2 hari
"Dias..."
Sebuah panggilan halus dan ketukan pelan di daun pintu yang menjulang itu menyadarkan seorang laki-laki yang semenjak beberapa hari lalu masih saja terduduk di dalam ruangannya.
Sesekali ia meneguk minuman dan kembali memeluk rapat kedua lututnya persis anak kecil yang sedang menangis.
"Dias ini Suri..."
Kembali suara lembut itu memanggilnya. Tapi lelaki itu tak kunjung mengangkat wajahnya. Hanya suara itu saja yang dia dengar, bukan suara-suara lain seperti biasa
"Gue sama siapa kalo lo begini terus..."
Lelaki itu bisa mendengar isakan pelan Suri yang menangis di balik pintu kokoh yang sudah membentenginya dari dunia luar selama ini.
"Gue juga kehilangan... Semuanya..."
Tapi gue yang ngebunuh sahabat gue sendiri, istri kembaran gue sendiri,,,
"Dallas..."
Siapa gue? Gue bukan Dias. Bukan Dallas.
"Siapapun lo, gue tetep bakalan ada di samping lo. Buka pintunya, ayo makan... Lo gak kasian sama diri lo sendiri?"
Dallas bahkan tidak berusaha membuka dirinya semenjak pemakaman itu. Terakhir kali dia bersuara membuat Clarin jatuh pingsan. Sehingga akhirnya semenjak beberapa hari ini dirinya berada di salah satu ruang pribadi clubnya, mengurung diri dengan luka di kepalanya.
"Ayo buka pintunya..." lirih Suri di depan pintu kemudian menyandarkan keningnya pada daun pintu, "Seenggaknya lo pikirin kondisi lo dikit aja, ayo buka pintunya
...
"Masi gak mau dia keluar?"
Dias menggelengkan kepalanya lemah, "Papa udah lama disini?"
Christian mengangguk kemudian menepuk pundak Dias pelan, "Papa mau bicara sama Papa kamu, tapi dia kayaknya lebih stres. Mama kamu juga masih dirawat di rumah sakit kan?"
Lelaki itu terdiam kemudian memijit pelipisnya
"Apa kata polisi?"
"Yah kasus penyelidikannya harus dihentikan dulu. Sementara masih Sophia pelakunya. Mungkin Papa stres karena kesimpulan penyidik"
Dokter Jo datang menghampiri kedua orang yang sedang terduduk di meja makan kediaman Hugo yang lebih tenang dari biasanya. "Dias... Christian..." sapanya kemudian, "Om sudah urus surat keterangan buat kembaran kamu"
"Makasih, Om" jawab Dias dengan lemah, kembali memijit keningnya yang sudah berkerut tak karuan, "Aku mau istirahat"
Dokter Jo dan Christian mengangguk dan memandang punggung anak muda yang berjalan dengan lemah menaiki tangga di ruang tengah.
"Dapat apa?" Tanya Christian pada Dokter Jo yang sedang memandangnya lemah
"Aku mau bicarakan ini kalau keadaan sudah membaik, Chris"
Christian mengangguk setuju dan menghela nafas, "Kenapa Dallas bisa mendadak mengaku begini? Aku tidak menyangka selama ini anak itu sengaja memainkan peran sebagai Dias"
"Dallas bukan satu-satunya yang memerlukan perhatian khusus, Chris. Dias mengalami dampak yang cukup besar. Kasihan dia"
Sekali lagi Christian mengangguk menyetujui ucapan Jo. "Hanya beberapa orang yang bisa membedakan mereka dan salah satunya harus pergu. Wajar kalau mereka down begitu. Aku sempat tidak percaya dengan ucapan penyidik mengenai Dallas yang membayar mahal petugas apartemen untuk menguras kolam disetiap lantai"
KAMU SEDANG MEMBACA
FLURRY
Aktuelle Literatur5 deadly sins of relationship: Level 2 DOUBT Warning, mature content. 21+++ allowed. Cerita untuk 18+++ mengandung unsur dewasa dan bahasa tidak senonoh. please be patient for the update