Part 20

4.3K 47 5
                                    

Thi Eng khi mencoba untuk memperhatikan keadaan di sekeliling tempat itu dengan sorot matanya yang tajam, rupanya dia sedang berada di dalam sebuah lorong rahasia. Penemuan yang tak terduga ini sangat menggirangkan hati Thi Eng khi, buru-buru dia mengebaskan ujung bajunya keatas untuk mengirim kembali tanah yang berguguran itu keatas lubang.

Dalam waktu singkat, lubang tersebut telah berhasil disumbat kembali olehnya menjadi seperti sedia kala, orang tak akan mengira kalau ditempat itu terdapat sebuah gua yang tembus dengan ruangan atas.

Selesai memeriksa hasil karyanya dan merasa puas, pemuda itu baru melanjutkan perjalanannya menelusuri lorong rahasia tersebut. Permukaan lorong itu tinggi rendah tidak menentu, seandainya tenaga dalam yang dimiliki tak sempurna sehingga bisa melihat keadaan disekitar sana dengan jelas, ia benar benar tak akan berani untuk menelusuri lorong rahasia tersebut.

Sudah sekian lama dia melakukan perjalanan, akan tetapi belum juga keluar dari lorong tersebut, hatinya mulai merasa tegang, dia kuatir lorong tersebut tiada jalan keluarnya.

Untung saja pada saat itulah mendadak matanya terasa silau, tiba tiba ia saksikan ada cahaya terang memancar masuk dari atas dinding lorong, dia mengira di depan sana adalah jalan keluar dari lorong tersebut. Dengan perasaan girang, ia segera mempercepat larinya menuju kearah depan sana.

Menanti ia tiba didepan sumber dari cahaya tersebut, dia baru menjadi tertegun dan segera menghentikan perjalanannya. Rupanya cahaya terang itu bukan merupakan sebuah cahaya alam, melainkan memancar masuk lewat sebuah gua batu yang sangat besar. Bukan saja tempat itu bukan merupakan sebuah jalan keluar dari lorong rahasia tersebut, pada hakekatnya dia sudah salah arah.

Diatas pintu gua yang sempit diatas lebar dibawah hingga berbentuk segitiga terdapat sebuah batu penyekat yang besar dan lebar, diatas permukaan batu penyekat tadi tampak lukisan pemandangan yang sangat indah.

Kiranya cahaya yang memancar tadi berasal dari kedua sisi batu penyekat yang memantul diatas dinding lorong rahasia. Tak bisa disangkal lagi, dalam gua tersebut sudah pasti ada penghuninya.

Andaikata berada di hari biasa, dengan perasaan ingin tahu Thi Eng khi pasti akan menerobos masuk ke dalam untuk mengetahui apa gerangan yang berada di sana. Tapi keadaannya sekarang sama sekali berbeda, bukannya dia tidak merasa ingin tahu, adalah dikarenakan ia sangat menguatirkan keselamatan dari Pek leng siancu yang sedang meronta dari lembah kematian. Dia kuatir akan timbul kesulitan sehingga menunda perjalanan pulangnya ke bukit Siong san.

Maka dengan wajah serius dia berhenti, membalikkan badan dan balik kembali kearah semula. Hanya kali ini dia berjalan dengan gerakan yang jauh lebih lamban daripada semula.

Lorong rahasia tersebut memang panjang sekali, entah berapa lama Thi Eng khi sudah berjalan tapi belum mencapai mulut gua juga, dengan perasaan kesal anak muda itu segera mempercepat perjalanannya. Mendadak mendengar serentetan suara langkah manusia berkumandang datang dari belakang punggungnya.

Dengan kesiap siagaan penuh Thi Eng khi segera mempercepat gerakannya dan melompat keluar dari mulut lorong lebih dulu. Ternyata mulut lorong rahasia tersebut berada di balik batang pohon yang amat besar.

Ketika dia mendongakkan kepalanya, tampak di arah barat daya sana masih berwarna merah darah, tampaknya Huan im sin ang benar benar sangat bernapsu untuk membunuhnya, siapa tahu dia toh masih lolos juga dalam keadaan selamat, tanpa terasa sekulum senyuman tersungging diujung bibirnya.

Baru saja senyuman tersungging di ujung bibirnya, mendadak ia teringat kalau dari balik lorong ada orang hendak keluar, dia merasa tindakannya sekarang kelewat gegabah.

Buru buru dia menyelinap ke belakang pohon tersebut untuk menyembunyikan diri. Tak lama kemudian, dari balik mulut lorong rahasia itu melompat keluar dua sosok bayangan manusia.

Pukulan Naga Sakti - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang