9' The Prince and The Jealous Rara [Edited]

3.3K 156 3
                                    

I wish that I could wake up
with amnesia
And forget about the
stupid little things
Like the way it felt to fall asleep
next to you
And the memories I never can escape.

[ Amnesia - 5SOS ]

🍒🍒

"Rapat selesai."

Dua kata yang sedari tadi Kila tunggu akhirnya diucapkan juga oleh Aldo, ketua OSIS SMA Surya Pratama.

Rapat OSIS memang selalu berlangsung sangat lama, karena seluruh anggotanya memiliki sikap yang terlampau kritis. Pengecualian, Kila sendiri. Ia sebenarnya malas mengikuti rapat-rapat seperti ini. Tujuannya menjadi anggota OSIS juga sebenarnya karena ingin menjadi panitia MOS, bukan benar-benar ingin menjadi OSIS.

"Eh, Kil," panggil Nadin, sahabatnya yang suka gosip. "Masa tadi pas gue fotokopi diluar sekolah, gue liat adek lo sama mantan lo goncengan berdua naik motor."

Kila yang sedang membereskan barangnya, seketika menghentikan gerakannya, lalu menoleh. "Sama Adit maksud lo?"

Nadin mengangguk. "Emang sekarang Adit deketin adek lo juga, ya?"

Kila menghela napasnya kasar, kemudian menggeleng. Hatinya selalu memanas setiap Adit mendekati adiknya. Entah karena ia takut Rara merasakan apa yang dirasakannya atau takut menghadapi fakta bahwa perasaan Adit kepada Rara sebenarnya tidak main-main.

"Eh, siapa tau Adit deketin adek lo karna pingin balikan lagi kali sama lo," tebak Nadin asal. Entah pikiran darimana sampai-sampai Nadin memikirkannya sampai sejauh itu.

Kila mendengus, kemudian balas menatap Nadin dengan tatapan seolah pernyataan Nadin adalah pertanyaan paling nggak masuk akal yang pernah ia dengar.

"Lucu lo."

Kila lantas membawa kakinya keluar dari kelas dan Nadin mengekornya dari belakang. "Nih, ya. Gue rasa dia itu sebenernya masih sayang sama lo. Walaupun matanya jelalatan, tapi hatinya cuma buat lo. Makanya dia deketin adek lo, supaya bisa deket sama lo, Kil."

Kila memutar bola matanya jengah. "Lo pasti keseringan nonton drama korea, ya?"

"Nggak, tuh."

"Nggak salah lagi."

Nadin cengengesan, kemudian air mukanya kembali serius dalam hitungan detik. "Yaelah, itu mah nggak penting. Intinya lo harus tahu, insting gue tuh biasanya selalu bener, Kil!"

"Terus kalau lo salah? Siapa yang tengsin? Gue!" Kila sewot.

"Gue buktiin. Sini hape lo!" Nadin tiba-tiba merampas iPhone Kila dari kantong seragamnya secara paksa.

"Eh? Apaan, sih?! Jangan aneh-aneh, ah! Sini!" Kila mencoba merebut kembali ponselnya, namun Nadin refleksnya sangat kuat. Ia pintar sekali menghindari tangan Kila sambil mengetikkan sesuatu di ponselnya dengan cekatan.

Kila berdecak jengkel. "Nadin siniin hape gue!"

Tak lama kemudian, Nadin menyerahkan kembali ponsel Kila dengan seringaian puas menghiasi wajahnya.

"Rese lo!" kesal Kila, lalu dengan panik memeriksa kejailan apa yang sudah dilakukan Nadin.

Kila kontan membelalakan matanya ketika melihat chat-annya dengan Adit telah dibajak. Ia sontak menoleh ke Nadin dengan raut wajah super marah.

"Anjir lo, Din! Maksud lo apaan, sih?!"

"Sabar dulu keles. Jangan emosi dulu, Pak. Gue cuma pingin ngetes si Adit bakal dateng nolongin lo apa kaga."

Sleeping Rara [On Editing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang