22' Kamu Bintangku

2.8K 161 7
                                    

Kamu Kamu
Sejukkan hatiku
Kamu Kamu
Bintang dihatiku

[Kamu - Killing Me Inside]

😳😳

Yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Seorang pria setengah baya yang berbadan besar dan memiliki rahang tegas itu muncul di aula Nusa Bangsa dengan ekspresi marah, seperti sedang mencari-cari mangsanya.

"Bapak nyari siapa?" tanya Khanza kepada pria itu.

Pria itu melirik Khanza sekilas, lalu matanya kembali berputar kesekeliling. "Anak saya."

"Claudio ya, Pak?"

Pria itu kini menatapnya. "Iya. Kamu tahu?"

Khanza tersenyum manis. "Tahu dong, Pak. Dia jago banget main drumnya. Saya yakin gedenya dia bakal jadi musisi terkenal."

Tatapan pria itu berubah dingin. "Tidak. Dia akan jadi penerus perusahaan saya."

Khanza membulatkan matanya, pura-pura kaget. "Serius, Pak? Padahal kalo saya liat, dia suka banget main drum, sinarnya bercahaya kalo dia lagi main alat musik itu. Seolah dia lagi jatuh cinta. Seolah drum itu hidupnya. Apa bapak pernah liat dia kayak gitu?"

Sejenak pria itu terdiam. Ia merenung. Mungkin memikirkan perkataan Khanza. Tapi beberapa detik setelah itu, pria itu menggeleng pelan.

"Kalo gitu bapak saksikan aja sendiri," Khanza bergeser ke kiri untuk memperlihatkan band Soulvibe yang sudah berada diatas panggung, bersiap-siap untuk tampil. "Tuh, anak bapak ada diatas panggung. Lagi melakukan hal yang dicintainya."

Tak lama kemudian musik mengalun. Claudio mulai memainkan perannya dalam bermain drum. Tangannya bergerak cepat menabuh dengan stik. Terlihat sangat hebat dan profesional.

Yang lebih menariknya lagi, bukan hanya bermain, tapi Dio juga tersenyum bahagia. Sinarnya bercahaya. Seperti orang yang sedang jatuh cinta. Berbeda dengan dirinya ketika dirumah atau pada saat melakukan tugas dari Ayahnya di perusahaan.

"Gimana, Pak? Anak Bapak makin ganteng kan kalo main drum?" Khanza menoleh dan menghela napas lega ketika melihat setitik air mata jatuh di pipi pria itu.

Tugasnya berhasil.

***

"Penampilan kalian tadi bagus sekali. Saya suka sama aransemen musik kalian. Disini leader-nya siapa?" tanya Toni, seorang produser musik yang merupakan kenalan dari Ayah Khanza.

"Saya," sahut Adit dengan sumringah.

"Tertarik untuk tanda tangan kontrak dengan manajemen saya?" Kalimat yang sejak tadi mereka tunggu akhirnya keluar juga dari mulut Toni. "Saya yakin band kalian akan melejit dengan wajah-wajah seperti kalian dan suara emas Mbak cantik ini." Toni melirik ke Rara dengan senyum menggodanya. Spontan Rara tersipu malu.

"Se-serius, Pak?" tanya Loki kaget setengah mati, tidak menyangka dia akan segera terkenal.

Toni terkekeh. "Serius, dong. Masa saya boong? Mau mulai rekaman kapan? Kalian udah siap lagu?"

"Saya udah buat banyak di rumah, Pak!" seru Adit. Bukan bohong, tapi memang benar. Darah musik memang sudah ada di tubuh Adit. Bukan hanya sekedar main musik, menulis lagu pun dia bisa.

"Baiklah. Sabtu depan bisa? Mulai rekaman?"

Adit melirik ke teman-temannya, dan mereka mengangguk mantap.

Kecuali Dio.

Tatapannya redup. Dia bertanya-tanya, apa mungkin Ayahnya akan mengijinkannya? Mustahil.

Sleeping Rara [On Editing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang