Part 37 Is it Clear?

3.2K 368 16
                                    

Musik EDM dengan tempo tenang mengalun bebas di Studio kecil Suga di kantor Bighit. Suga duduk dengan menatap kosong layar komputer di depannya. Entah ia mendengarkan alunan musik ciptaannya atau pikirannya melayang ke persoalan lain. Yang jelas, saat ini ia hanya ingin berdiam diri.

BRAK! Pintu studionya terbuka dengan keras. Dengan cepat Suga menoleh, lalu terkejut mendapati Eunha, berada di ujung pintu sambil menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Dengan pelan, hoobaenya itu menutup pintu studio, namun tidak sedikitpun ia beranjak dari posisinya.

Mereka berdua terdiam sambil menatap wajah masing-masing.

"Eunha-yah.." panggil Suga memecah keheningan. Ia berdiri namun tidak beranjak dari posisinya.

"Oppa..." Eunha mengamati lebam di wajah Suga. Meskipun sudah tidak begitu terlihat, tetap saja orang dapat mengenali luka itu adalah bekas luka tonjokkan.

Sadar akan raut khawatir Eunha yang mengamati wajahnya, Suga sedikit menunduk dan menutupinya dengan mengusap pelan hidungnya.

"Kenapa tidak mengabari kalau kau kemari, Eunha-yah?" tanya Suga.

"Aku sudah menelpon, tapi Oppa tidak menjawabnya.." balas Eunha datar, masih terpaku pada wajah, atau lebih tepatnya bekas lebam di wajah Suga.

"Ah, benarkah?" Suga tampak terkejut, lalu melihat sekeliling mencari ponselnya. "Sepertinya ponselku tertinggal di kamar, maaf.." lanjutnya.

Suga berbohong, ponselnya berada di saku jasnya. Eunha tidak hanya menelponnya, namun juga mengiriminya puluhan pesan berisi pertanyaan-pertanyaan yang belum dapat Suga jawab. Ia sama sekali tidak menyangka kalau berita perkelahiannya dengan Jungkook dapat terdengar oleh Eunha.

"..kenapa.." ujar Eunha pelan. Ia masih berdiri kaku di dekat pintu studio, tidak berani mendekat ke tempat Suga duduk.

Perlahan, Suga beranjak dari kursi kerjanya, lalu berjalan mendekat ke arah Eunha.

"Maaf sudah membuatmu khawatir, Eunha-yah.." ujarnya lirih.

"Kenapa kalian harus bertengkar..? kenapa?" desak Eunha pelan, sekuat tenaga menjaga agar air di pelupuk matanya tidak tumpah.

Suga menghela napas, lalu kembali menatap manik mata Eunha yang khawatir.

"Kami baik-baik saja sekarang. Jangan khawatir.."

"Kenapa Oppa tidak menjawab pertanyaanku?" balas Eunha cepat, tidak sabar karena Suga tidak kunjung memberikan jawaban, "Kenapa kalian harus bertengkar?"

"Moreugesseo.. aku mabuk malam itu dan tidak begitu ingat.." jawab Suga, menatap lurus mata Eunha yang menuntut kejujurannya.

Mereka terdiam, hanya saling menatap untuk beberapa saat. Kenapa mereka harus berkelahi? Sepertinya tidak ada jawaban yang pas untuk menjawab pertanyaan itu. Eunha pun sadar, bukan jawaban yang ia inginkan, namun mulutnya terus saja melontarkan pertanyaan konyol tersebut.

Ada hal yang lebih penting, yakni meluruskan semua kesalahpahaman antara mreka. Hanya dibutuhkan keberanian bagi Eunha untuk meluruskan semuanya. Hanya saja, apa Eunha sudah berani?

"Kau menatapku seakan-akan aku penjahatnya, Eunha-yah. Haha.. jangan menatapku seperti itu.." gurauan sederhana Suga justru sukses membuat tanggis Eunha pecah.

"Justru akulah penjahatnya, Oppa.. Maafkan aku.." isak Eunha, menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya lalu mulai menangis.

"Eunha-yah.."

Suga menatap Eunha lirih. Ia tidak tega, melihat Eunha menutup wajahnya dengan kedua tangan mungilnya, berusaha menyembunyikan air mata yang terus mengalir dari pelupuk matanya. Hatinya semakin teriris saat sadar, Suga lah yang membuat gadis yang sangat disukainya ini menangis. Menangis karena khawatir sekaligus merasa bersalah. Padahal Eunha tidak melakukan kesalahan apapun.

[GFRIEND SERIES] Ordinary LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang