Part 4

5.5K 64 0
                                    

Sedangkan Pu thian toa beng Kay Poan thian adalah seorang manusia yang berambisi besar sekali, dia tidak termasuk salah seorang dari kawanan jago yang turut serta didalam pertemuan besar empat puluh tahun berselang, diapun tidak terhitung seorang jagoan lihay dalam dunia persilatan dewasa ini, apa mau dikata ia justru merupakan seorang manusia yang tak tahu diri, tak senang berdiam diri dan suka menonjolkan diri, dimanapun dan dalam persolan apapun, dia selalu menampilkan dirinya agar diperhatikan orang.

Disamping itu masih ada pula mereka yang leluhurnya tidak turut serta dalam deretan lukisan itu, munculnya lukisan tadi tanpa terasa segera menimbulkan kesan jelek dihati mereka terhadap pemuda itu, apalagi setelah menyaksikan Thi Eng khi dipersilahkan menempati kursi utama lantaran mengandalkan lukisan leluhur tersebut, mereka merasa semakin tidak puas lagi.

Diantara sekian banyak orang, Hong im siu Sang Thong dari Bukit Bong san tak usah dikatakan lagi, setiap patah kata maupun setiap tindakan orang ini selalu merupakan bagian-bagian yang penting didalam rencana busuknya, atau dengan perkataan lain ia memang berniat menimbulkan kesan jelek Thi Eng khi terhadap umat persilatan agar niat pribadinya bisa terwujudkan.

Itulah sebabnya dalam keadaan seperti ini, tak mungkin buat Thi Eng khi untuk merebut simpatik hanya mengandalkan beberapa patah kata saja.

Baru selesai dia berkata, Pu thian toa beng Kay Poan thian sudah tertawa terbahak-bahak.

"Haaahhh.... haaahhh.... haaahhh..... Thi ciangbunjin seandainya kau tak sanggup menghilangkan rasa curiga kami terhadap dirimu maka sekalipun kami semua menaruh perasaan kagum terhadap kegagahan dan kehebatan partai Thian liong pay dimasa lalu, bagi kepentingan umat persilatan mau tak mau terpaksa kita musti mempersilahkan ciangbunjin untuk menyingkir lebih dulu dari ruangan ini."

"Pendapat saudara Kay memang tepat sekali, " seru Hong im siu Sang Thong dengan cepat "siaute nomor satu yang merasa setuju lebih dulu."

Lainnya pasti tidak buka suara namun kalau dilihat dari mimik wajahnya itu dapat diketahui bhawa mereka semua merasa amat setuju dengan pendapat dari Kay Poan thian tersebut.

Betapa kecewanya Thi Eng khi ketika menyaksikan maksud baiknya malah disambut dengan cemoohan serta penghinaan dari orang lain, dia memandang sekejap kearah Bu tong pay, tapi ketika dilihatnya Keng hian totiang pun menunjukkan sikap apa boleh buat, dia menjadi sedih sekali.

Setelah menghela napas panjang, katanya dengan suara gemetar :
"Kalau toh kalian semua berpendapat demikian, terpaksa aku harus mohon diri lebih dulu, tapi akupun berharap kalian jangan melupakan kejadian hari ini."

Berbicara sampai disitu, dia lantas beranjak dan mendekati dinding ruangan siap menurunkan lukisan tadi dan dibawa pergi meninggalkan tempat itu.

Tiba-tiba sesosok bayangan manusia berkelebat lewat, San hoa siancu Leng Cay soat tahu-tahu sudah melayang turun dihadapannya.

"Thi ciangbunjin, harap tunggu sebentar!" cegahnya, "aku masih ada persoalan yang hendak dibicarakan!"

"Apa lagi yang tdiak benar dengan diriku!" tegur Thi Eng khi dengan kening berkerut.

"Aku mempunyai suatu perintah yang tak pantas, harap Thi ciangbunjin bersedia untuk mengabulkannya!"

Thi Eng khi tidak bisa menduga persoalan apakah yang dinggap begitu penting oleh San hoa siancu Leng Cay soat, terpaksa sambil mengendalikan hawa amarahnya dia berkata :
"Leng siancu ada urusan apa? Aku bersedia untuk mendengarkannya!"

"Sauhiap, tolong serahkan lukisan Enghiong to ini kepadaku, agar akulah yang menyimpankan untukmu."

Semakin membara sepasang mata Thi Eng khi setelah mendengar ucapan tersebut, teriaknya :
"Dengan dasar apa kau berkata begitu?"

Pukulan Naga Sakti - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang