Funeral of Favoritism

3K 223 22
                                        

1 hari

Pertama kali Dias mengerjapkan matanya memandang langit-langit yang sudah kesekian kali ditatapnya pagi ini.

Sebuah telpon dari rumah sakit mengejutkannya kemarin. Lelaki itu dalam perjalanannya bertemu Sophia untuk mengancam gadis itu agar memghentikan semua permainannya.

"Dengan Bapak Dallas Hugo?"

"Iya saya sendiri" jawabnya sambil terus mengemudikan mobilnya

"Istri anda mengalami kecelakaan dan saat ini kami ingin menyampaikan kondisinya tengah kritis"

Nafas Dias seperti tercekat dan dirinya sempat tak menyadari arah kemudinya. Sebuah berita yang tidak mungkin bisa dia terima ditengah-tengah masalah yang hampir selesai dia urus.

Dias segera merubah arahnya menuju rumah sakit yang dialamatkan oleh penelponnya. Tanpa pikir panjang segera menghampiri ruang gawat darurat yang sudah ramai dan semua orang memandanginya dengan tatapan sedih.

Satu kesimpulannya ketika Julian datang mendekatinya.

Inge meninggalkannya

...

"Aku gak bisa dateng, Ma..."

Clarin membelai pelan rambut putranya, "Dallas..."

Menatap ibunya dengan mata yang sudah memerah pagi ini karena dirinya belum mendapat tidur yang cukup, Dias mencoba mengatakan sesuatu "Aku gak bisa" ucapnya lirih

"Mama gak tau kalau kamu sudah memiliki Inge, Las. Maafin Mama ya membuat kamu tidak bisa menjaga Inge dan menikah dengan Eva"

Kecewa adalah apa yang dirasakan Dias setelah mendengar ucapan ibunya. Bahkan disaat dia bersedih pun, ibunya masih tidak bisa mengenalinya? Dias hanya menelan ludahnya paksa.

Ingin sekali rasanya dia mengatakan bahwa yang menikah dengan Eva adalah 'Dias' yang sebenarnya adalah Dallas. Tapi percuma saja, Dallas pasti tidak akan diterima ibunya.

"Aku dirumah aja, Ma"

"Kamu, harus ada disana Dallas"

Dias memandang ibunya tak percaya, "Buat apa Mama maksa aku disana? Supaya aku bisa liat istri aku yang pergi ninggalin aku? Supaya Mama bisa liat aku sakit karena kehilangan? Kenapa Mama maksa aku ngeliat sesuatu yang aku gak pengen?!"

Clarin menyentuh dadanya pelan. Ada rasa sakit melihat bagaimana anaknya menatapnya dengan penuh terluka. Tapi, Clarin berusaha menyadarkan Dias, "Antarkan istri kamu, ke tempat peristihatan terakhirnya. Hanya itu..."

"Kenapa aku harus?! Supaya aku ngalamin yang kayak Papa alami waktu dia kehilangan Mama Drisella?!"

"Dallas, bukan begitu maksud Mama..." Clarin menyentuh pundak anak lelakinya, "Kamu setidaknya harus ada disana, Mama yakin Inge mengharapkan kehadiran kamu"

"Kenapa Mama selalu berusaha bikin aku sakit, Ma? Kenapa Mama maksa aku kesana? Kenapa Mama gak pernah mikirin perasaan aku Ma?"

Clarin memejamkan matanya sesaat kemudian menghela nafas, "Mama tidak menyiksa kamu, Dallas. Hanya antarkan istri kamu, supaya kamu tidak menyesal pada akhirnya"

Laki-laki itu mengangguk, menelan ludahnya dengan susah payah, "Mama emang selalu pengen liat Dallas tersiksa, kan? Mama pengen Dallas ngerasain semua sakit hati Mama dulu kan? Mama sengaja kan maksa aku kesana, Mama seneng kan aku kehilangan orang-orang yang aku sayang?!"

FLURRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang