14' Adit si Sick Baby (3)

2.8K 163 5
                                    

A/N.

Pertama-tama, gue minta maaf ya karena baru update sekarang :( entah kenapa kemarin itu gue lagi mager banget nulis terus gue juga lagi disibukkan dengan nikahan sepupu gue, belom lagi tugas-tugas yang menumpuk gara-gara udah jadi maba. Jadi gue minta maaf yang sebesar-besarnya untuk pembaca setia Sleeping Rara 🙏

Dan kedua, gue makasih bangettttt untuk orang-orang yang udah setia baca cerita-cerita gue, ngevote, dan follow akun gue. Love u guys to the moon and back and to the moon again💖

••

I met you in the dark
You lit me up
You made me feel as though
I was enough

[James Arthur - Say You Won't Let Go]

🐧🐧

Sebenarnya,

Adit sudah merasa baikan.

Tapi,

Ia masih ingin dimanjain sama Rara.

Jadi,

Adit pura-pura belum sembuh.

"Nih, gue buatin Sup Jagung," Rara meletakkan nampan berisi semangkuk Sup Jagung dan segelas air putih diatas nakas.

"Suapin, dong," pinta Adit, sok manja.

"Ih, ini udah hari ketiga lo sakit, masa belum kuat juga buat makan sendiri?" tanya Rara, kesel sendiri.

"Rara sayang, gue ini bukan demam biasa. Tapi demam parah karena ditambah alergi, jadi sembuhnya lama," jelas Adit, dengan suara yang dibuat-buat lemah.

Rara menghembuskan napas pasrah. "Fine."

Sudut bibir Adit sedikit terangkat membentuk senyuman tipis kala Rara mengambil mangkuk berisi Sup Jagung kedalam genggamannya dan duduk di pinggir ranjang.

"Aaa..." Rara mengisyaratkan Adit untuk membuka mulut.

Adit menurutinya. Tapi, tangan Rara terhenti ketika iPhone Adit tiba-tiba bergetar menandakan ada telpon masuk. Dan penelponnya membuat hati Rara seketika panas.

Kila.

"Gue aja yang angkat," ucap Rara datar. Ia mengambil ponsel Adit diatas nakas dan menjawab panggilan dari Kila. "Kenapa?"

"Rara? Kenapa lo yang angkat?" Terdengar suara nyentrik Kila di seberang sana. Dari latar suaranya, sepertinya Rara sedang berada di jalan raya.

"Aditnya lagi makan," jawab Rara malas.

"Ooh... kalo gitu bilang sama Adit gue otw kesana, ya."

Alis Rara bertaut. "Ngapain?"

"Ya, ngejenguk lah! Pake nanya lagi. Mumpung gue hari ini lagi nggak ada rapat OSIS."

"Oh."

"Tunggu gue ya! Bye!" seru Kila sebelum akhirnya mengakhiri panggilan.

"Siapa?" tanya Adit setelah Rara meletakkan ponselnya kembali diatas nakas.

"Mantan lo."

"Mantan gue banyak," sahut Adit enteng.

Rara mendengus. "Kila."

"Ngapain?"

"Mau jenguk lo katanya."

"Serius?"

"Bawel, ayo cepet makan." Rara tiba-tiba memasukkan sesendok nasi kedalam mulut Adit dengan paksa.

"Buset dah! Sabar apa, belum siap ini!" keluh Adit terbatuk-batuk dengan makanan di mulutnya.

Rara jadi sedikit merasa bersalah, makanya ia langsung memberikan segelas air kepada Adit. "Sori."

Setelah Adit minum, Rara menyuapkan satu sendok lagi ke mulut Adit dengan pelan dan lebih manusiawi.

"Dit," panggil Rara setelah jeda yang cukup lama.

"Hm?"

"Lo... lo..." Rara membersihkan tenggorokannya terlebih dahulu. Entah kenapa ia gugup menanyakan pertanyaan ini.

"Kenapa?" ulang Adit, ada sedikit nada menuntut di suaranya.

"Lo... masih... masih..." Rasanya pertanyaan itu sulit sekali keluar dari mulut Rara.

"Masih apa?" tanya Adit lagi, mulai nggak sabar.

Rara menatap Adit ragu. Masih sayang sama Kila? "Nggak jadi, deh," tandasnya pada akhirnya.

"Ish," keluh Adit seraya mengacak-acak rambut Rara karena kesal. "Jangan buat gue penasaran deh, Ra! Cepet lo mau bilang apa!" tuntut Adit penasaran.

"Duh, apa ya. Jadi lupa," gumam Rara, pura-pura bego.

"Oon," Adit memutar bola matanya kesal.

"Dit," panggil Rara lagi.

"Apa lagi? Mau bikin gue penasaran lagi?"

"Nggak. Gue cuma mau bilang, jangan sakit lagi ya, plis, gue mohon sama lo," ujar Rara dengan wajah serius. Adit kini menatap Rara dengan tatapan yang berbeda. "Gue butuh lo, jadi jangan sakit lagi."

Untuk beberapa detik, Adit tidak berhenti menatap Rara tepat di pupil matanya. Seolah ia sedang menatap seseorang yang sangat berarti baginya.

Adit mengangguk pelan seraya menyunggingkan senyum kecil. "Iya, gue janji."

Dan keinginan itu pun muncul.

Keinginan untuk merasakan bibir gadis yang ada di depannya.

Tanpa bisa di kontrol, Adit memajukan wajahnya ke wajah Rara. Dan saat itu juga, ekspresi Rara berubah. Gadis itu bingung sekaligus gugup, tapi tidak bergerak sedikitpun ketika wajah Adit semakin mendekat.

Kini jarak antara wajah Adit dan Rara semakin menipis. Rara bisa merasakan napas Adit yang memburu mengenai wajahnya. Dan saat itu juga entah kenapa Rara menutup matanya. Jantungnya serasa ingin melompat dari tempatnya.

Sedikit lagi.

Hanya sedikit lagi.

Tok tok!

"Mas Adit, Mbak Kila sudah datang!" teriak Bibi Nana di balik pintu kamar.

Fuck.

🐧🐧

Sleeping Rara [On Editing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang