3 minggu yang lalu
Dallas mendorong tubuh itu keras menyudutkannya ke dinding tembok dengan hiasan wallpaper berwarna cream. Mencoba meneliti wajah gadis yang terperangkap di dalam intimidasinya.
Eva tidak berusaha melawan, hanya diam menunggu. Setelah semua yang dia lewati, bukan perasaan takut yang ada dalam hatinya saat ini, justru rasa hangat karena akhirnya Dallas kembali berada di sisinya.
"Jadi kenapa? Ada poin pelanggaran di perjanjian kita?"
"Kamu cemburu? Akhirnya..." Eva mendesah lega
Dallas mengatupkan rapat rahangnya kemudian kembali menatap tajam gadis itu, "Jawab, apa? Kenapa?"
"Aku gak tau salah aku dimana"
Dallas terkekeh. Banyak emosi yang perlu dia luapkan saat ini. Meninju dinding di samping kepala Eva adalah salah satu cara untuk meredamkan amarahnya saat ini. Gadis itu baru saja melakukan pelanggaran pada poin perjanjian pra nikah mereka.
"Aku mau berusaha mempertahankan apapun yang kita punya kak, aku gak mau bercerai, aku gak mau menikah dua kali. Aku mau berusaha..."
"Kenapa?"
Eva terdiam
"Karena lo kasian sama gue? Karena keadaan gue? Atau lo emang berniat ngedapetin harta tanpa ada..."
"Aku gak mempan sama kata-kata tajem yang straight to my face kayak gini" Eva bisa melihat Dallas menajam karena ucapannya memotong kata-kata lelaki itu
Dallas berusaha meredam kembali marahnya
"Aku udah bilang, Aku mau berusaha. Aku suka sama kamu. That's it. Bukan karena hal lain. Dan aku ngerasa gak perlu ngejelasin kenapa hampir sebulan ini aku nyaman sama kamu"
Dallas terkekeh, merasa lucu sekali mendengar pernyataan Eva mengenai gadis itu yang jatuh cinta pada dirinya. Bodoh sekali menurutnya. Kenapa dia harus menyukai Dallas? "Lo itu, sukanya sama Dias. Bukan gue. Selama ini dia yang ada disini bukan gue. Gak usah bohong kalo buat bikin gue gak sakit hati"
"Aku gak main-main, Las. Aku sukanya sama kamu. Itu makanya ada pelanggaran dalam perjanjian kita"
"Kan! Gue gak suka jadi satu-satunya orang yang rugi disini"
Eva mendorong pelan bahu lelaki itu kemudian melangkah menuju sofa terdekat. Menjauhkan sedikit dirinya dari aroma khas pria yang sudah menjadi suaminya. "Kamu gak nyadar? Justru orang yang paling menang banyak disini itu kamu. Kembaran kamu yang sebenernya orang paling tersiksa disini"
"Lo istri gue apa bukan sih?"
Eva bisa merasakan Dallas berdiri di belakangnya. Hanya saja, dia tidak ingin menebak apa yang akan di lakukan laki-laki itu. Mencekiknya dari belakang? Semua itu sangat mungkin mengingat betapa besar kesalahannya.
"Kenapa lo bisa berakhir sama Dias?"
Akhirnya, Dallas mempertanyakan juga kejadian itu. Eva merasa tidak harus menutupi semuanya. Terlebih, pada Dallas yang menjadikan semua ini semakin rumit. Benar kata Crhistian dan Dias, Dallas benar-benar harus sembuh.
"Jawab, anak pinter. Gue gak mau nunggu lama-lama disini"
"Aku harus!" Bentak Eva akhirnya, bangkit dari duduknya kemudian memandang tajam Dallas
KAMU SEDANG MEMBACA
FLURRY
General Fiction5 deadly sins of relationship: Level 2 DOUBT Warning, mature content. 21+++ allowed. Cerita untuk 18+++ mengandung unsur dewasa dan bahasa tidak senonoh. please be patient for the update