I'm so into you, I can barely breathe
And all I wanna do is to fall in deep
But close ain't close enough 'til we cross the line[Into You - Ariana Grande]
🐕🐕
Satu kata untuk kamar Adit.
Kapal pecah.
Rara tidak sadar membulatkan mulutnya selebar-lebarnya ketika melihat isi kamar Adit yang bernuansa monochrome itu. Beberapa buku berserakan dimana-mana, baju nangkring di berbagai tempat, dan juga ada bungkus cemilan kosong terletak diatas nakas dan satu di lantai.
Rara sungguh tidak menyangka kalau Adit sejorok ini. Ternyata Adit tidak benar-benar dikategorikan sebagai cowok yang perfect. Memang di dunia ini tidak ada yang sempurna. Hanya Tuhan yang sempurna.
Sementara Adit sedang tertidur lelap diatas ranjangnya yang berukuran king size dan berwarna putih polos. Tubuhnya dibungkus oleh selimut tebal berwarna abu-abu. Rara bisa melihat dari jauh keringat yang mengalir di pelipis Adit, membuatnya seketika cemas.
Ia menghampiri Adit dengan ragu. Takut cowok itu terbangun dan terkena serangan jantung melihat ada cewek di kamarnya. Dan bukannya tambah sembuh, malah kondisinya makin memburuk.
Pelan-pelan, telapak tangan Rara menyentuh kening Adit. Dan rasanya seolah Rara baru saja menyentuh bara api.
Hot!
Disaat yang tepat, mata Rara menangkap sebaskom air dingin beserta kain diatas nakas. Ia lalu menguras kainnya di dalam baskom dan meletakkannya di kening Adit.
Sementara menunggu Adit bangun, Rara merapikan kamar Adit terlebih dahulu. Mungkin itu yang membuat kondisi Adit memburuk, karena virus yang bertebaran di dalam kamarnya. Kalau daya tahan tubuh menurun, virus pun dengan mudahnya menyerang, sama seperti Adit.
Sesaat setelah Rara selesai membuat kamar Adit jadi lebih rapih, Bibi Nana memasuki kamar sambil membawa nampan berisi semangkuk Krim Sup Ayam untuk dimakan oleh Adit.
"Makasih, Bi," ucap Rara pelan, seraya mengambil alih nampan yang dipegang Bibi Nana. "Biar aku aja yang suapin Adit, Bi."
Bibi Nana tersenyum. "Iya, Non. Saya keluar dulu, ya."
Setelah Bibi Nana menghilang dibalik pintu, Rara meletakkan nampannya diatas nakas.
"Dit," panggil Rara lembut, sambil menggerak-gerakkan tubuh Adit secara perlahan. "Adit, makan..."
Tak lama kemudian, Adit membuka matanya. Ia tidak langsung melihat ke Rara, tapi memandang ke langit-langit
atap terlebih dahulu sambil mengusap-usap pelipisnya yang sakit.
Lalu Adit meringis dan akhirnya kedua matanya bertemu pandang dengan Rara.Awalnya Adit hanya memandangi Rara tanpa ekspresi, menganggap ia hanya bermimpi atau berhalusinasi saja. Tetapi ketika Rara memanggilnya, disaat itulah mata Adit seketika membulat.
"Rara?" tanya Adit syok. "Lo kenapa bisa ada disini?"
Rara mendengus. "Emang gue nggak boleh ngejenguk temen gue yang lagi sakit?"
"Lo tau darimana gue sakit?"
Rara berdecak. "Gak penting gue tau darimana. Yang penting itu kenapa lo nggak ngasih tau gue kalo lo sakit? Kenapa lo nggak ngasih tau gue kalo lo alergi Seafood? Kenapa lo jahat banget bikin gue cemas dan panik sendiri? Kenapa?" cerocos Rara dengan sejuta pertanyaan.
Untuk beberapa detik, Adit hanya menatap Rara penuh arti. Tapi setelah itu ia menyunggingkan seulas senyum nakal.
"Ciee, khawatirin gue..." goda Adit dengan suara serak akibat panas dalam.
Rara menabok lengan Adit, tidak peduli cowok itu lagi sakit sekarang. "Nggak ada waktu buat becanda, Adit! Cepet jawab pertanyaan gue!" marahnya, walaupun sekarang Rara tidak tahu semerah apa mukanya.
"Astaga... lagi sakit di galakin," ucap Adit, pura-pura memanyunkan bibirnya.
"Cepet jawab, Adit!" Kini Rara membentaknya sangking sudah tidak sabar.
Adit berdecak. "Iya, iya, Rara sayang... Jawaban dari pertanyaan lo yang pertama : bukannya gue nggak mau bilang, tapi masa disaat kita main mata gue harus bilang gue alergi udang gitu? Entar lo-nya ketauan anak-anak minta bantuan sama gue," jelas Adit dengan suara yang hampir mirip Zombie.
Rara tidak bergeming alias speechless. Lagi-lagi Adit membuat Rara jadi baper. Kenapa Adit mudah sekali membuat hati Rara bergejolak tidak menentu tapi juga membuat hatinya adem disaat bersamaan.
Kenapa?
"Terus gue nggak bilang ke lo kalo gue sakit karena gue nggak mau lo ngerasa bersalah," tambahnya, kini matanya tertutup seolah menahan pusing di kepala.
"Bego."
Sumpah serapah itu keluar begitu saja dari mulut Rara seiring dengan air mata yang jatuh di pipinya.
Adit sontak membuka matanya dan tercengang melihat Rara yang tiba-tiba menangis. "Lah kok lo jadi nangis?"
Bukannya merespon pertanyaan Adit, tangis Rara malah meledak. Adit jadi kelabakan, tidak tahu harus melakukan apa. Ia mencoba bangun walaupun sedikit pusing, lalu bersandar di sandaran ranjang.
"Adit bego! Adit oon! Nggak seharusnya lo rela sakit demi gue!" teriak Rara diantara tangisnya.
Adit lantas tersenyum penuh arti. Ia menarik Rara kedalam pelukannya. Mengusap-usap punggungnya. "Sori, kalo gue bikin lo cemas," ucap Adit lembut.
Selama beberapa detik, Rara masih anteng menangis dalam pelukan Adit. Akhirnya, ketika tangisan itu sudah berhenti, Rara menarik dirinya dari pelukan surga Adit.
"Sekarang lo makan. Gue suapin."
🐕🐕
A/N
Jadi kenapa aku nulisnya dikit-dikit? Karena part "Adit si Sick Baby" aku bagi jadi tiga bagian. Kenapa begitu? Karena aku cuma lagi pingin nulis dikit2. Tapi tenang aja, cuma part ini doang kok yang aku bagi :)
Stay tune yaaaa!!
xoxo,
Mercy Jolie.
![](https://img.wattpad.com/cover/81933868-288-k231581.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sleeping Rara [On Editing]
Fiksi RemajaRara (15) hanya memiliki dua hobi, yaitu tidur dan... Tidur. Tidak terhitung berapa kali Rara tidur dalam waktu 24 jam. Makanya Rara dijuluki Sleeping Rara oleh seantero sekolah karena kebiasaannya yang suka tidur di sekolah. Tapi ini aneh dan la...