9 - Mark Tuan

25.4K 1.3K 159
                                    



"Bangun kerapat!" Jimin merasakan seseorang sedang memukul punggungnya, membuatnya terbangun dan membuatnya merasa sangat pusing.

"Bangun hyung, kami membawakanmu makanan!" Jimin mendengar suara Jungkook.

"Bangunlah sebelum aku memukulmu!" suara itu, Jimin mencoba menyadarkan dirinya sendiri bahwa dia tidak sedang bermimpi. Karena Jimin sangat mengenal suara itu, -suara Taehyung.

"Oppa, kapan terakhir kali kau makan?" suara Yein terdengar begitu dekat bersamaan dengan aroma sup yang membuat Jimin merasa lapar.

"Taehyung?" Jimin memanggilnya, sedikit tidak percaya karena Taehyung sedang berdiri di sebelah ranjangnya.

"Jangan kau pikir aku sudah memaafkamu!" bentaknya kemudian. "Hanya saja, aku sudah dengar semuanya dari Jieun." Sambungnya. Jimin hanya bergumam oh pelan.

"Makanlah sebelum dingin." Yein menunggu sampai Jimin duduk di ranjangnya dan bersandar pada headboard. "Kau buruk, aku rasa kau demam. Aku sudah beli obat tadi dan kau akan meminumnya setelah kau menghabiskan makananmu." Kata Yein seraya memerhatikan Jimin. "Jungkook-ah, tolong bawakan obatnya!" teriak Yein pada Jungkook yang ada di dapur.

Jimin memilih tidak berkomentar dan konsentrasi pada makanannya. Jimin baru sadar bahwa dia benar-benar lapar saat ini, mangkuknya habis lebih cepat dari yang bisa dia bayangkan. Taehyung, Jungkook dan Yein menatapnya khawatir sekaligus kesal.

Setelah yakin mangkuknya sudah kosong, Yein membantunya untuk meminum obat.

"Terima kasih." Gumam Jimin pada Yein yang memberinya gelas air putih.

"Kenapa kau menyiksa dirimu sendiri?" tanya Taehyung setelah yakin Jimin sudah menelan obatnya.

"Hmmm." Jimin hanya bergumam, tidak tau harus menjawab apa.

"Jieun menemuiku sepulang sekolah tadi. Dia sudah menjelaskan semuanya, dan dia juga titip salam padamu. Dia sangat marah padamu, karena Suga tidak menyapanya sekarang. Karena tentu saja Suga hyung masih tidak tau apa-apa." Jelas Taehyung.

"Bagaimana dengannya?"

"Gyuri maksudmu?" tanya Taehyung dan Jimin mengangguk pelan. "Oh dia terlihat seribu kali lebih baik dari aku pernah melihatnya." –Taehyung berbohong.

"Dia sama buruknya sepertimu. Tapi, dia tidak seburuk dirimu." Jawab Yein, memandang Jimin prihatin.

"Kau benar-benar bodoh, aku membencimu!" kata Taehyung kemudian.

"Dia adalah orang yang paling sering menghubungiku untuk mengetahui keadaanmu hyung." Sela Jungkook sembari menunjuk Taehyung, membuat Taehyung memukul kepalanya keras.

"Oppa, berhenti memukul kepala Jungkook!" bentak Yein kesal. Jimin terkekeh melihatnya, ya selama ini hanya Jungkook yang sering mengunjunginya. Jimin senang menyadari sahabatnya itu masih peduli padanya. Sebenarnya Jimin tau, Taehyung akan lebih cepat mengerti dan luluh daripada Suga.

"Lalu, kapan kau akan masuk sekolah?" tannya Taehyung kemudian.

"Tidak tau." Jawab Jimin singkat.

"Hei, apa aku sudah bilang bahwa kita satu kelas dengan Gyuri?"

"Apa?"

-

Kenyataan bahwa di tahun terakhirnya dia berada di kelas yang sama dengan Gyuri merupakan berita paling menggelisahkan yang Jimin dapat tahun itu. Kenapa dia harus satu kelas dengan Gyuri setelah semuanya seperti ini? Padahal dulu Jimin selalu berharap berada di kelas yang sama dengan Gyuri. Tapi sekarang keadaannya sudah berbeda.

TOY (BTS NC)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang