|13| La Vie En Rose

1.1K 92 3
                                        

13. La Vie En Rose

La Vie En Rose.
It is the french way of saying, "I'm looking at the world through rose-colored glasses"

 It is the french way of saying, "I'm looking at the world through rose-colored glasses"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~

Belakangan ini, Aira selalu pergi dan pulang sekolah bersama Arka. Bisa dibilang mereka sedang dalam fase PDKT saat ini. Hari ini—sama seperti hari-hari sebelumnya—mereka akan mampir ke Gramedia dulu, lalu ke Kafe Pelangi sebelum pulang. Tapi, Arka bilang ia mau mengajak Aira ke suatu tempat, jadi rute ke Kafe Pelangi harus di-skip dulu hari ini.

Aira jadi bertanya-tanya, ke mana Arka akan membawanya? Mereka masih dalam balutan seragam putih abu-abu dan saat ini sedan hitam milik Arka tengah meluncur mulus membelah jalanan padat kota Jakarta.

"Lo nggak mau kasih gue clue gitu?" tanya Aira.

Di balik kemudi, Arka tersenyum simpul. Sebelumnya, Arka ada bilang kalau dia mau bawa Aira ke suatu tempat yang menyenangkan. Tempat yang bisa mewujudkan mimpi masa kecil Aira. Jelas-jelas ia sudah memberikan clue pada Aira, namun tampaknya clue itu tidak bisa disimpulkan Aira dengan mudah. Jadi, dengan sabar Arka menjawab pertanyaan Aira lagi. "Coba ingat-ingat lagi, dulu pas kecil lo pernah bercita-cita jadi apa?"

"Hmm ... apa ya?" Aira tampak berpikir keras. "Oh! Pianis! Pas kecil gue pernah mau jadi pianis." Setelah itu bola matanya membulat dan menatap Arka tidak percaya. "Lo beneran mau ajari gue main piano?" Arka mengangguk. "Sekarang lo mau ajak gue ke rumah lo?" Arka mengangguk lagi. "Karena lo punya piano di rumah?" Arka mulai tertawa pelan mendengar pertanyaan yang beruntun itu, namun tetap memberikan jawaban berupa anggukkan.

"Oh God!" Tiba-tiba Aira jadi mengucap. Bagaimana tidak? Kalau Aira ke rumah Arka berarti ia akan bertemu calon ibu dan bapak mertuanya dan Aira belum bersiap-siap untuk itu!

"Kenapa?" tanya Arka.

"Nyokap dan bokap lo ada di rumah?"

"Kalau papa sih masih di kantor jam segini, kalau mama pasti ada, soalnya mama itu Ibu Rumah Tangga tulen."

"Terus, gue harus gimana?"

"Gimana apa maksudnya?"

"Ya ... kan lo calon pacar gue, berarti nyokap lo bakalan jadi calon ibu mertua gue dong. Kenapa sih nggak bilang-bilang dulu? Biar gue bisa mempersiapkan diri."

Arka tidak tahan untuk tertawa kembali. "Aira, mama itu orangnya nggak galak, lo nggak perlu khawatir. Lagi pula, mama sudah tahu sedikit tentang lo kok dan sejauh ini reaksi mama sangat baik. Bahkan, saat tadi malam gue bilang mau ajak lo ke rumah hari ini, mama excited banget."

"Lo sudah cerita tentang gue ke nyokap lo?"

"Sudah." Satu tangan Arka yang bebas pergi menggenggam tangan Aira. "Kan, lo calon pacar gue."

Hello, Rain!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang