu", balas Dika. Aku yang bingung hanya bisa menatap wajah Dika dan cewek itu.

"Ini?", tanyaku yang masih bingung.

"Adekku Dit", jawab Dika.

"Adek?", tetap saja aku masih bingung.

"Rika", kata cewek itu menjulurkan tangannya ke arahku. Senyum mengembang dari wajah manisnya.

"Adit, teman Dika", jawabku sembari menjabat tangan Rika, adiknya Dika.

"Mas, bayarin ya?", manja Rika ke Dika.

"Ia, ia tapi jangan ganggu mas ya?", balas Dika.

"Mas?", aku tertawa kecil mendengar Dika dipanggil mas sama adiknya.

"Ia, di rumah Dika itu dipanggil Mas Akid", jawab Rika memotong pembicaraan.

"Mas Akid? Ga salah?", aku nyaris tertawa tapi Dika hanya bisa diam menahan malunya. Ketahuan rahasia Dika, di rumah ternyata dia dipanggil Mas Akid (dibalik Dika) ngga ada nyambungnya itu nama.

"Ia, ia...... sudah sudah kita bayar karcis dulu", Dika mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Mas AKid! Ntar anterin pulang ya?", tanya Rika yang menarik bajunya Dika.

"Tapikan aku bareng temanku", jawab Dika yang kelihatan tidak senang diganggu.

"Udah anterin aja ntar", kataku mencoba menenangkan Dika.

"Ia, ntar diatur selesai nonton", jawab Dika dengan wajah terpaksa menurut kata-kataku.

"Asikkkkk", kata Rika yang senang tanpa ada perasaan bersalah sedikit pun.

.........................................

"AHHHHHHHHHHHHHHHHH!", teriakku menonton film yang aku kira film romantis. Aku pegang erat tangan Dika yang duduk di sampingku. Dika hanya bisa bengong dan bingung menlihat aku yang berteriak histeris. Sedangkan aku masih saja kehilangan kontrol untuk menghilangkan rasa takut.

Kalian tahukan film Twilight Saga yang ada Isabella Swan dan Edward Cullen, itu film romantis yang dipadukan dengan tokoh horor jadi kesan horornya hilang karena adegan yang ditampilkan adalah adegan romantis. Tapi buat yang aku tonton ini bukan film seperti itu! Kalian tahu film yang tidak aku sukai yang pemerannya Megan Fox? Yang judulnya Jeniffer Body's? ya seperti itu filmnya, diposternya kesannya romantis dengan gambar cewek seksi ternyata isinya ngga banget. Aku menyesal nonton film ini.

Sebenarnya pengen sekali ajak Dika pulang. Namun aku ngga enak, masa sudah capek-capek datang jauh-jauh, dibayarin lagi main asal keluar ngga nonton filmnya. Dengan segenap jiwa raga aku berusaha untuk menontonnya walaupun ketakutan.

"ARGHHHHH!!!!!!!!", aku terus saja berteriak hingga.......

2 jam lebih kemudian.

"Hosh, hosh", suara nafasku keluar dari mulutku. Aku akhirnya bisa keluar juga dari ruang bioskop. Dika sedikit-dikit hanya terlihat tersenyum kecil.

"Maaf ya sebenarnya tadi aku tahu itu film horor", kata Dika yang tersenyum LICIK!

"APA?",.

"Maaf dong, soalnya tadi wajahnya ceria lihat poster filmnya jadinya aku ngga bisa mencegah", elak Dika.

"Ughhhh", kesalku. Wajahku berubah cemberut, itu semua karena Dika.

"Hahahahaha, mukanya lucu kalo cemberut", ejek Dika.

"Kok ketawa? Ughhhh".

"MAS AKID!!!", teriak Rika dari kejauhan yang juga baru selesai nonton film bersama rombongan temannya. Yah, sebenarnya tadi dia datang tidak sendirian tapi bareng temannya, hanya saja temannya tidak terlihat di antrian.

"Aduh, ada Rika", keluh Dika.

"Napa?", tanyaku heran.

"Harusnya tadi kita cepat-cepat kabur, gawat kalo sama cewek matre".

"Matre?".

Rika terlihat berlari menjauh dari temannya dan mendekati aku bersama Dika yang duduk di pinggiran lorong pintu masuk ruang bioskop.

"Jadikan anterin aku pulang?", kata Rika penuh manja. Kadang sebel juga lihatnya jadi cewek kok manja?

"Kan mas sudah bilang, mas sama teman", jelas Dika yang kelihatannya ingin menghindar.

"Hemm, kan temannya bisa nunggu!", jawab Rika yang keliatan kesal.

"Ya ngga apa kok Ka", jawabku penuh dengan perasaan mengalah saja.

"nah tuh temannya ngga apa-apa", jawab Rika. "Atau aku teriak sama Mama ntar!".

"Ia ia, tapi pulang!", ucap Dika kesal.

"Ia, adek janji kok Mas Akid", kata Rika dengan gaya anggunnya. Kalau aku lihat dari wajahnya sepertinya ada sesuatu yang disimpannya. Sudahlah daripada lihat Dika kelahi sama adiknya lebih baik aku mengalah.
]
"Ya sudah kalo gitu", ucap Dika yang beranjak dari tempat duduk. "Dit tunggu bentar ya".

"Ia, aku tunggu di lantai satu ntar", jawabku.

"Ih mesra amat?", ejek Rika.

Dika hanya menjawab dengan tatapan tajam yang membuat Rika terdiam. Wah, gawat nih kalau adiknya Dika tahu yang sebenarnya. Apa ngga curiga masa dua orang cowok nonton berdua di bioskop? Apa katanya nanti?

..............................................

Akhirnya aku sendirian menunggu di teras Palma. Menatap lalu lalang orang yang datang dan pergi, tapi pemandangannya lumayan keren juga, terlihat bersih, jalanan juga ngga macet. Aku menarik dompet dari kantung celanaku dan melihat isinya cuma ada Rp. 20.000,- saja padahal perut sudha keroncongan. Rencana traktiran Dika gagal gara-gara adeknya.

Aku pun beranjak ke arah pagar teras Palma. Aku bersandar di situ sembari menikmati hembusan angin yang semakin kencang. Aku toleh ke atas awan, aku lihat awan mendung mulai berkumpul di atas. Kayaknya bakal di bawa Dika tengah malam ini, mana pulsa tinggal sedikit lagi. Susah memang jadi orang miskin kayak aku, punya cowok-cowok kaya tapi ngga bisa dimanfaatin (ngarep).

"Sendirian?", kata seseorang yang muncul di sampingku.

"Ah, Kak Felix ngagetin aja", jawabku.

"Ya soalnya kayak orang stres gitu".

"Maksudnya?".

"Ditinggal sama Dika ya?".

"Kok tahu?", tanyaku. "Ah! Ngga maksudku..."

"Sudah ngga usah disembunyikan, aku tahu semuanya kok", jawab Kak Felix sok tahu.

"Sotoy lu", ejekku kesal.

"Wah, kasar juga ngomongnya", balas Kak Felix. Aku sih hanya bisa merengut.

"Pantes jadi rebutan", timpalnya.

"Maksudnya?", tanyaku heran.

"Aku tahu semuanya kok".

"Tunggu dulu? Kok jadi tiba-tiba bahas hal yang aku ngga tahu", ucapku pura-pura.

"Ya tahulah".

"Trus ke sini sama siapa? Tadi aku lihat sama seseorang".

"Sama adeknya Dika itu".

"WHAT!!", aku kaget mendengar perkataan dari Kak Felix. Bersama Rika? Apa mereka pacaran?

"Tapi baru diputusin", tambahnya lagi.

"Kok bisa pu....", belum selesai aku berbicara perutku berbunyi liar tanpa kendali. Malu sekali, sudah dua kali aku melakukan hal memalukan ini.

"Hahahahahaha, bilang dong kalo lapar", tawa Kak Felix. Aku hanya bisa menunduk, memalingkan wajahku yang memerah.

Tapi, duitku ngga cukup", jawabku polos dan penuh keluguan.

"Ya sudah kita makan dulu", ajak Kak Felix.

"Aku ngga punya duit", kataku dengan wajah memelas.

"Aku yang bayarin, itung-itung bayar jasa nyuci bajuku".

"Itu lagi".

"Cepat ah, keburu bunyinya makin besar".

"Ia ia.....". aku pun bersama Kak Felix kembali masuk ke dalam Palma. Sepertinya Kak Felix mengajak ke Food Court. Soalnya aku menaiki tangga lagi ke lantai 3.

.......................................

Akhirnya aku sampai juga di Food Court tentunya dengan penuh perjuangan yang keras untuk menaiki tangga yang melelahkan. Kak Felix hanya bisa menyengir melihat keluh kesahku menaiki tangga. Ya wajarlah kan aku bukan atlet Basket kayak Kak Felix.

"Nah kita makan nasi goreng jawa di situ aja, enak lo", ajak Kak Felix.

"Ia boleh",

"Aku pesan dulu ya, kamu cari aja tempat duduknya, minumnya?".

"Emmm, es jeyuk aja",

"Fuff! Ya ya ya".

5 menit kemudian.

"Ni pesanannya", kata Kak Felix yang datang membawa makan nasi goreng. Dari baunya tercium harum sekali.

"Makasi Kak".

"Sama-sama", jawab Kak Felix yang kemudian menyantap nasi goreng itu tanpa berdoa dulu. Sifatnya kok kalau dilihat persis kayak Ferdy? emm Ferdy?

"Dika pergi sama adeknya ya", tanya Kak Felix.

"Ia".

"Bisa lama itu".

"Masa? Katanya sebentar saja".

"hahahaha, bentar tapi berjam-jam, kayak ngga tau adeknya".

"Ya aku ngga tahu kan baru kenal tadi", jawabku.

"A]deknya itu matre dan super manja, kalo maunya ngga dituruti bisa berabe", jelas Kak Felix sembari mencomot makanannya.

"Trus putusnya oleh itu?", tanyaku mengulang yang belum sempat aku tanya tadi.

"Ia, tadi dia minta dbeliin blackberry".

"Wah enaknya, dibeliin?".

"Nggalah, aku ngga mau beliin eh dianya minta putus dan ikut nimbrung bareng temannya nonton bioskop", jelas Kak Felix yang sempat tersedak makan.

"Ati-ati Kak, makannya yang pelan.

"Uhuk", Kak Felix mengambil minumannya dan meminumnya untuk menghilang kesedakannya.

"Kenapa kamu mau pacaran sama Dika?".

"Uhukkkkk", sekarang malah aku yang tersedak. "Darimana tahu?".

"Ya aku tahulah, semenjak Dika dan Ferdy kelahi dulu".

"Hah???? Mereka cerita gitu?", tanyaku kaget.

"Ya dong, aku sih orangnya ngga ambil pusing dengan hubungan semacam ini, yang penting rekanku di tim basket bisa akur".

"Gitu ya?",

"Ferdy lebih sering curhat ke aku tentang kamu", jelas Kak Felix.

"Kok bisa sih? Ah bohong, terus Kak Felix berarti dari awal kenal aku dong?".

"ya kenallah, apalagi pas di bawah jembatan itu, aku sengaja nabrakin diri".

"Nakalnya!", kataku dengan ketus.

"Hahahaha, tapi saranku lebih baik kamu sama Ferdy saja".

"Kenapa? Kan dia bilang ngga mau pacaran gitu", jelasku dengan penuh nada entah bisa disebut dengan nada sedih.

"Ya memang gitu Ferdy, ngga bisa jujur sama hatinya sendiri".

"Tapi kan sekarang aku sama Dika", jawabku mengelak.

"Jangan nipu Dit, aku tahu kamu cuma pura-pura".

"Sok tahu Kakak nih", kataku penuh dengan keanehan dengan tingkah laku Kak Felix, benar-benar Tahu Segalanya.

"Kan aku lebih tua dari kamu jadi lebih banyak pengalamanlah".

"Tapi aku bingung Kak, harus gimana lagi, niat awalnya pengen buat Ferdy marah".

"HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA, kena deh, ternyata benar pura-pura pacaran?".

"Ihhhhhhh dijebak! Resein", aku merengut dan mematung.

"Adit adit, ngomong aja jujur sama Dika, dia pasti menerima kok".

"Uh!".

Tiba-tiba ponselku berdering, sepertinya ada telepon yang masuk. Aku mencoba melihat hp-ku, ternyata Dika yang menelepon. Aku jadi curiga kenapa dia nelepon, jangan-jangan ngga jadi jemput lagi.

"Halo", jawabku.

"Adit! Maaf banget, kayaknya aku bakal lama jemputnya", jelas Dika lewat telepon.

"Pasti Rika", aku mencoba menebak.

"Ia".

"Ya sudah ngga apa-apa kok, lagian di sini aku sama Kak Felix kok".

"Kak Felix disitu ya? Ntar bilangin saja minta anterin sama Kak Felix, dia pasti mau kok".

"Ia ia ia, urus aja dulu Rika".

"Kamu marah".

"Ngga kok, ngga apa-apa".

"Ya sudah, aku mau pergi lagi nih sama Rika, ati-ati mau hujan".

"Ia".

............................

Kecewa sebenarnya sama Dika, lagi-lagi dia plin-plan. Yang ngajak ke Palma siapa? sudah gitu ditinggal begitu saja? Untungnya ada Kak Felix, kalau ngga? Mau sama siapa aku pulang?

"Dika?", tanya Kak Felix.

"Ia", jawabku.

"Jadi?".

"Dia minta Kak Felix anterin aku pulang, ya ya ya ya", kataku memelas lagi.

"Enak banget, emang aku babunya?".

"Jadi aku?".

"Ya pulang sendiri lah".

"Jahatnya".

"Ya emang, eh tunggu aku mau telepon dulu".

............................

Kak Felix terlihat mengeluarkan hp-nya dari sakunya. Dia memencet beberapa tombol dan menelepon seseorang yang aku tidak tahu siapa.

"Bisa ga?".

Xxxxxxxx

"Ya seperti biasa? Kamu mau kenapa-kenapa?

Xxxxxxxx

"Sip, aku tunggu 15 menit ya"

Xxxxxxxx

"Ok".

..........................

"Nelepon siapa sih Kak? Kok kayaknya ada yang mau direncanain gitu".

"Anak kecil diem aja, ga usah ikut campur", kata Kak Felix yang nadanya berubah emosi atau bisa saja pura-pura.

"Ya maaf", jawabku menundukan kepalaku. Spontan saja Kak Felix yang melihat tingkahku tertawa.

"Hahahahahahaha, kamu lucu juga ya? Sayang aku telat".

"Telat apa?".

"Telat kenalan sama kamu".

Mukaku langsung saja memerah. Hari gini bisa-bisanya gombal? Kak Felix Kak Felix.

15 menit kemudian.

"Ya sudah aku balik ya".

"Loh? Aku ditinggal sendiri Kak?", tanyaku.

"Ya tunggu aja di sini sampai ada yang jemputin".

"Aku ngga mau, lagian ngga ada pulsa buat hubungi orang", aku pun memelas, LAGI.

"Ya urusanmu, dahh", ucap Kak Felix yang beranjak dan menghilang dari pandanganku. Aku hanya terdiam syok, kesal, marah, dan kecewa bercampur aduk. Lagi-lagi dikerjain sama Kak Felix. Selang beberapa detik dari belakang tiba-tiba ada yang memanggil namaku.

"Dit", ucap orang itu.

Aku pun menoleh ke belakang dan "Ferdy?".

***

I'll Be Your Heart [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang