Bagian yang paling Daniel tidak suka dalam hidupnya adalah, melihat orang disekitarnya sakit. Seperti yang dialaminya saat ini.
Alexa terbaring dengan infus yang menempel ditangan kirinya setelah dokter meninggalkan kamar Alexa. Daniel sendiri tidak mengerti ada apa dengan Alexa hingga harus berakhir seperti ini.
Sedaritadi Alexa hanya melamun dan terkadang menggelengkan kepalanya, seolah ada sesuatu yang hinggap dipikirannya.
"Daniel?" Panggil Alexa dengan arah pandang menuju jendela kamar.
"Hm?"
Alexa menolehkan pandangannya kearah Daniel, dan dengan tatapan memohon Alexa berkata "Apapun yang terjadi malam ini, jangan biarkan kak Adrian tau. Kalau ada yang membuatmu penasaran, jangan tanyakan apapun padanya, biar aku sendiri yang akan menceritakannya."
Alexa tersenyum singkat dengan wajah pucat pasinya.
Daniel menatap Alexa dalam. Kenapa kehidupan gadis ini dipenuhi dengan kejadian yang aneh?
"Apa sebelumnya kau pernah begini?" Tanya Daniel.
Alexa mengangguk.
"Kadang trauma ini datang tiba-tiba. Dan datangnya lebih sering terjadi saat tengah malam seperti ini."
"Adrian atau keluargamu yang lain? Apa mereka tau?"
"Nggak, Yang mereka tau aku sudah sembuh total. Mereka cuma tau aku sering mengeluhkan sakit kepala karna efek kecelakaan itu. Tapi mereka gak tau kalo trauma itu masih ada sampai sekarang."
Alexa menunduk.
"Awalnya aku juga berfikir sudah sembuh total, tapi ternyata, aku kembali merasakan trauma itu setelah beberapa minggu dinyatakan sembuh. Aku memutuskan untuk merahasiakannya. Lebih baik begitu daripada membuat mereka semua khawatir dan kecewa."
"Yang paling aku takutkan adalah perusahaan papa akan ikut terkena dampaknya seperti dulu. Semenjak aku sakit, papa selalu meluangkan waktunya untuk menemaniku terapi dan mengabaikan rapat penting. Itu sempat membuat down perusahaan." Lanjut Alexa.
Daniel terlihat masih penasaran dengan semua ini
"Lalu? Kau menghadapi traumamu sendirian selama ini?""Ya. Karna itu aku tidak suka ada orang lain yang memasuki kamar tidurku. Karna aku tidak mau pelayan atau siapapun itu menemukkanku secara tidak sengaja saat kambuh. Aku memiliki beberapa obat penenang, aku akan merasa lebih baik setelah meminumnya. Tapi obat itu baru saja habis."
"Kau tidak bisa mengandalkan obat itu terus menerus. Itu akan berbahaya dan menyebabkan penyakit lain."
"Lalu, aku harus apa? Aku juga tidak bisa terus menerus membiarkan orang-orang disekitarku menaruh harapan. Apa aku harus terus berada diruang psikolog itu dan melakukan setiap tahap penyembuhan yang bahkan tidak menunjukkan perubahan sama sekali." Balas Alexa dengan mata yang sudah tergenang air mata.
"Kau mau tau obat dan cara apa cara yang paling ampuh, Alexa?" Tanya Daniel dengan menatap lurus kearah Alexa.
Alexa mengangkat alisnya, dan menunggu jawaban Daniel.
"Semua itu ada didalam dirimu sendiri, Alexa. Bukan orang lain. Kau selalu menyalahkan dirimu atas kejadian yang bahkan kau sendiri berperan sebagai korban disana. Disengaja ataupun tidak itu bukan salahmu."
"Ka-kau? Kau tahu soal itu?" Alexa bertanya dengan terbata-bata.
Daniel tahu soal kecelakaan itu? Bagaimana mungkin? Bukankah papa sudah menghapus semua informasi soal kecelakaan itu atas permintaanku sendiri? Pertanyaan itu terus berputar dikepala Alexa.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNEXPECTED
Storie d'amore[OnGoing] .Sequel MY FIRST LOVE STORY. (bisa langsung dibaca) Memimpikan seorang pria tampan, baik hati, penyayang dan selalu melindungi tentu saja menyenangkan bukan? Bahkan tidak sedikit orang yang akan memohon agar ia menjadi sosok yang nyata. Ta...