Ketika tangannya meraba di belakang telinga Pek leng siancu So Bwe leng, terasa olehnya kulit disana halus dan lembut ternyata tidak menunjukkan pertanda kalau mengenakan topeng kulit manusia
Bukti itu membuat sang pemuda tak bisa menahan diri lagi, segera dipeluknya Pek leng siancu So Bwe leng kencang kencang dan serunya dengan amat pedih :
"Adik Leng! Oooh..... kau benar benar adik Leng! Kau benar benar adalah adik Leng!"Tiba tiba dia mendekap tubuh Pek leng siancu So Bwe leng kencang kencang, setelah itu serunya sambil menangis tersedu sedu :
"Oooh Thian! Sebetulnya aku Thi Eng khi telah melakukan perbuatan apa ......?"Sementara itu kesadaran Pek leng siancu So Bwe leng telah menjadi terang kembali, dari nada pembicaraan Thi Eng khi, diapun mendengar kalau anak muda itu telah menaruh kesalahan paham terhadapnya, diam diam ia menjadi menyesal, ia merasa gurauan yang dilakukannya selama ini sesungguhnya kelewat batas.
Kalau nasi sudah menjadi bubur, menyesal pun tak ada gunanya, sekarang apa yang bisa digunakan olehnya hanya memberitahukan kepada pemuda itu bahwasannya dia benar benar Pek leng siancu So Bwe leng pribadi.
Sambil menggerakkan tubuhnya, ia pun berbisik :
"Engkoh Eng, peluklah aku erat erat!"Thi Eng khi segera memeluk Pek leng siancu So Bwe leng kencang kencang ....
Kembali Pek leng siancu So Bwe leng berkata :
"Engkoh Eng, pada mulanya apakah kau mengira aku bukan adik Leng mu ....?"Thi Eng khi menggelengkan kepalanya berulang kali, sahutnya dengan wajah bingung :
"Aku tidak tahu!"Apa yang sebenarnya dimaksudkan dengan perkataan itu? Dia sendiripun tidak tahu, sebab ia sudah tidak mempunyai rasa percaya lagi pada alam sekitarnya.
"Engkoh Eng, tempelkan telingamu kemari!" bisik Pek leng siancu So Bwe leng kemudian sambil menyusupkan badannya ke dalam pelukan hangat Thi Eng khi. Anak muda itu segera menunduk.
"Perkataan apa yang hendak kau katakan?" sahutnya.
Pek leng siancu So Bwe leng mendongakkan kepalanya, tapi sebelum berbicara mukanya sudah merah lebih dulu. Thi Eng khi mengira itulah pertanda saat terakhir gadis itu sudah tiba, buru buru ia menempelkan telapak tangannya ke atas dada So Bwe leng, kemudian menyalurkan hawa murninya kedalam tubuh gadis itu.
Setelah itulah ia baru bertanya :
"Apa yang hendak kau katakan?"Pek leng siancu So Bwe leng memejamkan matanya seperti lagi mengenang kembali kejadian lama, setelah itu dia baru tersenyum dan berkata dengan nada malu malu :
"Suatu hari ..... suatu tengah malam, di ..... dibawah sinar rembulan, aku .... aku telah mencubit sekali pa....pahamu .... masih ..... masih ingat ...."Thi Eng khi menjadi amat pedih hatinya sesudah mendengar perkataan itu, tanpa terasa dua titik air mata jatuh berlinang membasahi pipinya. Padahal sekalipun So Bwe leng tidak mengungkap kejadian itu, ia sudah percaya kalau gadis yang berada dalam pelukannya adalah Pek leng siancu So Bwe leng yang asli.
Apalagi setelah gadis itu menyinggung kembali kenangan manis yang pernah mereka alami bersama dulu, anak muda tersebut tak sanggup mengendalikan diri lagi, ia benar benar amat terharu. Tatkala titik air mata jatuh bercucuran membasahi wajah So Bwe leng, dengan terkesiap gadis itu menengadah.
"Engkoh Eng, kau menangis?" tegurnya.
Thi Eng khi segera berpaling kearah lain, diam diam ia menyeka air matanya, kemudian sambil tertawa paksa ujarnya :
"Adik Leng, kau jangan sembarangan bicara, siapa bilang aku sedang menangis?""Engkoh Eng, jangan membohongi aku, aku mengerti hidupku tak lama lagi..."
Ucapan gadis tersebut diutarakan dengan nada datar, tenang dan sama sekali tanpa emosi. Sesungguhnya luka yang diderita Pek leng siancu So Bwe leng sekarang bukannya sama sekali tak tertolong lagi, seandainya Thi Eng khi masih mempunyai sebutir pil Toh mia kim wan dari Thian liong pay, niscaya jiwa gadis itu akan tertolong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pukulan Naga Sakti - Gu Long
Ficción GeneralKeng thian giok cu Thi keng serta putra kesayangannya Giok bin Coan cu (Coan cu berwajah kemala) Thi Tiong giok dari Dunia Persilatan secara beruntun lenyap dari keramaian dunia persilatan, bahkan tersiar pula berita tentang kematian mereka. Menyusu...