Hari ini adalah hari terapi pertama untuk seorang Dallas Hugo. Kata-katanya masih saja sama sedari keluar dari mobil hingga mencapai ruang praktik Dokter Jonathan yang tidak lain adalah kakak dari Drisella. Dallas selalu meminta pulang dan ingin tidur di rumah saja.
Disebelah Dokter Jo sudah ada Eva yang dengan tatapan kesalnya mengunci Suri, ketika gadis itu duduk di sebelah Dallas sambil menggenggam tangan lelaki itu.
"Jadi, kamu masih mau bohong-bohong sama Om atau gimana?" Tanya Dokter Jo ketika laki-laki dihadapannya menatap dengan malas
"Apasih Om? Aku mulu yang salah" Protes Dallas dan kemudian mendengus kesal
Jonathan memberi isyarat pada Eva sehingga gadis itu akhirnya berjalan membuka pintu ruangan dan mempersilahkan beberapa orang masuk.
Diantaranya ada Clarin dengan mata sembapnya, Damas Hugo yang masih saja tidak ingin banyak bicara pada kedua anak dan istrinya, Stefan Anindra Wijaya, Christian Salvia, Clarissa Salvia dan yang terakhir dan paling penting untuk hadir adalah Dias Hugo.
Mereka semua duduk dengan urutannya masing-masing dan kemudian menatap pada pusat ruangan yang menjadi perhatian utama, Jonathan.
"Hari ini, aku ingin menyelesaikan semuanya dan memulai semua yang baru. Sebelumnya, aku ingin memastikan kalian akan bicara sejujur-jujurnya. Aku mau semuanya mendapat perlakuan yang sama ketika keponakanku ini mendapat terapinya"
Stefan mengangguk dengan pelan, "Kecuali aku dan Crhistian. Kami hanya penengah"
Jonathan membuka beberapa lembar dihadapannya kemudian menatap Dallas dengan tenang, "Sebenarnya aku sangat tidak menyukai musyawarah keluarga seperti ini, tapi kalau kalian sangat ingin Dallas menjadi stabil dan..."
"Kalian mau membicarakan ini atau bagaimana?" Potong Damas dengan tidak sabar
Dias menghela nafas kemudian memandang Damas dengan kesal, "Papa bisa pulang atau balik ke kantor kalo emang menurut Papa urusan ini gak penting"
"Sekarang Papa jadi curiga, kamu yang Dallas ya? Mana tata krama kamu, bicara begitu dengan Papa?"
Christian terkekeh mendengar nada tegas yang Damas keluarkan untuk menegur Dias, putra sulungnya. Sangat tumben melihat seorang Damas Hugo mau bebicara dengan anaknya di depan orang banyak seperti ini.
"Sekarang kita bisa lihat kan kalau dua anak ini tidak bisa dibedakan? Ada pembelaan Damas kenapa mereka tidak bisa dibedakan?" Tanya Jonathan dan menatap Damas dengan satu sudut bibir terangkat
Damas menghela nafas, begitu pula dengan Stefan. Tapi Damas masih tetap tenang dan balas menatap Jonathan, "Sudah berapa kali aku bilang kalau perkiraan kalian itu salah? Dallas itu anak Drisella, dan Dias anak Clarin"
"Tapi mereka tetap berasal dari indung telur yang sama. Jadi keduanya anak Clarin, ya" tambah Stefan
"Cukup menyedihkan ya Clarin, kamu mau menyingkirkan darah daging kamu sendiri, kamu bahkan menyiksa anak kamu selama ini" sindir Christian kemudian menatap Clarissa, "Kamu juga, Ma"
"Apa boleh selain keluarga Hugo meninggalkan ruangan ini?"
Pertanyaan tiba-tiba dari Dias segera mengundang pandangan tidak setuju. Terutama dari Clarissa karena tentu saja dia sangat ingin berada diruangan ini melihat bagaimana anak dari Drisella menderita dihadapannya. Setelah apa yang dia lakukan selama ini, Clarissa merasa ingin melihat sedikit saja anak itu menderita karena membohongi semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLURRY
General Fiction5 deadly sins of relationship: Level 2 DOUBT Warning, mature content. 21+++ allowed. Cerita untuk 18+++ mengandung unsur dewasa dan bahasa tidak senonoh. please be patient for the update