Part 7 : Daniel's event

1.5K 70 2
                                    

Aku membuka pintu dan melihat siapa yang baru saja membunyikan bel.

Dan ternyata benar saja, yang datang adalah Daniel. Dengan terpaksa aku mempersilahkan nya masuk atas permintaan mama.

"Mah aku sama Daniel langsung berangkat aja ya ? Dahhh."ucapku buru-buru sambil berjalan menuju keluar pintu setelah mengambil tas.

Tapi sayang, aku kalah cepat dengan mama, mama menarik kerah bajukku.

"Eh, mau kemana ? Sarapan dulu! Kamu nggak mikir sama penyakit kamu ? Kalau kambuh gimana ?" omel mama.

"Aduh mah, ini mau buru-buru. Ya kan Daniel ? " tanyaku pada Daniel.

Dan kalian tau Apa jawabannya ?

"Gak kok tante, kita gak buru-buru." jawabnya santai padahal mataku sudah melotot.

Batinku menyumpah serapahi pria yang kini duduk didepanku.

"Kenapa ?" tanyanya.

Aku hanya memutar bola mataku kesal, setelah membuatku kesal setengah mati, sekarang masih bisa bertanya 'kenapa ?'.

"Duh liat-liat an mama jadi berasa jadi obat nyamuk deh." sela mama.

"Apa sih mah ?"gerutuku.

Tak ada jawaban lagi setelah itu, kami menghabiskan sarapan dengan tenang meskipun hatiku sama sekali tidak damai.

"Ayo." ucapku setelah menghabiskan makanan.

"Tante, saya pinjam Alexanya dulu ya."ucap Daniel pada mama.

"Oh iyaa, marahin aja ya kalau nakal." jawab mama.

"Mama ihh, udah ya. Aku jalan dulu dah mahh." pamitku lalu berjalan keluar menuju mobil Daniel.

Aku terkejut ketika seorang 'Daniel' membukakan pintu mobil untukku, aku bingung kenapa dia bisa bersikap semanis ini ? seingatku terakhir kali ketemu hubungan kami tidak baik baik saja.

Perasaanku mulai tidak enak, entah kenapa rasanya dia sengaja melakukan itu hanya untuk membuatku tertarik dengannya. Tapi maaf, aku masih ingat dengan taruhan itu.

Aku tersenyum miring menebak kelicikannya, kini aku dan Daniel sudah berada didalam mobil.

"Kenapa melamun ?"tanyanya yang langsung menyadarkanku.

"Nothing."jawabku singkat.

"Hari ini ada acara makan malam bersama di perusahaanku, jadi aku antar kamu ke salon dan berdandan lah yang cantik." katanya tanpa melirikku.

Aku membulatkan mataku, kenapa dia gak bilang dari awal ? Kenapa baru sekarang ? Dan kenapa gak didepan mama ?

"Gak!, lo gak bilang dulu ke gue, gue kan gak ada persiapan!!" tolakku.

"Bodoh, itu makanya aku mengantarmu ke salon untuk bersiap-siap."

Eh, iya sih bener juga. tumben banget pake aku-kamu, biasanya juga pake saya-kamu.

Aku hanya diam, toh ini resikonya ikut dengan orang yang tidak terima penolakan. Mau seperti apapun aku menolak sudah pasti tidak akan di turuti.

***

Kami sampai disalah satu salon terkenal, entah aku nanti akan di dandan seperti apa itu semua adalah keputusan Daniel.

"Ayo turun." ucap Daniel setelah membukakanku pintu.

Lalu kami masuk kedalam salon bersamaan, Daniel meraih tanganku, entah untuk apa yang jelas tangannya begitu erat.

"Daniel ?" sapa seseorang.

UNEXPECTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang