PART 24 (Ferdy Past)

5.5K 233 6
                                    

Criminal

Aku Ferdy, orang-orang kadang dengar namaku saja sudah takut dikalangan para geng clubbing. Aku dikenal urakan dan suka berkelahi kapan pun aku mau. Namun semua itu berubah oleh seseorang. Saat itu aku masih duduk di kelas 2 SMP di salah satu sekolah swasta Kota Malang.

Sudah SMP saja sudah nakal gimana pas besarnya? Begitu kira-kira orang berkata kepadaku. Mungkin karena orang tuaku yang sudah kaya tujuh turunan bisa meng-handle sekolahku agar aku tidak di DO. Sebenarnya dalam hatiku aku tidak ingin menjadi anak yang nakal dan liar. Itu tidak akan terjadi kalau kedua orang tuaku selalu di sampingku. Apalagi ayahku sangat jarang sekali datang ke rumah. Kalau pun dia datang pasti selalu ada pertengkaran. Bikin kepala jadi pusing. Untungnya Ibuku yang kadang perhatian berusaha membimbingku ke jalan yang benar walaupun sering aku hiraukan. Apa gunanya nasehat orang tua kalau mereka saja tidak pernah ada disaat aku sedih mau pun senang.

Di sekolah aku punya 3 teman yang punya kelakuan sama kayak aku. Hobi clubbing, mainin perasaan cewek, mabuk-mabukan tapi buat nge-drug ngga lah, aku masih sayang nyawa. Aku mau bilang satu rahasia dengan kalian semua tapi jangan sampai Adit tahu, kalau aku sejak SMP sudah tidak perjaka lagi. Wajar dong, namanya juga kota besar pasti remajanya sudah pernah ML entah itu sekali atau berkali-kali kayak aku.

Sebenarnya aku paling malas kalau mau cerita tentang masa laluku. Masa di mana pertama kalinya dalam hidupku bahwa seorang pria bisa jatuh cinta dengan pria lain bukan seorang wanita. Dan itu merubah semua hidupku yang dulunya urak-urakan menjadi orang yang sedikit benar. Andai aku tidak kenal dan bertemu dengan orang itu mungkin aku tidak akan merasa memiliki perasaan yang berbeda buat Adit yang sekarang.

Saat itu aku lagi berada di rumah. Bersiap untuk berangkat clubbing di salah satu klub malam di Kota Malang. Yah, kalian pasti tahukan nama tempat clubbing paling seru di Kota Malang apalagi kalau bukan H***'s Cafe. Aku bersama tiga temanku Fyo, Erik dan Denis berangkat menuju klub malam itu. Yah kami menggunakan dua motor yang gayanya sudah kami modif. Motornya sangat berisik jadi kalau dipakai malam hari suara bakal tambah nyaring. Belum lagi warna-warna cat motor yang dituliskan dengan kata -F**k You- -S**k My Assh***- . Sangat menarik bukan? Buat yang ingin tewas silahkan ditiru.

Tibalah aku bersama keempat temanku di klub malam itu. Sangat ramai soalnya hari ini malam minggu pasti banyak yang happy-happy di klub malam. Ada yang datang dengan pacarnya ada juga yang sama temannya ada juga yang datang sendirian, jual diri kali?

Aku bersama temanku menurunin tangga ke bagian bawah Mall. Ya lebih tepatnya klub malamnya ada di bawah Mall. Saat sudah dekat dengan klub malamnya dentuman musik terasa sangat nyaring sekali. Kami melewati pos penjagaan dan memasuki ruangnya. Terlihat orang-orang sudah berkumpul di tengah dan menari bersama. Kebetulan malam ini ada DJ yang terkenal itu. Pasti bakal tambah seru klubnya.

"Wah bakal seru neh", kata Fyo yang melihat keramaian di dalam.

"Malam ini aku lagi pengen neh", usil Denis yang melirik wanita yang lagi duduk di samping kami yang disusul sama Fyo.
"Hahahaha Denis Denis", ucapku tertawa. "Rik, kita ke meja bar aja yuk, mau minum neh".

"Ayuk, aku juga lagi haus", jawab Erik. Aku berdua dengan Erik menuju ke meja bar dan duduk di dekatnya. Ada wraiter yang kami kenal datang mendekat.

"Mau pesan minuman itu lagi?", tanya Wraiter itu. Namanya kalo ngga salah mbak Ita.

"Ia dong", jawab kami berdua. Asal kalian tahu ya aku bersama temanku ini harusnya tidak diperbolehkan masuk ke klub malam kayak gini. Kan masih di bawah umur, tapi berkat kehebatanku tentunya kami bisa masuk dengan lancar asal tidak ada penggrebekan. Bisa-bisa ketahuan kedok kami.

"Ok, tunggu ya", jawab mbak Ita.

Sambil menunggu aku pandangin sekitar ruangan. Aku lihat ada yang menari bersama pasangannya. Ada yang duduk sambil minum-minuman. Ada juga yang sendirian sambil meratapi nasibnya. Aku perhatikan lebih seksama di dekat pintu masuk ada dua orang cowok yang perawakannya sama kayak aku. Yang satu terlihat memegang dadanya dan satunya melirik ke aku dan tersenyum. Aku bingung kenapa tiba-tiba ada cowok yang melempar senyum ke aku. Langsung aku alihkan pandanganku sebentar. Merasa aneh saja, tapi aku pikir itu hal wajar kata teman-temanku di sini juga klub malamnya para para yang itu, gimana ya mau bilanginnya?

Setelah beberapa detik aku alihkan pandanganku kembali, aku melirik ke tempat cowok itu. Ternyata mereka sudah tidak ada, mungkin mereka berpindah tempat dan juga tidak ada. Apa mereka pulang?

"Hei Fer!!", teriak Erik. "Napa kamu? Kayak nyari mangsa aja?".

"Ga kok, ga ada apa-apa", jawabku. Aku masih penasaran dengan cowok tadi. Terutama senyumannya itu rasanya seperti senyuman orang sudah lama mengenalku.

"Maaf lama, ini STMJ ngga pake telor", ucap mbak Ita yang datang membawa dua gelas minuman kesukaan kami.

"Makasi", balas Erik.

Aku meminum langsung minuman itu sampai habis. Erik yang di sampingku hanya bisa terheran-heran melihat aku minum seperti itu.

"Hei sob, ni bukan bir nyante aja lagi", kata Erik memukul pundakku.

Aku agak sedikit tersendak. "Uhuk, ampir aja, soalnya enak Rik".

"Hahahahaha", tawa Erik begitu kencang mendengar kata-kataku. Yah aku lebih akrab dengan dia daripada dua temanku Fyo dan Denis walaupun kami sering berempat jalannya.

"Hei para sohibku", kata Fyo yang datang dengan membawa kenalan ceweknya. Begitu juga dengan Denis.

"Kenalin nih sohib gue Ferdy dan Erik", kata Denis yang memperkenalkan kami dengan dua teman cewek mereka.

"Hai, aku Dei".

"Aku Vero", kata mereka sambil berjabat tangan dengan aku dan Erik. "Ihh gemes deh melihat brondong-brondong kayak gini".

"Hahahahahaha", Fyo dan Denis tertawa sedangkan aku hanya bisa nyengir. Entah kenapa rasanya agak sedikit risih melihat cewek itu. Padahal biasanya langsung main embat saja.

"Maaf ya kami duluan", kata Fyo.

"Ya ngga apa-apa, nikmati aja", jawab Erik sambil mengedipkan matanya.

"Yuk kita kencan dulu", ajak Denis.

"Ayukkkk", jawab kedua cewek itu.

Mereka berempat meninggalkan aku dan Erik berdua. Yah memang si Denis itu kelakuan sedikit gatal kalau lihat cewek. Bawaannya pengen senang-senang. Menurutku itu hal wajar, darah muda darahnya para pengembat cinta semalam.

Lama-lama rasanya bosan juga duduk. Aku segera bangun dari tempat kursiku dan menuju tengah ruangan untuk menari mengikuti irama sang DJ. Erik hanya duduk tertegun melihat aku menari dengan gaya yang bermacam-macam. Selang beberapa menit muncullah beberapa orang cewek yang ikut menari denganku. Malam ini bakal jadi malam pestaku yang kesekian kalinya. Ampunnnnn DJ!!!!!

***

I'll Be Your Heart [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang