16 - The Agreement

22.3K 1.1K 152
                                    


"Jadi, benar kan tadi Jimin mencium tepat di bibirmu?" Sohyun bertanya untuk kesekian kali. Gyuri tidak tau harus malu atau marah, dia sudah lelah menjawab semua pertanyaan Sohyun. Tapi sayangnya Sohyun masih semangat untuk melontarkan sejuta pertanyaan lagi.

"Aku harus menjawab apa lagi." Keluh Gyuri, sibuk dengan barang-barangnya.

"Jimin sangat manis. Dia benar-benar seperti tokoh-tokoh yang ada pada novel." Kata Sohyun, tersenyum sendiri dan Gyuri hanya meliriknya ngeri. Hari itu, Gyuri tau bahwa Sohyun tidak pernah berpacaran sebelum ini. Dan Jimin membuat khayalan sosok pacar yang seperti pangeran semakin menjadi-jadi. Gyuri hanya tertawa dalam hati, dia belum tau saja bagaimana kebiasaan buruk Jimin yang tidak bisa jauh-jauh dari club dan sex.

"Aku heran kenapa ayahmu tidak mengijinkan orang sebaik Jimin menemuimu?" pertanyaan itu akhirnya keluar dari bibir Sohyun. Sohyun mencoba untuk menatap Gyuri yang saat ini sedang terpaku.

"Sejak kapan kau menjadi sangat tertarik pada kehidupan pribadiku?" wajah Gyuri gelap, pertanyaan seperti itu terlalu sensitif untuknya.

"Hei, bukankah kita teman?" Sohyun balik bertanya.

Untuk sesaat Gyuri hanya tertegun, mendengar sebuah kalimat yang sebelumnya tidak pernah dia dengar. Teman? Sohyun menganggap dia adalah temannya?

***

Pagi itu, langit tak secerah biasanya, awan senantiasa menyelimuti dan menghalangi sinar matahari membuat Jimin yang tengah memandangnya dari jendela merasa malas untuk sekedar keluar dari apartemen. Ini sudah beberapa hari sejak kunjungannya ke asrama Gyuri, hari dimana dia menjadi relawan bersama ayah Gyuri semakin dekat. Jimin tidak bisa berbohong, rasa takut dan khawatir mulai menyerangnya.

"Hei kau tidak mau makan?" suara Taehyung berhasil membuat lamunan Jimin buyar. Taehyung sedang berdiri di depan meja makan, menatap Jimin dengan kening berkerut. Well, ini bukan untuk pertama kali Jimin berskap aneh.

"Kau bahkan belum mengganti seragammu!" tuduh Taehyung, Jimin menunduk dan kemudian dia sadar dia masih mengenakan seragam sekolahnya.

"Aku rasa aku akan meninggal besok lusa." Kata Jimin kemudian, berhasil membuat Taehyung tertawa keras. Taehyung adalah orang pertama yang harus bertanggung jawab dalam kasus ini, Taehyunglah yang membuat Jimin menjadi relawan tanpa merundingkannya terlebih dahulu.

"Aneh sekali, biasanya kau sangat pandai mencari perhatian...."

"Yang kita bicarakan adalah seorang pria paruh baya yang merupakan ayah dari pacarmu dan dia tidak menyukaimu! Kau pikir gampang?" Jimin kesal membuat Taehyung semakin tertawa. Jimin berjalan mendekat Taehyung untuk mengambil mangkuk berisi susu dan sereal yang baru saja Taehyung buat. Jimin memilih duduk di sofa depan TV tanpa memikirkan omelan Taehyung.

"Kau hanya perlu berpakaian rapi, bersikap sopan, dan mencari muka. Itu saja tugasmu!" Taehyung berteriak dari dapur, kembali mengisi mangkuk lain dengan susu dan sereal.

"Tidak, aku rasa aku benar-benar mati besok lusa!"

Sekeras apapun usaha Jimin untuk tidak memikirkan hari Minggu, rasa takutnya tidak pernah hilang. Terlebih ketika hari Minggu akan berganti dalam hitungan jam. Gyuri sudah memberitahunya bahwa semua akan baik-baik saja. Berbeda dengan Taehyung, Gyuri menyarankan agar Jimin fokus pada kegiatan amal tersebut. Tidak perlu memikirkan bagaimana ayahnya, Jimin hanya berada satu tempat dengan Tuan Lee melakukan hal yang sama. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

TOY (BTS NC)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang