Sambil menepuk bahu Thi Eng khi, Bu im sin hong Kian Kim siang segera berseru :
"Saudara cilik, mengapa tidak kamu katakan sedari dulu dulu sehingga membiarkan Hian im Tee kun hidup tiga bulan lebih lama? Kali ini, Kita empat tua bangka harus bertarung mati -matian dengannya!"Thi Eng khi tersenyum :
"Kian tua!" katanya, "tenaga dalam Eng khi telah pulih kembali seperti sedia kala, aku tak berani merepotkan kalian empat orang tua lagi!"Mendengar ucapan tersebut, Bu im sin hong Kian Kim siang segera mencak mencak serunya :
"Tidak bisa! Tidak bisa! Usiamu masih begitu muda, saatmu untuk sukses dan berhasil masih panjang, tidak seperti kami tua bangkotan yang semakin dekat dengan ajal, siapa tahu setelah ini tiada kesempatan sebaik ini lagi bagi kami untuk berbakti kepada dunia persilatan? Aku tahu tenaga dalammu memang lebih sempurna dari kami, toh tidak sepantasnya jika kau berebut jasa dengan kami bukan?"Baru saja Thi Eng khi hendak berbicara, Pek leng siancu So Bwe leng telah menukas sambil tertawa :
"Kian yaya! Kau memang tak tahu malu, siapa sih yang akan berebut jasa denganmu?""Budak ingusan!" Bu im sin hong Kian Kim Siang tertawa, "tidak besar tidak pula yang kecil, siapa sih yang menyuruh kau banyak berbicara?"
Pek leng siancu So Bwe leng segera mencibirkan bibirnya yang kecil, lalu berkata lagi :
"Kian yaya, kau tidak adil, kau memanggil engkoh Eng sebagai saudara cilik, itu berarti aku Leng ji adalah adik kecilmu pula, siapa bilang tidak yang besar tidak yang kecil."Pek leng siancu So Bwee leng memang binal sekali, ucapan mana kontan saja menimbulkan gelak tertawa seisi ruangan. Tiang pek lojin So Seng pak tak tahan turut pula tertawa terbahak bahak, kemudian sambil sengaja menarik wajahnya dia berkata dengan suara dalam :
"Leng ji, kau benar benar tak tahu aturan, siapa suruh kau berbuat binal?""Kenyataannya memang begitu?" bantah Pek leng siancu So Bwe leng sambil ngotot, "Kian yaya menganggap engkoh Eng adalah saudaranya dan engkoh Eng menganggap Kian yaya sebagai engkoh tua nya, bukankah ini berarti pula diapun terhitung engkoh tua dari anak Leng?"
Bu im sin hong Kian Kim siang segera tertawa terbahak bahak setelah mendengar perkataan tersebut :
"Haaahhhh... haaahhh.... haaahhhh..... tepat sekali! Tepat sekali! Anak Leng, aku dan yayamu saling menyebut sebagai saudara, apakah kaupun hendak saling menyebut saudara dengan yayamu?""Kian yaya!" Pek leng siancu So Bwe leng tak mau kalah "kau dan engkoh Eng saling menyebut saudara, mengapa kau tidak suruh engkoh Eng saling menyebut saudara dengan Thi yaya?"
Menyusul kemudian sambil tertawa cekikikan dia berkata lebih lanjut :
"Kita toh berhubungan secara terpisah dan tiada ikatan satu sama lainnya!"Bu lm sin hong Kian Kim siang benar benar mati kutunya, sambil menggelengkan kepalanya dan menghela napas dia berseru :
"Aaaai, dunia sudah berubah! Dunia benar benar sudah berubah, aku memang kalah diharuskan bersilat lidah denganmu!"Dari tempat kejauhan buru buru Pek leng siancu So Bwe leng menjura, kemudian katanya lembut :
"Kian yaya, harap kau jangan marah, terimalah hormat dari anak Leng!"Perbuatan dari gadis ini benar benar membuat Bu im sin hong Kian Kim siang mati kutunya, mau tertawa tak bisa, mau menangispun tak dapat. Persoalan tidak berhenti sampai disitu saja, mendadak Pek leng siancu So Bwe leng berkata lagi dengan wajah serius :
"Kembali ke persoalan yang utama, anak Leng merasa masalah mengerubuti Hian im Tee kun adalah masalahku dengan engkoh Eng.... "Keng thian giok cu Thi Keng segera tersenyum :
"Anak Leng," dia berkata, "apa alasanmu? Mengapa kau bersikeras mempertahankan pendapatmu itu?"Berada dihadapan Keng thian giok cu Thi Keng, sudah barang tentu Pek leng si¬ancu So Bwe leng tak berani sembarangan berbuat binal, katanya dengan serius :
"Locianpwe berempat sudah lanjut usia, pamor dan kedudukan kalian sudah cukup termashur dalam dunia persilatan, kalian pun sudah lama disanjung dan dihormati orang, apabila kalian berempat harus mengerubuti Hian im Tee kun, sekalipun dapat menang, orang lain pasti akan menambah bumbu pula didalam ceritanya sehingga akan mempengaruhi nama baik kalian."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pukulan Naga Sakti - Gu Long
General FictionKeng thian giok cu Thi keng serta putra kesayangannya Giok bin Coan cu (Coan cu berwajah kemala) Thi Tiong giok dari Dunia Persilatan secara beruntun lenyap dari keramaian dunia persilatan, bahkan tersiar pula berita tentang kematian mereka. Menyusu...