"Ya ampun, kalian kaya anak kecil deh main ujan-ujanan."ucap mama sambil berdecak melihat kelakuanku.
Aku hanya diam dan menatap mama tajam, kerajinan banget aku main ujan. Kalau bukan karna emosi sama cowok gila itu pasti aku gak akan kena hujan kaya gini.
Hacimm!!
Astaga, aku kena flu. Aku lupa kalau tubuhku sangat rentan terkena penyakit.
"Tuh kan, flu kamu nya. Buruan mandi air panas sana." perintah mama.
Aku langsung berjalan menuju lift tanpa membantah, tapi papa menghentikan langkahku lagi.
"Lexa, tolong sekalian antar Daniel ke kamar tamu, disana sudah ada baju ganti yang bisa dipakai."ucap papa.
Apa ? Jangan bilang mereka menyuruhku untuk satu lift bersama orang menyebalkan ini. Ckckck! Cobaan apalagi ini.
Aku masuk kedalam lift bersama dengan Daniel, tapi aku sengaja tak menghiraukannya, seakan-akan dia tak kasat mata. Aku menekan tombol 2 dengan cepat.
Hacimm!!
"Ck! Jorok." gumam pria itu yang masih bisa kudengar.
"Apa kamu bilang ? Jorok ? Kamu pikir aku begini karna apa ? Karna kamu!!" teriakku tak sabaran.
"Kenapa aku ?" tanyanya.
"Ini kan karna kecerobohanmu sendiri gadis kecil." ucapnya lagi.
"Kalo bukan kamu yang cari masalah gak mungkin kita kehujanan kaya tadi."
Pria itu hanya menatapku tajam, hening. Sampai akhirnya lift terbuka.
Aku membawa Daniel ke kamar tamu yang sengaja disiapkan jika ada keluarga yang ingin menginap.
Setelah mengantarnya aku langsung menuju kamarku sendiri. Aku menutup dan mengunci kamar serapat mungkin, lalu menuju ke kamar mandi.
Tak butuh waktu lama selesai mandi aku langsung memakai kaus tipis berwarna hitam dan celana jeans selutut, setelan favoritku saat dirumah.
Aku keluar dari kamar menuju lift, ternyata pria menyebalkan itu juga baru saja keluar dari kamar tamu menggunakan baju kaus polo dengan celana jeans panjang berwarna biru.
Untuk kesekian kalinya aku satu lift dengannya, kami hanya bertatapan sebentar lalu mengalihkan pandangan masing-masing. Tatapan kami bukan tatapan cinta atau apa tapi tatapan layaknya sedang perang dunia.
Pintu lift terbuka.
Mama, papa, om David dan tante Raniel menyambut kami dengan senyuman tulus, sedangkan aku hanya memasang fakesmile.
"Wahh, bajunya janjian ya ?" kata tante Raniel.
Mataku terbelalak mendengarnya, aku langsung melihat kearah Daniel dan benar saja. Rupanya warna baju kami sama. Nggak kreatif banget sih ngikutin orang.
Aku hanya tersenyum, dan kalian pasti sudah tau kalau senyuman itu tidak tulus. Sementara dia ? Dia memasang wajah tak berekspresi (datar), benar-benar sok perfect.
"Mah aku masih ada kerjaan, bagaimana kalau kita pulang ?." tanyanya pada tante Raniel.
Ohh! Bagus, pulang aja sana. Kalau perlu pulang ke rahmatullah sekalian.
"Oh ya, hari juga sudah malam. Kami pamit ya." ucap tante Raniel.
Aku menyalami tante Raniel dan om David setelah itu mereka pergi kearah mobil, aku masih bisa melihat wajah Daniel. Aku menunjuk kedua mataku dan mengalihkan jariku menunjuk matanya, dengan tatapan yang berarti 'kita.masih.punya.urusan.'.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNEXPECTED
Romance[OnGoing] .Sequel MY FIRST LOVE STORY. (bisa langsung dibaca) Memimpikan seorang pria tampan, baik hati, penyayang dan selalu melindungi tentu saja menyenangkan bukan? Bahkan tidak sedikit orang yang akan memohon agar ia menjadi sosok yang nyata. Ta...