Part 41 : NYC (Day 2)

786 38 10
                                    

Suasana pagi ini terasa sangat berbeda dari sebelumnya.

Jika kemarin mereka terbangun dengan kondisi didalam penerbangan, sekarang mereka sudah dapat menghirup udara pagi New York yang sangat sejuk.

Bagi Adrian kesejukan pagi ini semakin bertambah karena melihat ekspresi bahagia Marsha, tentu saja wanita satu itu bahagia, hari ini adalah hari perjalanan mereka menuju pusat kota yang cukup jauh dari mansion Daniel.

Dan lagi, Adrian pun sudah menyiapkan penthouse pribadinya untuk ia gunakan bersama Marsha, yang letaknya hanya berjarak sedikit saja dengan Time Square.

Ya, mereka berdua memutuskan untuk berpisah dengan Daniel dan Alexa, dikarenakan Marsha yang tidak betah berada di mansion ini berlama-lama. Walaupun desainnya juara, tetapi tetap saja jarak menjadi salah satu alasan utama Marsha untuk segera pindah dari mansion ini.

Sebenarnya mereka berdua belum mengkonfirmasi rencana tersebut pada Alexa dan Daniel, tapi Marsha yakin mereka berdua akan setuju-setuju saja dengan rencananya, mungkin hanya Alexa yang akan sedikit rewel nantinya.

Pagi ini Marsha, Adrian dan Daniel sudah berada di meja makan menunggu Alexa yang baru saja terbangun dari tidurnya. Sambil menunggu Alexa, Adrian tak menyi-nyiakan kesempatan ini untuk memberitahu rencananya.

"Ekhemm.. Daniel ada yang ingin kami bicarakan." suara tegas Adrian mengintrupsi keheningan pagi ini.

"Silahkan."balasnya.

"jadi begini, Aku dan Marsha berencana pindah ke penthouseku yang berada di Manhattan, kurasa mension ini terlalu jauh dari pusat kota, Dan lagi sesekali aku ingin berkunjung ke kantor pusat Aileen's Corp yang berada New York jadi akan sedikit sulit jika aku dan Marsha menetap disini."

"Apa?" tiba-tiba saja suara Alexa menggelegar diruang makan membuat semua yang berada disana mengalihkan perhatian mereka pada asal suara.

Adrian dan Marsha pun saling tatap seolah mengisyaratkan sesuatu yang tidak Alexa mengerti.

"Kakak mau pindah? kok gak ngajak aku sama Daniel juga?" tanya Alexa dengan ekspresi wajah yang sulit untuk ditebak.

"Ini mendadak Alexa, kakak juga harus mengontrol cabang perusahaan kita disini." Adrian beralasan.

"Bohong."

Alexa berjalan mendekati meja makan dan duduk disamping Daniel, tapat dihadapan Marsha.

"Papa gak mungkin nyuruh kakak untuk kontrol cabang perusahaan kita disini, karena yang meminta kita untuk liburan juga papa. Kalau papa menyuruh kakak untuk bekerja disaat liburan seperti ini, namanya bukan liburan tapi perjalanan bisnis. Dan papa bukan tipe orang yang suka mencampur urusan liburan sama bisnis." sambung Alexa.

SKAKMAT.

Adrian melupakan satu hal tentang kecerdasan adiknya satu ini. Alexa hampir sama dengannya, sangat susah untuk dibohongi. Kalaupun ia bisa membohongi Alexa, maka kebohongan itu tidak pernah bertahan lama.

Lagipula benar kata adiknya, Nata tidak mungkin membebaninya pekerjaan disaat sedang liburan seperti ini, Adrian seketika merasa sangat berdosa telah menyeret nama ayahnya dalam situasi seperti ini.

Alexa menatap kearah Daniel yang sedari tadi hanya menutup mulut melihat dan mendengar perdebatan yang ada dihadapannya saat ini.

"Oke, oke... Gini aja, aku sama Ian bakal pindah duluan ke Manhattan siang ini. Kalau kalian mau nyusul bisa nanti malam atau besok aja. Gimana?" Marsha membuka suara kali ini.

"Kenapa gak sama-sama aja?" tanya Alexa cepat.

Tatapan Marsha, Adrian dan Alexa kali ini langsung beralih kearah Daniel. Pria satu itu memang sangat menyebalkan, disaat seperti ini ia malah diam dan bersikap santai.

UNEXPECTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang