Setelah ganti baju ganteng, gue ngikut ke panggung buat peresmian. Biasalah, you know kan, gue yang punya hotel. Tapi hutang gue banyak banget anjir, terutama ke bokap gue ini. Soalnya apa-apa dimodalin bokap, malu sih sebenernya. Tapi, Papa udah ngeyel mau ngasih gue duit. Kan sungkan mau nolak rejeki. Iya gak?
Gue gak ngeliat ada tanda-tanda si kerdil Inggrita, padahal kalo ada dia kan, gue bisa sekalian modus manja ngajak ke panggung sini, WHILE SURI AND KAY STANDING OVER THERE WATCH ME NAE, WATCH ME NA NA NA. Anjing jadi karaoke gini. Yah pokoknya gitu deh. Gue bisa lihat dengan betapa jelasnya, Suri, pake gaun kebuka yang oh my Allah, she's freaking awesome with that dress. While she got her silver hair, terurai kayak begitu. Emejing.
Anyway, gue sebenernya mau klarifikasi ke lo elo elo elo dan elo pada. Well, gue mungkin keseringan bilang kalo gue ngegebet Suri dan sebagainya, but let me tell you guys, girls. Gue emang begitu ke semua cewek. Bukannya kenapa, tapi Suri itu kinda my fragile bestfriend yang harus dilindungi eksistensinya. Inget kan lo pada, gue pernah ngajakin Inge buat 'nananina' ama gue. But it was a joke, and she didn't take it serious. Semua cewek yang ada di Phillos itu statusnya adalah gebetan Dias, kecuali Jesara, karena Yara adalah sepupu berbisa. Dan, kalaupun gue naksir, gue belum tentu ada ketertarikan lebih buat ngajak mereka ngejalin hubungan. Let's just be comfortable with what we have now. (Inilah kenapa gue mikir masa pdkt adalah yang terindah)
Dan kenapa gue marah soal Suri yang mau ngelepasin virginitynya buat seorang cowok gue pikir itu (marahnya gue) adalah hal wajar karena, bangsat dia minta diajarin sama gue, gue, gue?! And she told me, he was freaking good at bed. Dan itu, menurut gue, hm. Itu gak sebanding sama apa yang bakal dia rasain nanti. Once you get involve in One Night Stand world, you'll trapped forever. Dan itu gak bagus buat kesehatan, terutama dia perempuan. Udahlah, kalo lo suci ya suci aja, gak usahlah berkorban with your nice body to get a man. Let him fall in love with you, your personality, your life, your weirdness, not only your body.
Tapi sepertinya, Suri gak sepaham sama abang Dias. Dan gue kecewa ngeliat kebohongan Kay malem ini. Man, he told me he couldn't but he's here. Coba, kalo kasih kejutan ke sahabatnya yang rada romantis dikit kenapa sih, Kay? Terus, dari kesimpulan sementara gue, cowok brengsek taksiran Suri adalah Kay. Just look at that lovely birds ngehe tae, gue sebel banget liatnya. Sok-sok bisik-bisik manja begitu. Tapi, Suri kelihatan senyum lebih lebar dari biasanya. And she's happy tho. Sedih aing. Ah, mana si Kay beneran enak di ranjang, kata cewek-cewek itu. Bukan kata gue loh ya.
"Kemudian, selanjutnya, Dias Hugo, silahkan memberikan kata sambutan..."
Eh? Kenapa si MC malah nyuruh gue ngasih sambutan. Aih, si bego. Mau nyambut apaan emang gue? Ya salam, mending terima aja dulu mic berkilau kece badhay ala syahrini ini, "Ehem... Selamat Malam, semoga Tuhan memberkati kita semua"
Ayo Dias, fokus!
"Pertama-tama, saya mau ucapkan selamat ulang tahun, Papa. Senang rasanya kita masih bisa berkumpul di hari bahagia ini" Papa nepuk-nepuk pundak gue, yeah, like a boss. "Semoga sehat selalu. Kemudian, saya ingin mengucapkan terima kasih pada seluruh tamu undangan yang telah menyempatkan waktunya hadir kemari, terima kasih sekali. It's an honor to have you be my guests tonight. Terima kasih pada Mikail Delano, Fabian Wijaya, Jesara Salvia dan kawan-kawan sejawat saya, atas kerjasama menyenangkan yang membantu merangkai acara ini. You are awesome... Hmmm ah ya, sebenarnya saya hanya ingin mengucapkan kalau hotel ini resmi di buka hahaha"
Terus tamu-tamu undangan ketawa ringan gara-gara gue. Mampus. Mati kutu gue, mau ngomong apaan coba? "Semoga ke depannya, Hugo bisa menjadi salah satu company yang bisa menjadi lebih baik dan terus berinovasi memberikan yang terbaik bagi rekan-rekan dan tamu-tamunya" He. Segitu aja, terus gue nyengir manja ke Papa, terus nyerahin mic nya ke Papa. Shit. Papa gak senyum, malah mendengus ke gue. Yah, maaf deh Papa sayang, Dias kagok lupa isi pidato Dias malem ini. He he he.
"Ikut Papa sekarang"
Mampus.
Ada ruangan lain disini, right. Ruang kerja gue, yah. Begitulah. Seperti yang kalian ketahui. Gue dikasih ultimatum sama orang tua gue supaya ngejalanin bisnis perhotelan kayak mereka. Man, I can't do that. Gue gak suka orang berharap lebih sama gue. Why? Karena mereka bisa kecewa berat kalo misalnya ekspektasi mereka itu gak tercapai. Contohnya, Papa berharap pidato gue amazing spectacular, impossible. Gue bukan Fabian Wijaya yang kalo ngomong bijaksana dan dewasa banget. Gue bukan Mikail Delano yang kalo ngelakuin sesuatu itu bisa terencana dengan baik. Gue bukan David Iris yang everything he did, he got his father's support behind. Dan, gue bukan Dallas Hugo yang perfect. Gue cuma Dias Hugo, yang tau gimana cara menghidupkan pesta, dan gue gak punya bakat yang lain.
Papa ngeliatin gue dari atas sampe bawah, dingin. Yep. Beginilah Damas Hugo sebenarnya. Pria dingin tanpa perasaan. Egois. Walaupun bokap gue sih, tapi dia terlalu menuntut tanpa orang lain tahu. Bahkan mungkin yang orang lain tahu pas gue diajak masuk kesini adalah gue dikasih pujian. Padahal mah, paling Papa mau nyuruh-nyuruh gue ngelanjutin bisnisnya.
"Apa kita perlu latihan selama 6 bulan?"
Gue langsung meringis, "Pa, Papa janji sama aku cuma sebulan"
"Sampai kapan Dias kamu mau bersikeras membangun perusahaan sendiri?"
Shit. Pengen nabok muka Papa jadinya, "Ada Dallas kan, he's back. Percaya sama aku, Papa cuma butuh satu anak Papa buat ngejalanin kerajaan bisnis Papa ini"
Damn. Oke kalo gue kurang ajar, tapi, emang sudah saatnya si Dallas bantuin bisnis Papa bukannya leha-leha kerja di Salvia. Pengkhianat.
Papa berdiri pas di depan gue. Mukanya deket banget. Gue bisa liat papa nahan amarahnya. "Look, son. Buat apa Papa punya anak dua kalo yang bisa Papa andelin cuma satu?"
Gue nelen ludah, aih, bokap kalo begini serem banget. Lo tau waktu orang mau tinju, pasti mereka sama-sama saling ngeliat penuh nafsu membunuh, and now Damas Hugo ngeliatin gue persis begitu. Mampus gue
"Satu bulan, kamu dan Dallas harus berhasil membuat hotel ini berkembang harus bisa masuk kategori luxury business hotel. Setelah itu, kalian bisa bebas, mau pisah, mau kembali ke Papa terserah"
Papa pergi. Ninggalin gue yang bengong di tempat. Anjir. Papa ngancem gue harus akur sama Dallas? Itu maksud Papa secara gak langsung kan? Gue muter otak. Tai. Gimana caranya akur sama anak setan macem Dallas? Dia kan sebelas dua belas sama Jesara. Tuhan. Ama Yara aja gue gak akur, apalagi sama Dallas.
Duh gue harus gimana? Apa kah lebih baik kita pesta saja?
"Oh, Dias ada yang lupa Papa katakan"
Anjir. Kapan masuknya bapak-bapak ini? Perasaan tadi udah keluar. Gue balik badan ngadep Papa yang berdiri di depan pintu ketutup dibalik punggungnya. Aih, bapak-bapak ganteng, Alhamdulillah anaknya lebih ganteng.
"Jangan buat kekacauan sebulan ini. Apalagi Papa denger kamu mau party di basement? No way"
Shit. Gimana caranya dia bisa tau? Apakah Papa seorang dukun?
KAMU SEDANG MEMBACA
FLURRY
Ficção Geral5 deadly sins of relationship: Level 2 DOUBT Warning, mature content. 21+++ allowed. Cerita untuk 18+++ mengandung unsur dewasa dan bahasa tidak senonoh. please be patient for the update