Fused

6.7K 294 6
                                    


29 Tahun yang lalu

Damas Hugo menyetujui permintaan orang tuanya untuk menikah dengan putri rekan bisnis mereka. Dan demi Tuhan gadis itu masih muda. Baiklah, Damas memang menyukai gadis muda, bukan berarti dia mencintai gadis ini. Cintanya masih tetap pada Drisella Anastasia. Bukan pada Clarin yang sekarang sudah 6 bulan menjadi istrinya.

Damas belum menyentuh gadis itu sama sekali dan Clarin juga menjaga jarak pada suaminya. Seperti saat makan malam ini. Mereka makan dalam diam. Tak ada pembicaraan menarik dan seperti biasa mereka akan kembali ke kamar masing-masing setelah makan malam ini.

"Uhm, aku mengusulkan sesuatu"

Lelaki itu memandang istrinya dengan tenang, "Apa ide dari Clarisa? Tadi Christian bicara padaku tentang itu"

"Uh, ya, soal bayi tabung" jawab Clarin takut-takut

"Ayo kita lakukan, orang tuamu sudah bertanya-tanya soal cucu kan? Lagi pula aku memang butuh penerus"

Clarin terlihat sedikit lega, "Besok kita ke dokter?"

"Ya, keluarga wijaya yang akan menangani kita"

Dan begitulah, awal mula bagaimana keluarga ini akan mendapatkan keturunannya. Program kehamilan bersama yang Clarisa dan Clarin lakukan agar mereka bisa punya anak bersamaan.

...

"Bagaimana?"

Dokter itu membuka kacamatanya, "Kau yakin melakukan ini tanpa sepengetahuan istrimu?"

Damas menghela nafas, berdasarkan waktu yang ditentukan, hari ini adalah pemantauan mengenai proses bayi tabungnya, "Bukannya dia bilang ingin anak kembar?"

"Yah, tapi rahim istrimu cukup lemah untuk mengandung"

Sekali lelaki itu menghela nafas cukup dalam. Teringat tentang satu wanita yang menjadi pujaan hatinya hingga saat ini. Sayang sekali dia tidak bisa memiliki gadis itu karena perjodohan ini. Tunggu. Bagaimana kalau dia berbuat sesuatu? Istrinya menginginkan anak kembar bukan? Tapi perempuan itu bahkan memiliki rahim yang cukup lemah.

"Kau memikirkan sesuatu?"

Damas mengangguk, "Sebenarnya aku menginginkan seseorang"

Dokter itu memandang dengan bingung

"Sekedar investasi saja, kau bilang rahim Clarin tidak cukup kuat kan? Tapi dia memaksa ingin hamil. Ada seseorang yang aku pikirkan, tapi ini rahasia kita saja"

"Aku tidak suka ini Damas, kau menyeretku dalam kejahatanmu?" Tanya Stefan Wijaya dengan tenang

"Sudah ku bilang, kalau kita menunggu kehamilan Clarin lalu ternyata keguguran dan dia tidak bisa hamil lagi, apa yang akan terjadi? Sama saja bukan? Aku harus mencari anak lain untuk diadopsi, dan lebih parah lagi, aku harus menikah dengan perempuan lain. Jadi lebih baik aku melakukan rencanaku kan?"

"Kau gila? Sebegitu terobsesinya kau pada Drisella" Stefan menatap Damas dengan serius

"Ayolah, buddy. Drisella akan menjadi istriku, dan kau bisa bahagia karena sahabatmu akan aku jaga sampai kapanpun. Dan tenang saja kami saling mencintai"

"Tapi cara ini cukup licik dan berbahaya, kau bisa kehilangan lisensi doktermu"

Damas hanya mengedikkan bahu.

"Baiklah, kau tau cara menyuntikkannya kan? Jangan bawa-bawa aku, jangan sampai ada yang tau. Aku tidak mau karirku tamat hanya karena kenginan konyolmu. Ah, tunggu. Bagaimana kalau justru pembuahanmu berhasil?"

"Aku akan membuang milikku diluar tenang saja, dokter"

Stefan menggelengkan kepalanya, seolah tidak tahu lagi kegilaan apa yang akan terjadi. "Baiklah, aku menyerah"

"Mari kita ulang rencanaku. Kapan bisa dimulai penyuntikkannya?"

"Kembalilah dua hari lagi, kau bisa melakukannya"

Damas menganggukkan kepalanya, "Dua hari lagi, kau akan menyuntikkannya pada Clarin dan aku pergi bisnis. Aku pergi bersama Drisella, melakukannya, kemudian menyuntikkan itu padanya"

"Kau adalah berandalan paling gila yang pernah aku kenal"

Lelaki itu tersenyum mendengar komentar sahabatnya

"Sepertinya setelah ini aku akan memilih menjadi pengusaha saja, terlalu berat bermain dengan nyawa orang"

"Kau pengecut"

...

Damas kembali memandang jendela yang masih ia tutup. Mengingat semua jalan rencananya yang baru saja dia eksekusi. Baiklah sebenarnya dia tidak ingin melakukan hal ini. Dia terlalu menyayangi Drisella dan tidak ingin menyakiti sedikitpun gadis itu. Tapi, ada kemungkinan program kehamilan Clarin tidak berhasil, walaupun gadis itu memaksa mempertahankan kandungannya, jika program bayi tabung itu berhasil. Dan tentu saja, Damas tidak mau ambil pusing jika nanti dia harus menikah lagi, maka dia harus melakukannya sekarang. Dia sudah menuruti keinginan kedua orang tuanya, maka ini saatnya mereka menurutinya. Menjadikan kekasihnya sebagai istri keduanya, mengingat betapa lemahnya Clarin.

Semalam, bermodalkan obat tidur yang dia tuangkan ke minuman Drisella dia membawa gadis itu kesalah satu rumah sederhana miliknya. Meniduri gadis itu tanpa gadis itu sadari dan tentu saja, melakukan hal yang sudah dia bicarakan dengan Stefan agar gadis itu mengandung anaknya.

Membelai rambut panjang Drisella yang tertidur dalam rangkulannya dengan tenang. Jantungnya berdegub cukup kencang. Ulu hatinya sakit, menyadari betapa jahatnya dirinya untuk mendapatkan gadis ini. Toh tidak ada yang rugi. Clarin bisa mendapatkan anak kembar seperti yang diinginkannya, Damas dan Drisella bisa menikah tanpa tentangan karena mengandung anak Damas. Win-win solution.

...

Clarin lemas. Apa yang baru saja suaminya katakan? Damas telah menikah tiga bulan yang lalu? Apa? Kenapa Clarin tidak pernah menyadarinya? Damas menceritakan mengenai dirinya yang memperkosa gadis polos itu? Dan bagaimana Damas bertanggung jawab atas kehamilan gadis itu? Damas memang tidak mencintainya tapi tidak perlu seperti ini jika lelaki itu tidak ingin menikah dengannya.

Damas membawa Drisella, ya, nama gadis yang tengah mengandung itu dan sekarang gadis itu berstatus sebagai istri kedua Damas. Hati Clarin mencelos ketika gadis itu menangis dalam pelukan Damas, tepat disaat para orang tua itu mencerca Damas dan Drisella bersamaan.

Clarisa menampar Drisella dengan cukup kencang dan Damas memandang tajam perempuan itu, "Kau menikah karena menghamilinya?! Istrimu juga sedang hamil anakmu!"

"Tenangkan diri kalian!" Salah satu lelaki tua itu memijit keningnya, "Aku tidak menyangka akan begini Damas, Papa kecewa padamu. Tapi bagaimanapun juga, Clarin sedang mengandung anak kalian dan tidak mungkin jika kalian berpisah, pikirkanlah anak kalian"

Damas menatap mertuanya dengan perasaan bersalah, lelaki bijak ini bahkan tidak menghakiminya

"Ini tanggung jawabmu, Damas. Kau harus adil terhadap dua istrimu, dan... Kami pergi. Aku pikir aku sudah tidak punya tenaga untuk menghajarmu dan menghukumu" kali ini ayahnya yang bersuara

Damas merangkul Drisella yang menangis terisak. Baiklah, bahkan para orang tua itu menyerah atas kejadian yang dia sebabkan. Meninggalkan Damas, Clarin dan Drisella yang terduduk dalam diam. Tentu saja, Clarisa di bawa pulang paksa oleh Christian.

"Aku... Aku... Aku tidak bisatinggal dengannya" Baiklah Clarin merasa cemburu 

FLURRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang