Flaw

6.5K 273 6
                                    


23 tahun lalu

"Ayo makan, Dri"

Perempuan itu terduduk dengan lemah, hanya menggelengkan kepalanya ketika Christian datang dan menjenguknya. Memaksanya untuk makan, dan terus akan begitu.

Christian kemudian bangkit dari duduknya, menyerah dan meninggalkan gadis itu sendirian. Kemudian melihat bagaimana Dallas kecil masuk ke kamar ibunya. Membawa boneka beruang yang cukup besar dan terduduk di samping ibunya. Sudah beberapa bulan ibunya begini. Menarik diri dari semua orang, mengurung dirinya sendiri di kamar ini. Sementara ibunya yang lain, berlalu lalang dengan leluasa, bahkan bisa berjalan-jalan keluar negeri dengan tenang.

"Mama..."

Gadis itu tidak menjawab, memandang sesaat putranya lalu membelai wajah kecil yang menatapnya sedih itu. Drisella menemukan beberapa kemiripannya dengan anak ini tapi lebih banyak mirip suaminya, anak ini selalu datang padanya. Dan Drisella tahu, anak ini bersedih melihatnya seperti ini.

"Aku bawain boneka mama" kata Dallas kemudian menyerahkan boneka itu ke pangkuan ibunya

"Anak manis, terima kasih ya" ucap Drisella tak menyadari air matanya sudah terjatuh

Dallas memandang dengan bingung. Drisella, adalah ibunya yang paling menyayanginya. Dan melihat ibunya beberapa hari ini murung, mau tak mau membuatnya sedih juga. Usianya memang kecil, tapi dia mengerti apa yang terjadi pada orang tuanya. Papanya membuat ibunya menjadi istri kedua, dan menyedihkan untuknya karena istri pertama Papanya bahkan sering mengabaikannya

Drisella terus membelai kepala putranya, seolah ingin menghapus segala pikiran berat milik Dallas. Berharap anaknya itu akan tertidur, tapi ternyata tidak.

"Mama..." Panggil Dallas lagi dengan lemah, "Dallas sudah bisa bikin pesawat pakai kertas"

Drisella tersenyum dan menganggukkan kepalanya pelan

"Kalau Dallas, besar nanti..." anak lelaki itu tampak berpikir sejenak, "Dallas mau jadi pilot"

Perempuan itu memiringkan kepalanya, mengerutkan keningnya kemudian memandang putranya dengan bingung. Dulu, semasa dikandungan, anak ini senang sekali menendang, dan ketika bayi, Dallas tidka banyak menangis. Bahkan ketika tumbuh besar, Dallas tidak pernah bertengkar dengan Dias. Saudara Kembarnya.

"Nanti..." Anak lelaki itu menelan ludahnya dengan susah payah, "Mama aku ajak jalan-jalan, kita keliling dunia" kemudian anak itu tersenyum

Betapa manis putranya, membuat Drisella ikut tersenyum bersamanya. Bukan senyuman bahagia, tapi sedih. "Anak manis. Kamu pasti bisa jadi Pilot ya"

"Tapi, Papa bilang gak boleh..."

Dan Drisella melihat senyum putranya menghilang begitu saja, digantikan dengan guratan kekecewaan dan tundukan kepala putranya, "Kenapa?"

"Dallas sama Dias harus jadi kayak Papa"

"Kenapa Papa bilang gitu?" Tanya Drisella kemudian meringis, apa Damas sudah gila menjadikan anaknya sama seperti dirinya

Dallas menatap ibunya penuh tanya, "Katanya karena kita anak Papa. Kenapa Papa jahat ya Ma?"

"Sayang, Papa gak punya temen makanya ngomong begitu. Kasihan kan? Kamu mau ya temenin Papa sama Dias? Gak apa-apa gak jadi pilot. Mau kan?"

"Tapi, Papa kan punya Mama sama Mama Clarin, kenapa Papa gak punya temen?"

Drisella mengurung wajah putranya dengan kedua tangannya, "Denger ya sayang, Papa cuma punya kalian di dunia ini. Jangan pernah tinggalin Papa ya? Janji sama Mama"

FLURRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang