Fraction

3.4K 213 29
                                    

1,5 minggu

"Are we? Gue gak ngerasa main ginian dari dulu..."

"Come on, man. Kita mainin ini dari dulu"

"Lo aja, ya? Bukan gue"

"Gue mau ketemu Papa..."

Dias memandang tajam saudaranya, begitu lelaki itu menyatakan kalau dia akan menemui Damas, "Lo mau ngapain?!"

"Oh, ayo dong twins. Lo mau gue ngapain?"

Melihat Dallas yang sama sekali tak menjawabnya dan malah menyeringai, membuat Dias semakin ingin mengurung kembarannya itu di apartemen mereka

"Lo harusnya tau, dan udah bisa nebak semua ini kan?"

"Just what on earth you think you're doing?!" Desis Dias lalu mencengkram leher kembarannya hingga lelaki itu tersenyum dihadapannya. Tepat dihadapannya.

Dallas menyeringai kemudian, "Menurut lo apa yang sedang gue lakuin?"

"Lo jangan berani-berani ngejalanin rencana busuk lo sama Sophia..."

"Ck!" Decak Dallas memutar kedua bola matanya lalu kembali menatap tajam Dias, "Apa? Lo gak bisa apa-apa kan? Lo, siapa? Disini yang pegang kendali itu gue"

Dias menggeram marah, mengeratkan cengkramannya hingga Dallas terbatuk karena ulahnya, "Ini alasan kenapa mereka mau nyingkirin lo! Lo tau?! Kenapa lo mau nyingkirin Inge?!" Amuk Dias dengan nada hampir serak dan berusaha mengatur nafasnya

Dallas terdiam, memandang tajam pada Dias dan berusaha melepaskan cengkraman kembarannya itu, "Lepas gue! Lepas!"

"Gak! Jawab, anjing Dallas jawab gue?!"

Dallas membenturkan kepalanya ke Dias hingga kembarannya itu memekik dan melepaskan cengkramannya. Hampir saja Dallas memukul Dias dengan brutal sampai dia mengenai kaca di dekatnya

Ada seseorang yang membeku di depan pintu apartemen. Suara pecahan kaca itu membuatnya memandang tajam pada seseorang, Dallas yang sudah tangannya berdarah karena memukul kaca dan lehernya yang memar. Laki-laki itu memandang dengan mata melebar dan menajam pada sosok Dallas yang sudah menyeringai

...

"Maksud omongan lo apa?"

Dallas menoleh pada kembarannya yang sekarang sudah mengobati lukanya. Kemudian melirik Om Jo yang datang beberapa menit lalu.

"Kamu sudah minum obat? Kita jadwalkan terapi kamu, oke?"

Dallas menatap dengan enggan kearah lelaki yang selama ini memberikannya terapi-terapi kecil, "Kenapa gue sih, om? Elah, ribet banget"

"Kamu, ya?!" Om Jo bahkan sudah menaikkan nada suaranya tapi tetap saja, lelaki di depannya yang sedang menahan perih ini bersikap santai menghadapinya

"Tangan lo kalo mukul selalu kuat kayak gitu ya?"

"Menurut lo aja gimana" kemudian Dallas memutar bola matanya malas dan melirik Dias yang sedari tadi mengolesinya obat merah, "Pelan bego! Gini-gini sakit!"

"Makanya jangan asal mukul... Kaca lo pukulin, ya sakitlah goblok" terang Dias dengan tenang sambil terus menekan-nekan kapas pada buku-buku jari Dallas yang terluka, "Tau sakit, sok-sokan lagi ngancurin kaca. Masih untung gak dijahit ini bego"

FLURRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang