|04| Bertemu Kembali

63.9K 3.9K 33
                                        

4. Bertemu Kembali


I thought I had to wait another century. But you came in a flash.

—Regina Song


—Regina Song

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


~



Aira mengerang melihat Bu Sonya—guru Fisikanya—menerangkan materi fluida dinamis. Di kursinya, Aira mengerucutkan bibir sambil menopang dagu. Aira sudah berusaha fokus, tapi tetap saja tidak bisa.

Percayalah, jika dihadapkan dengan Fisika mendadak otaknya menjadi buntu. Terkutuklah orang-orang ahli Fisika seperti Albert Einstein yang menemukan rumus-rumus super ribet itu.

Setiap kali Aira mengeluh, Gesang hanya bilang begini: "Fisika itu bapaknya semua ilmu. Semua ilmu relevan dengan fisika. Nggak ada fisika, nggak akan ada teknologi, nggak kan ada radio, nggak akan ada tivi, dan nggak akan ada HP yang sudah hampir menjadi kebutuhan primer saat ini. Nggak seharusnya orang-orang, termasuk lo, membenci fisika. Tanpa fisika, kita nggak akan bisa merasakan teknologi seperti sekarang."

Kalau Gesang sudah berpetuah, Aira hanya bisa menganggukkan kepalanya saja. Lagi pula semua yang dikatakannya juga benar. Aira saja yang bodoh. Ia akan mengakuinya. Sebenarnya, bukan fisika saja yang membuat kerja otaknya macet. Hampir seluruh pelajaran sains, kecuali biologi yang lebih mengandalkan hafalan daripada hitungan.

Seingat Aira, ia tidak sebodoh ini saat SMP dulu. Atau pelajarannya saja yang semakin susah? Apa pun alasannya, ia tetap cinta kesenian. Aira suka menggambar dan otaknya bisa bekerja dengan cepat dan bergerak secara kreatif setiap pelajaran kesenian. Satu-satunya pelajaran yang Aira percaya diri bisa mengalahkan Gesang, ya cuma kesenian.

Semalam, Gesang sudah mengajarinya tentang fluida dinamis, tapi siang ini semua yang diajarkannya telah melayang dalam sekejap kedipan mata. Bahkan, saat Aira berusaha mengali memori lewat buku catatannya, hasilnya tetap saja nihil. Seakan-akan Aira mengalami amnesia, tidak ada satu pun puing-puing yang tersisa dalam ingatannya. Sepertinya, setelah mengalami kecelakaan, fungsi otaknya telah menurun secara drastis.

"Udah jam berapa, Ngek?" tanya Aira pada teman sebangkunya yang bernama Bunga tapi sering dipanggil Ungek. Jam dinding di kelasnya sudah mati sejak kemarin dan bendahara kelas belum sempat membeli baterai baru, jadi sampai detik ini jam dinding itu masih mati.

Bunga yang sedang menyalin rumus ke buku catatannya tidak menoleh pada Aira, tapi ia tetap menjawab pertanyaan Aira dengan menyodorkan tangan kirinya yang dilingkari sebuah jam berwarna toska.

Pukul 15.00. Harusnya Aira sudah pulang sejak sejam yang lalu, tapi karena nilai ulangan fisikanya jelek, ia harus terjebak di sini—di kelas tambahan bersama bu Sonya sampai pukul 16.00.

Hello, Rain!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang