28' It's D-day!

2.5K 130 3
                                    


"She's still in love with you."

Pupil mata Adit membesar. "Demi apa?" tanya Adit tidak percaya.

Setahu Adit, Kila itu membencinya. Gadis itu sudah move on, dan malah membencinya karena tertangkap basah selingkuh. Tetapi, kenapa...?

"Benci itu bukan berarti dia udah move on, Dit. Apalagi kamu php-in dia waktu itu, mungkin dia jadinya tambah baper, berfikir kalo kamu masih ada rasa sama dia." Rara berujar, terselip nada kesal di suaranya.

"Emang itu php ya? Aku 'kan rencananya baikkin dia cuma supaya Kila nyetujuin hubungan kita."

"Ya, tapi 'kan--" Perkataan Rara terhenti ketika gadis itu tiba-tiba menyadari sesuatu. "Tunggu, apa kata kamu?"

"Apaan?" Adit balas menatapnya bingung.

"Kamu baikkin dia cuma supaya..."

"Dia nyetujuin hubungan kita," sambung Adit.

Rara tercengang. Yang benar saja. Selama ini ternyata dia hanya cemburu sama angin.

She cried a lot for nothing.

Rara menghela napas kesal sambil memutar bola matanya. "Shit, i was jealous for nothing," rutuknya.

Adit tersenyum senang. "Oh, so you're jealous, huh?" godanya, seraya menjentikkan telunjuknya ke hidung Rara.

"Shut up, you jerk," balas Rara jengkel.

"Kok jadi marah? Makanya jadi cewek tuh jangan baperan."

Rara mendelik. "Ya, mana aku tau kalo kamu punya maksud lain? Wajar lah kalo aku cemburu!"

Aduh, Adit nggak bisa nahan senyum melihat keunyuan Rara kalau lagi marah. "Iya, aku minta maaf, deh."

"Bodo, aku kesel." Rara melengos sambil melipat tangannya di depan dada.

Adit berdecih. "Gitu aja marah. Jangan marah, dong. Sini aku cium," goda Adit, wajahnya pura-pura mendekat.

"Ih, apaansih." Rara menghadangnya dengan tangannya.

"Woy! Mentang-mentang duduk dibelakang jangan coba-coba ngambil kesempatan dalam kesempitan, ya kalian!" seru Loki dari kursi paling depan, sepasang matanya memata-matai melalui kaca depan.

Iya, Rara dan Adit duduk di kursi paling belakang. Sementara Ari dan Dio di kursi tengah. Dan Loki yang bagian menyetir ditemani Khanza yang duduk disebelahnya.

Khanza ikut, karena Rara yang memaksa. Dia juga butuh sahabatnya untuk menemani, membuat dirinya lebih percaya diri lagi.

Siapa tahu, disaat The Soulvibe mulai manggung dimana-mana, Khanza bersedia menjadi manajernya.

"Udah, deh. Jones nggak usah ngomong," balas Adit, mengundang tawa dari Rara.

Loki sontak mengangkat jari tengahnya ke depan kaca, menunjukannya kepada Adit.

Adit terkekeh. "Makanya cari pacar, Ki. Betah banget, sih, sendiri."

"Bawel. Mending lu suruh Ari, tuh. Jangan gue. Gue mah gampang mau kapan aja, tinggal milih. Lah, Ari? Pendiem gitu siapa yang mau?"

"Njing." Ari sontak mengumpat.

"Najis, sok kegantengan lu, Ki. Fak banget," kata Adit, sejurus kemudian berubah pikiran, "Tapi bener juga, sih. Ari lo jangan diem-diem gitu, dong. Kapan mau dapet pacar, coba? Muka ganteng nggak cukup, Ri, kalo nggak ada sense of humor-nya. Apalagi muka lo pas-pasan."

Sleeping Rara [On Editing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang