29' Bahagia itu Kamu

2.5K 143 2
                                    


"Cheers!"

Bunyi dentingan gelas yang saling beradu terdengar sangat keras dibawah langit malam yang berwarna hitam pekat, yang juga dihiasi oleh bintang-bintang dan bulan yang bersinar sangat terang, seolah-olah benda langit itu juga merasakan kebahagiaan yang juga dirasakan oleh semua anggota The Soulvibe.

Dengan semangat, mereka langsung meminum benda cair berwarna hitam itu dalam sekali teguk, tidak peduli dengan sensasi tajam yang menggelitik leher mereka hingga ke ubun kepala, sukses membuat kepala mereka pening seketika.

"Gila. Sodanya tajem banget," keluh Rara, matanya setengah tertutup menahan sakit.

"Namanya juga coca-cola, Ra." Dio menyahut dengan santainya.

"Oh, iya." Rara nyengir.

Hari itu, hari yang sangat-sangat membahagiakan bagi Rara. Setelah melakukan rekaman di perusahaan Toni, mereka melanjutkan perjalanan kerumah Loki untuk merayakan kebahagiaan mereka dengan barbeque-an di halaman belakangnya yang cukup besar itu.

Sungguh, Rara tidak pernah membayangkan kalau suatu saat dirinya akan menjadi public figure--as you all know, sesuatu yang sangat Rara benci, yaitu menjadi pusat perhatian. Anehnya, ia sekarang malah merasa itu tidak menjadi masalah baginya, asal dia bisa bernyanyi.

Dulu, Rara hanya sebatas gadis kesepian yang selalu menutup diri, yang suka molor, yang selalu berusaha jauh dari pusat perhatian, dan tidak memiliki tujuan hidup.

Tetapi semenjak bertemu dengan Adit, kehidupannya berubah seratus delapan puluh derajat. Kebiasaan tidurnya hilang, rasa percaya dirinya meningkat, Rara juga jadi lebih terbuka dengan perasaannya, dan yang lebih penting, sekarang Rara jadi tahu apa yang dia inginkan dalam hidupnya.

Bernyanyi.

Ada perasaan membuncah seperti popcorn yang meletus-letus yang menguasai hatinya setiap kali Rara bernyanyi. Hatinya dipenuhi rasa damai yang--entahlah, hanya Rara yang tahu seberapa besar passion-nya dalam menyanyi.

Apalagi ditambah hubungannya dengan Karin dan Kila sekarang sudah membaik, membuat kebahagiaannya jadi lebih sempurna lagi. Kini, Rara bisa bernapas lega, seolah semua bebannya sudah betul-betul diangkat.

"Gue pingin bikin nama panggung, nih. Kira-kira apaan, yak?" Loki bertanya dengan semangat kepada teman-temannya, sambil mengunyah sosis bakar.

Adit yang tengah mencicipi hotdog, menaikkan sebelah alisnya. "Ini aja, Ki. Um, Saitonirojim?" candanya dengan muka sedatar papan luncur.

Semua tergelak, kecuali Loki dan Ari. "Tae, emang lo kira gue setan?"

"Oh, atau nggak... raja Sal-mat."

"Apa, dah? Yang ada raja Salman yang dari Arab itu, bukan Sal-mat."

"Raja Sal-mat ; raja salah alamat, maksud gue." Lagi-lagi, Adit bergurau dengan sudut bibir terangkat, sukses mengundang tawa dari Rara dan Khanza. Sisanya hanya tersenyum tipis.

Loki memutar bola matanya, tapi bibirnya tidak bisa menahan untuk tidak tersenyum. "Gaje banget, dah. Anak siapa, sih, lu?"

"Anaknya mami Amanda dan papi Yayo."

Rara lantas terkikik seraya mendorong bahu Adit. "Garing, ih, kamu."

Adit mencebikkan bibirnya. "Biarin, yang penting kamu suka."

"Najis. Lama-lama jijik gue temenan ama elu, keluar aja deh lu dari geng kita," Loki bergidik geli, lalu bangkit dari duduknya, turun dari gazebo, dan menghampiri alat pemanggangnya. Berencana untuk memanggang beberapa sosis dan roti lagi.

Sleeping Rara [On Editing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang