Suga masih duduk dan termenung di restoran milik temannya. Ia baru saja bertemu dan makan bersama dengan Eunha, juniornya. Ada sedikit penyesalan di hati Suga setelah pembicaraannya dengan juniornya itu tadi. Lama tak bertemu gadis itu, kenapa lagi-lagi yang mereka bicarakan hanya soal Jeon Jungkook. Parahnya, Suga secara tidak sadar justru membantu memperbaiki hubungan mereka.
Tidak, Suga tidak boleh merasa seperti ini. Membantu Eunha dan Jungkook itu hal yang baik. Bagaimanapun Jungkook sudah ia anggap seperti saudara kandungnya sendiri, dan ia tidak senang melihat adiknya itu murung dan gundah karena Eunha. Lagipula Suga juga tidak tahan mendengar curahan kebencian Eunha terhadap Jungkook setiap kali mereka bertemu.
Sebenci apapun Eunha terhadap Jungkook, gadis itu tetap selalu memikirkannya. Itu yang Suga pahami.
'..Mungkin saat mereka sudah berdamai, Eunha akan berhenti memikirkan Jungkook lagi..' pikirnya.
Pikirannya melayang ke beberapa waktu yang lalu, saat ia secara tidak sengaja bertemu Eunha di sebuah warung pedagang kaki lima yang berjarak tidak jauh dari kantor BigHit.
"Eunha-yah?" panggil Suga sambil mengguncang pelan pundak Eunha.
Gadis itu menoleh dengan mata disipitkan lalu tersenyum lebar. 'Sepertinya ia sudah mabuk' pikir Suga.
"Ahjussi, mari minum bersamaku, aku merasa kacau sekali hari ini.." ujarnya setengah bergumam, tidak menyadari bahwa pria yang dipanggil ahjussi adalah Suga.
Suga menuruti permintaan Eunha. Ia duduk di depan Eunha dan menuangkan soju ke gelasnya lalu meminumnya. Melihat itu, Eunha kembali tersenyum puas lalu terhuyung-huyung menuangkan soju lagi ke gelas Suga dan gelasnya.
"Cheers!!"
Suga terseyum geli. Takdir sepertinya sedang berada di pihaknya. Belum beberapa lama ia mencoba untuk lebih mengenal gadis ini dengan mengajaknya ngobrol saat mereka melakukan pemotretan CF bersama. Lalu mereka dipertemukan lagi secara tidak sengaja di tempat dan waktu yang sangat acak. Apa ini artinya Suga boleh mendekati Eunha lebih dari sekedar sunbae-hoobae?
"..ahjusshi, aku stress sekali. Dulu aku punya teman, ah..bukan..bukan. Dia bukan temanku, tapi musuhku.." ujar Eunha mulai meracau. "bocah tengil yang sok pintar. Selalu merasa benar dan menghina kemampuanku. Maksudku, bukankan kita berlatih karena kemampuan kita buruk? Kalau sudah bagus untuk apa latihan. Benar tidak ahjusshi? Menyebalkan sekali bukan.." lanjutnya sambil menepuk-nepuk dadanya dengan keras.
Suga meninggikan alisnya, ia ingin bertanya siapa yang Eunha maksud tapi sepertinya akan sia-sia, karena Eunha sudah mabuk dan mungkin tidak sadar dengan apa yang ia katakan.
Bagi Eunha, mungkin Suga merupakan senior yang baru dikenalnya, dan secara kebetulan senior ini juga berasal dari agensi lamanya. Namun, tidak demikian bagi Suga. Sebenarnya sudah sejak lama ia memperhatikan gadis yang tengah mabuk di depannya ini.
Mereka ikut dan lolos di audisi yang sama. Ia bahkan sempat mengajaknya berbicara saat menunggu giliran audisi, tapi gadis itu terlalu fokus dengan audisinya dan tidak mengingatnya.
"..ah, kau urutan setelahku ya? Semoga berhasil.." ujar Suga pada Eunha saat menunggu panggilan audisi.
"iya, terima kasih. Semoga Anda juga.." jawab Eunha sambil tersenyum sopan. Hanya kalimat singkat, namun senyum manis Eunha pada saat itu sangat membekas di hati Suga.
Keduanya pun lolos dan menjadi trainee di BigHit. Suga yang lebih fokus melatih rapnya memiliki jadwal yang sangat berbeda dengan jadwal latihan Eunha. Alhasil, mereka tidak punya banyak kesempatan untuk bertemu. Suga hanya bisa melihat Eunha dari luar ruangan, saat ia mencuri-curi waktu disela latihannya.
Ia juga ingat, saat ia melihat Eunha sendirian duduk di ayunan dan menangis tersendu-sendu. Suga datang menghampiri Eunha dan bertanya, namun Eunha lagi-lagi terlalu sibuk menangis dan tidak mengingatnya.
"..kau, baik-baik saja?" tanya Suga pelan dan berhati-hati.
"tidak! aku tidak baik-baik saja!!" seru Eunha masih terus menangis tanpa menoleh ke sumber suara dan terus menyembunyikan wajahnya dalam-dalam.
Tidak banyak yang bisa dilakukan Suga saat itu, karena sepertinya Eunha pun memang ingin terus menangis. Akhirnya, yang ia lakukan hanyalah duduk di kursi taman yang tidak jauh dari ayunan tempat Eunha, dan menemani gadis itu sampai tangisannya berhenti.
Hingga saat ini, Suga masih penasaran dengan alasan Eunha menangis seperti itu. Terlebih setelah itu ia mendengar kabar kalau Eunha keluar dari agensi karena lebih memilih melanjutkan pendidikannya.
Apakah ada kaitannya dengan orang yang Eunha sebut barusan?
"..jeon..jungkook..brengsek.."
Ternyata tidak butuh banyak waktu bagi Suga untuk mengetahui siapa teman –musuh yang dibicarakan Eunha. Jeon Jungkook? maknae grupnya? Ah, bukan hal aneh kalau mereka saling mengenal sebelumnya. Namun, Suga tetap terkejut mengetahui hubungan Jungkook dan Eunha yang tidak baik.
Ia tidak menyangka kalau Eunha begitu membenci Jungkook.
"..kenapa aku selalu kalah dengannya...kenapa.. sekeras apapun aku berlatih.." keluh Eunha mulai sesegukkan, "..kalau saja suaranya tidak semerdu itu...kalau saja dia tidak jago menari...kalau saja dia tidak sekeren itu...pasti aku tidak akan membencinya..."
"..ini tidak adil..tidak adil..kenapa..dia dapat dengan mudah membuat orang terpesona...kenapa..huee.." tanggis Eunha pecah bersamaan dengan kepalanya yang terbentur keras ke mejanya.
Suga kembali mengangkat alisnya dan meralat pemikirannya. Hari itu Suga tahu persis bahwa gadis di depannya ini tidak membenci Jeon Jungkook, sebaliknya justru mengaguminya.
**
Eunha hendak membuka pintu apartemennya di saat yang bersamaan ponselnya berdering. Ia terlihat ragu namun akhirnya memilih mengangkat telepon yang ternyata berasal dari managernya, dan batal masuk ke apartemennya.
"Yeoboseyo..iya Oppa, aku baru saja sampai di apartemen...tidak! tidak terjadi apa-apa Oppa. Berhentilah khawatir, kami hanya makan saja. Hanya itu... iya, aku tahu..baik..baik..Selamat Malam.."
Eunha menghela napas setelah pembicaraan dengan managernya terputus. Managernya sangat khawatir dan menjadi sangat waspada kepada Suga lantaran ia sering mengajak Eunha keluar untuk sekedar bertemu atau makan. Padahal tidak ada yang harus di khawatirkan, bukan? Mereka hanya berteman, meskipun Eunha sedikit berharap. Tapi ia terlalu waras untuk mengakui imajinasinya tidak akan menjadi nyata.
Saat kaki Eunha baru melangkah beberapa langkah memasuki apartemennya, ponselnya kembali berdering.
"..ada apa lagi Oppa??.." tanya Eunha mengangkat teleponnya tanpa melihat layar.
"Eunbi-yah, ini aku. Jungkook.."
Eunha tersentak lalu secara otomatis memutuskan sambungan teleponnya. Darimana Jungkook mendapat nomernya? Tidak mungkin Sinb yang memberikannya. Ah, tidak penting dari siapa Jungkook mendapatkan nomer Eunha.
Yang terpenting adalah, Kenapa Jungkook menelponnya?
*
*
*
jreeeng..jreeeng..jreeengg.. eunkook momentnya bentar banget, hahaha
thanks for reading and happy reading ^o^
#H-9 #AnticipateWINGS #BlackhairYoongi serius deh, akhir-akhir ini menggila gara-gara teaser WINGS yang bikin bahagia sekaligus apa ya.. greget? mungkin itu kata yang tepat. aarrgggghhh.... >.<
![](https://img.wattpad.com/cover/82353880-288-k416795.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[GFRIEND SERIES] Ordinary Love
Fanfictionada ribuan postingan 'idol shipper' dimana-mana, di twitter, instagram, tumblr, dan media sosial lainnya. Pernah membayangkan kalau idol yang kita pasangkan sebagai sepasang kekasih namun di kehidupan nyatanya justru bermusuhan? copyright...