Playlist 🎧
• Raisa - Jatuh Hati🌸🌸
Jakarta, 20 Juli 2017.
Kenzo Adhitama Philip membawa kakinya masuk kedalam ruangan perpustakaan seraya memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana. Mulutnya mengunyah permen karet rasa stroberi yang harus selalu ada di dalam kantong celananya. Iseng-iseng, ia meniupkan sebuah gelembung pink yang kemudian meletus dari mulutnya—menimbulkan bunyi balon pecah.
Bola matanya menjelajahi setiap rak buku, mencari buku Fisika kelas dua belas untuk dipelajari buat ulangan besok. Sudah menjadi kebiasaan dan kesenangan tersendiri bagi Adit untuk mengunjungi perpustakaan setiap hari, karena ia suka belajar dan membaca.
Makanya jangan kaget kalau Adit selalu mempertahankan peringkat pertama dalam ulangan kenaikan kelas maupun ujian negara sejak ia duduk di bangku sekolah dasar hingga detik ini. Pada dasarnya, memang otak Adit sudah dianugerahi kepintaran sejak kecil.
Namun bukan hanya kepintaran yang ia dapat, Adit juga alih dalam bermain musik—khususnya Gitar dan Cello. Dari SMP sampai sekarang, Adit selalu tergabung dalam kegiatan band tanpa sepengetahuan orang tuanya. Hingga detik ini, Adit tidak pernah tahu alasan kenapa orang tuanya tidak pernah mengijinkannya bermusik.
Dan selain jago musik—masih ada lagi, nih—Adit juga memiliki paras diatas rata-rata. Bisa dibilang, yang paling kece seantero SMA Nusa Bangsa. Hidungnya mancung, kulitnya putih, bibir tipis kemerah-merahan, tulang alisnya tegas, dan tubuh? Yah, termasuk kategori atletis, lah. Sudah jelas, banyak sekali gadis yang mendekatinya. Tapi gadis-gadis itu mendekatinya bukan hanya karena Adit tampan. Sense of humor-nya lah yang bikin kaum hawa klepek-klepek.
Tunggu, masih ada satu lagi. Janji, ini yang terakhir.
Adit juga kaya. Biasa, kalau peran utama biasanya harus kaya. Ayahnya, Yayo Philip, merupakan direktur perusahaan ritel yang memiliki banyak restoran ternama, coffee shop ternama, juga mall-mall ternama di Jakarta. Sementara Ibunya, Amanda Philip, adalah seorang Arsitek yang cukup terkenal dan karyanya banyak dikenal dan diminati orang-orang penting termasuk juga public figure.
Tentu kita tahu, manusia itu tidak ada yang sempurna. Kalau ada kelebihan, kelemahan juga pasti ada. Right?
Adit itu semacam bad boy. Urak-urakan, nakal, temperamen alias emosian, dan tentunya playboy kelas presiden. Namun, Adit bukan tipe playboy yang "abis dipakai, langsung dibuang". Dia tipe playboy yang mencari jalur aman. Dia tunggu diputusin, terus kasih jangka waktu seminggu untuk pacaran lagi. Tapi setelah itu, Adit membangun hubungan pertemanan sama mereka. Jadi, Adit nggak terkesan jahat.
Tapi, playboy tetaplah playboy.
Dalam hitungan detik, Adit sudah mendapatkan apa yang dia cari di rak paling ujung. Lantas, ia berniat untuk menghampiri meja yang berada di tengah ruangan, namun niatnya terurung ketika iris matanya menangkap sesosok gadis yang sedang duduk bersandar pada dinding di ujung ruangan dengan kaki terlentang. Hampir tak terlihat, karena terhadang rak buku yang menjulang.
Penasaran, Adit melangkahkan kakinya mendekati gadis itu. Sebuah buku milik William Shakespeare menutupi seluruh wajahnya. Kedua tangannya tersilang di depan dada. Sepertinya, gadis itu sedang menelusuri alam mimpinya sampai-sampai suara dengkuran terdengar.
Masih aja ada orang yang molor di perpus, kurang kerjaan kali ya?, Adit membatin.
Ingin Adit berbalik dan mengacuhkan gadis itu, namun tiba-tiba saja buku yang menutupi wajahnya terjatuh keatas paha gadis itu. Kini, Adit pun bisa melihat dengan jelas wajah gadis yang ada di depan matanya itu. Ia terpaku.
Hm, manis...
Dadanya berdesir seketika melihat betapa tenangnya gadis itu tertidur, seolah-olah tidak ada beban yang menimpa. Air mukanya sungguh setenang samudra, yang entah kenapa mengirim perasaan damai ke hatinya. Yang entah kenapa membuat kakinya bertahan dan tidak mau pergi dari tempatnya. Yang entah kenapa membuat matanya sedetikpun tidak ingin teralihkan dari makhluk ciptaan Tuhan yang indah itu.
Selama beberapa detik, Adit terpaku pada tempatnya berdiri. Hingga akhirnya, sebuah suara manis seorang perempuan sukses membuatnya tersentak kaget.
"Sampe kapan lo mau ngeliatin gue?" Suara gadis itu terdengar berat dan serak.
Perlahan kelopak mata gadis itu terbuka, memperlihatkan bola matanya yang berwarna hitam pekat. Tidak ada satupun teori yang bisa menjelaskan kenapa jantung Adit tiba-tiba berdegup kencang.
Adit mengerjap berulang kali. "Sejak kapan lo hidup?"
Sepasang alis gadis itu bertaut. "For your information, gue belum mati." Gadis itu tampak tersinggung.
Adit mengedikkan bahunya, melipat kedua tangannya di depan dada, dan menyandarkan lengannya pada rak disebelahnya. "Abisnya lo kayak udah nggak bernyawa. Hampir aja gue mau panggil ambulans tadi," tutur Adit enteng.
Gadis itu lantas mendengus. "Terus kenapa nggak jadi?"
"Karena lo tiba-tiba bangun," jawab Adit singkat, lalu tersenyum simpul.
Mendadak gadis itu menguap. "Eh, udah bel belum, sih?" tanyanya mengubah topik, setelah mulutnya kembali terkatup.
Adit refleks melirik jam yang melingkar ditangannya, kemudian kembali menatap gadis itu. "Lima menit lagi bel."
Tak disangka-sangka, gadis itu menjulurkan kedua tangannya kehadapan Adit. "Bantuin gue diri, dong," pintanya dengan nada seperti seorang majikan memerintah pembantunya.
Spontan, Adit tertawa sarkas, tidak menyangka sebuah perintah akan keluar dari mulut gadis yang bahkan baru pertama kali bertemu itu. "Rahang lo enteng juga, ya. Emang gue babu lo?"
Gadis itu tiba-tiba mengerucutkan bibirnya dan menatapnya dengan puppy dog eyes, lantas membuat Adit tercengang. Dia bertanya-tanya dalam hati, bagaimana gadis itu bisa tahu kelemahannya?
Adit berdecak, kemudian dengan terpaksa menggenggam tangan mungil gadis itu dan menariknya untuk bangun. Gadis—yang Adit tidak tahu namanya itu—mengibas-ngibaskan roknya dan setelah itu menatap Adit dengan mata hitam pekatnya sambil mengulas senyum termanis yang pernah Adit lihat semasa hidupnya.
Aneh, lagi-lagi dadanya berdesir.
"Thanks, Adit." Dia tahu nama gue? "Gue balik ke kelas dulu, ya."
Gadis itu lantas melenggang pergi melewatinya dengan berlari keluar dari perpustakaan. Namun, setelah menyadari sesuatu, Adit sontak berlari mengejarnya. Sayangnya, gadis itu sudah menghilang entah kemana.
"Sial!" umpat Adit kesal.
Dia belum menanyakan nama gadis itu. Bagaimana bisa ia sebodoh itu tidak memerhatikan badge yang ada diseragamnya? Dengan sekolah yang sebesar dan murid yang sebanyak ini, kemungkinan bisa menemukan gadis itu akan sangat sulit.
Dan sejak hari itu, Adit tidak bisa melewatkan satu hari pun tanpa memikirkan gadis itu.
🌸🌸
A/N
Gimana? Suka nggak sama prolognya? Kalo suka, vote dan comment yaaa! Satu vote berharga banget loh buat aku😊
Lots of love,
Mercy Priskilla.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sleeping Rara [On Editing]
Teen FictionRara (15) hanya memiliki dua hobi, yaitu tidur dan... Tidur. Tidak terhitung berapa kali Rara tidur dalam waktu 24 jam. Makanya Rara dijuluki Sleeping Rara oleh seantero sekolah karena kebiasaannya yang suka tidur di sekolah. Tapi ini aneh dan la...