Part 17 : First day

1.5K 62 0
                                    

Setelah siap dengan setelan kerjanya. Daniel langsung turun kelantai bawah mendatangi Alexa yang sedang sibuk menyiapkan sarapan.

Daniel sedikit terkejut, ia berfikir Alexa tidak bisa melakukan ini semua, tapi nyatanya pagi ini Alexa melayaninya dengan sangat baik.

Sarapan ini berjalan dengan keheningan yang panjang. Tak ada satupun yang membuka pembicaraan. Jangankan berbicara, adegan saling tatap pun tak ada. Entah ini rumah tangga macam apa, yang jelas Daniel tidak menginginkan hal ini terjadi terus menerus.

"Aku mungkin akan pulang larut, jika kau tidak mau sendirian disini kau bisa telfon aku, dan aku akan memerintahkan supir untuk membawamu kerumah mama." ucap Daniel sambil menatap Alexa yang pandangannya tetap pada makananya.

Merasa tak ada jawaban, Daniel menatap Alexa kesal lalu berdeham. Alih-alih menjawab, menengok pun tidak.

Daniel yang sudah geram akhirnya membuka pembicaraan dengan nada yang sedikit tinggi.

"Astagaa! Kau ini kenapa ?. Aku tau kau tak menginginkan ini tapi jangan diamkan aku seakan aku tidak ada. Bisakah kau bersikap seolah semua ini baik-baik saja ?"

Alexa mendongak dan menatap manik mata Daniel dalam-dalam. Daniel merasa ada yang berbeda dari wajah Alexa.

Dia terlihat lelah.

Oh tidak-tidak.

Ia terlihat sangat pucat.

"Ada apa ini ? Kau sakit ?" tanya Daniel sambil menatap Alexa penuh kekhawatiran.

Tak ada jawaban yang keluar dari mulut Alexa.

Ia hanya menggelengkan kepala.

"benar kau baik-baik saja ?, jika memang sakit, kita akan segera kerumah sakit setelah sarapan ini."tanya Daniel ulang.

"aku baik-baik aja Daniel. Sudahlah. Selesaikan sarapanmu dan berangkat kerja." jawab Alexa agak sedikit kesal.

Ia memang merasa tidak enak badan. Tapi ia tidak suka diberikan banyak pertanyaan yang jawabannya akan tetap sama.

"aku akan menelfon orangku untuk menjemputmu nanti siang. Aku tidak akan membiarkanmu dirumah dengan keadaan seperti ini." ucap Daniel tegas.

"gak."

"aku tidak menerima penolakan."

"bisa gak sih kamu nurutin aku sekali aja ?"

"bisa, tapi tidak dengan keadaan seperti ini."

"pokoknya aku gak mau. Titik." ucap Alexa yang mencoba mengakhiri keputusannya.

"okee!! Oke. Baiklah. Akan kuturuti. Tapi pastikan ponselmu menyala terus sampai aku pulang." ucap Daniel mengalah..

Setelah itu hening.
Tak ada lagi percakapan sampai keduannya selesai menyantap sarapan mereka.

"aku sudah selesai. Aku pergi."ucap Daniel.

Saat akan berjalan menuju pintu keluar, Daniel seolah teringat sesuatu, lalu kembali kebelakang mendatangi Alexa yang sedang menyimpun piring bekas sarapan mereka tadi.

Alexa menoleh kearah Daniel yang semakin mendekat. Awalnya Alexa pikir Daniel lupa membawa berkas atau keperluannya. Namun ternyata Daniel memberikan kecupan kecil didahi Alexa.

"jaga dirimu baik-baik. Telfon aku jika butuh sesuatu." kata Daniel lalu tersenyum sekilas dan berjalan menuju pintu.

Alexa masih membeku melihat perlakuan Daniel yang mengejutkan itu. Tanpa sadar Daniel sudah menghilang dibalik pintu. Pipi Alexa bersemu merah. Ada rasa aneh yang timbul didadanya. Entah perasaan apa itu Alexa juga tidak mengerti.

****

Alexa merebahkan dirinya diatas sofa, setelah seharian mengurus keperluan rumah tangga rasanya seluruh badannya terasa pegal.

Kringg-kringg!!

Alexa memutar bola matanya kesal. Lihatlah. Belum beberapa menit ia duduk, ada saja yang mengganggu.

"Halo ? Lexa ? Ini kamu kan ?" terdengar suara penelfon setelah Alexa menganggat telefon Tersebut.

"iya, ini siapa ya ?"

"ihh gua Marsha!" terdengar pekikan kesal Marsha yang membuat Alexa harus menjauhkan ganggang telfon tersebut dari telingannya.

"apa sih lo sha?! Gak pake teriak-teriak bisakan ?" ucap Alexa dnegan nada yang terdengar sangat kesal.

"hehehe, maaf mrs. Arthur."

Mendengar kata-kata itu seolah membuat hati Alexa senang. Kini dirinya sudah jatuh menjadi milik orang lain. Meskipun ia tidak mencintai pria itu sama sekali. Mungkin.

"Ada perlu apa nelfon-nelfon ? Tumben gak nelfon di nomor hp gue yang biasa."

"pulsa gua abis soalnya."

"hah ?!"

Tak lama terdengar suara tertawa yang keluar dari mulut Alexa.

"eh sumpah, gue baru kali ini ngedenger istri CEO Aileen's corp kehabisan pulsa perasaan mama(Viona) dulu gak gitu deh. Haha-" ucap Alexa yang tak kuasa menahan tawanya.

"awas lu ya liat aja ntar. Temenin gue jalan kek."

"aduh kemana lagi sih ? Gue cape tau nggak. Habis ngurusin rumah daritadi."

"hah!?" kini Marsha yang dibuat terkejut.

"wahahaha-- baru kali ini gue denger DIRUMAH CEO GAK ADA PEMBANTU." ucap Marsha dengan penuh penekanan.

Alexa hanya memutar bola matanya jengah, ia tau sahabatnya satu ini sedang membalas dendam.

"Gue mandiri ya. Gak perlu pembantu."

"Awas ntar lu kemakan omongan sendiri, baru deh tau rasa. Udah deh, mendingan lu ikut gue. Kenapa sih emangnya ? Lu dimarahin sama Daniel kalo jalan sama gue ? Enggak kan ?"

"yah, enggak sih. Cuman gue lagi mager aja."

"Udeh siap-siap sana lu, 15 menit lagi gue jemput. Byee!!"

Setelah itu Marsha mematikan telfon secara sepihak.

Mau tidak mau Alexa harus mengikuti kemauan Marsha. Lagi, lagi dan lagi.

****

TBC

"siapapun dia, jika kepercayaan dan kesetiaannya dipermainkan pasti akan pergi juga pada akhirnya."- Athara.

UNEXPECTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang