Part 19 : Ain't my fault!-Daniel

1.3K 57 0
                                    

Dua laki-laki dewasa saling bertatapan, seakan perang dingin sedang terjadi. Diantara keduannya tak ada yang berusaha mengalihkan pandangan. Satu sama lain menyiratkan sesuatu yang tak bisa diartikan dimata mereka.

"Maumu apa ?"mulai Adrian dengan nafas terengah-engah seolah sedang menahan emosinya.

"maksudmu ?" tanya Daniel yang tak mengerti arah pembicaraan Adrian.

"Tidak usah pura-pura bodoh. Apa yang kau lakukan dengan Alexa ?, sampai ia melukai dirinya sendiri ?"ucap Adrian dengan penuh penekanan.

"Aku tidak melakukan apapun! Saat aku tiba dirumah, keadaan Alexa sudah seperti itu. Aku langsung membawanya kesini karna panik!"jelas Daniel dengan penuh kekesalan.

Kenapa semua orang tiba-tiba menyalahkannya ?, seburuk itukah dia dimata orang-orang ?

Sialan. Rutuk Daniel dalam hatinya.

"dengarkan aku baik-baik. Aku tidak mau hal seperti ini terjadi lagi! Aku tidak mau melihat Alexa terluka. Meskipun ini bukan kesalahanmu. Tapi kau adalah suami Alexa yang akan bertanggung jawab penuh atas dirinya!. Kalau sampai hal seperti ini terjadi lagi. Aku tak akan memaafkan mu. Camkan itu!" tunjuk Adrian kearah Daniel dengan penuh emosi.

Setelah meluapkan seluruh kekesalannya, Adrian melangkahkan kakinya menjauh pergi dari hadapan Daniel.

Tidak, Adrian tidak kembali ke ruangan Alexa dirawat. Ia pergi keluar rumah sakit untuk mencari udara segar yang mungkin fikirnya akan menenangkannya.

****

"Daniel, tante pulang dulu ya. Alexanya mungkin masih kelelahan sampai-sampai belum sadarkan diri."ucap Viona dengan nada yang begitu terdengar menyedihkan.

Ya, sampai detik ini Alexa belum juga sadarkan diri. Mungkin karna pengaruh obat. Dokter juga sudah mengatakan untuk tidak membangunkan pasien, agar bisa istirahat total.

"baiklah tante. Saya akan mengabarkan tante kalau Alexa sudah sadarkan diri. Sebaiknya tante istirahat saja dirumah. Biar saya yang menjaga Alexa."tutur Daniel sopan.

"Tante dan om pulang dulu ya." kali ini Nata yang membuka suaranya.

Daniel mengangguk.

Ia sama sekali tak melihat Adrian lagi setelah acara perang dingin tadi.

Mungkin Adrian masih kesal padanya. Tapi, dibalik itu semua Daniel juga menyimpan rasa kesal pada Adrian. Bukan hanya pada Adrian tapi juga pada Alexa yang teledor dan membuatnya harus menerima ocehan keluarganya.

Hal itu membuat rasa simpati Daniel pada Alexa yang mulai tumbuh, menurun. Ia sangat tidak suka dengan orang yang ceroboh. Apalagi sampai membahayakan nyawanya sendiri. Menurutnya itu adalah tindakan yang bodoh.

Ditambah lagi orang-orang malah menyalahkannya atas hal ini.

Setelah kepergian keluarga Alexa, kini giliran keluarganya yang pamit meninggalkan rumah sakit.

Sebelum benar-benar pamit, Daniel mendapat nasehat dari David. Sungguh, ini adalah hal yang sangat sangat menyebalkan! Baginya.

"seharusnya kamu bisa menjaga Alexa. Ini baru beberapa jam setelah pernikahan. Bagaimana selanjutnya ?" ucap David serius.

"ini kan bukan salahku sepenuhnya pah! Dia yang ceroboh." Daniel berusaha membela dirinya.

"iyaa, papa tau ini bukan salah kamu sepenuhnya. Tapi, kamu harus ingat Daniel. Kamu itu seorang suami, kamu bertanggung jawab penuh atas istrimu. Bagaimana kalau keluarga Alexa mengira kamu tidak bertanggung jawab ?"

Seolah sepemikiran oleh Adrian. Kata-kata yang diucapkan David sama dengan apa yang diucapkan Adrian tadi. Semuannya selalu mempermasalahkan tanggung jawab.

Daniel bosan mendengar kata-kata itu. Menurutnya tanggung jawabnya hanyalah memberi nafkah. Hanya itu.

"ah, sudahlah! Terserah keluarganya mau berfikir apa tentangku! Aku tidak perduli. Lagipula aku tidak pernah menginginkan perjodohan konyol ini dari awal." ucap Daniel santai.

"Daniel!" bentak David.

David geram melihat Daniel yang begitu santainya mengucapkan kata-kata itu. Seolah ia sedang mempermainkan pernikahannya.

Sedangkan Daniel hanya mengangkat sebelah alisnya menatap David.

Ia juga muak dengan semuannya. Seolah-olah semua orang mempersalahkannya atas kejadian ini. Ia bosan harus mendengar ocehan yang menurutnya tidak penting.

Tanpa basa-basi lagi Raniel langsung menenangkan suaminya. Karna takut suaminya akan terkena serangan jantung berlama-lama disini, Raniel langsung pamit pada Daniel serta Alexa yang masih terlelap dengan nafas yang teratur. sepertinya dia sedang tidur.

"Daniel, mama sama papa pulang dulu ya." ucap Raniel sambil menarik tangan David.

"Alexa, cepat sembuh ya nak." Raniel mengecup kening Alexa sayang.

Meskipun ia tau Alexa belum sadar, tapi Raniel yakin di alam bawah sadar sana Alexa dapat mendengar suaranya.

Setelah itu ruangan Alexa menjadi hening. Hanya tinggal Daniel yang sedang menatap gadis tak berdaya dihadapannya ini dengan tatapan nanar.

Menurutnya Alexa terlalu mendramatisir cerita, seolah sengaja agar semua orang mempersalahkannya.

***

Sinat matahari pagi masuk melalui celah-celah tirai.

Alexa membuka matanya pelan sampai gradasi blur berubah menjadi jernih.

Ia masih belum bisa mengingat apa yang terjadi sampai ia harus dibaringkan ditempat seperti ini.

Alexa POV

Aku mengedarkan pandanganku mencari sosok laki-laki yang berstatus suamiku itu.

Kenapa ia tak ada disaat keadaanku seperti ini.

Tak berapa lama. Keluar sosok pria yang cukup tampan dengan rambut yang sedikit berantakan menggunakan kaos polo berwarna hitam.

Aku memandangnya sedikit kagum, tenyata om-om yang berstatus suamiku ini gak jelek-jelek banget.

Yaa.. kadar ketampanannya mungkin agak sedikit bertambah kalau dia tersenyum.

Tapi lihatlah wajahnya sekarang ? Setelah menatapku, ia memalingkan wajahnya seolah sengaja menghindari tatapanku.

Aku mengerutkan alis kebingungan, biasanya dia bersikap jahil.

Kalau aku melihat sikapnya sekarang, ini sama seperti sikapnya dulu yang ia tunjukkan padaku saat kami pertama kali dipertemukan.

Tatapannya begitu dingin, bahkan mungkin yang melihatnya seperti itu akan ketakutan.

"kata dokter hari ini kamu boleh pulang. Kalau sudah baikan segera bangun dan bereskan barang-barangmu. Aku ada meeting penting hari ini. "tuturnya tanpa melihat kearahku.

Ia terlalu sibuk berkutat dengan lembaran-lembaran yang ada ditangannya.

Merasa tak ada jawaban, ia menengadahkan kepalanya kearahku seolah berbicara apa.kamu.dengar?

"ah! Iya. Aku tau."jawabku spontan.

Sebenarnya aku masih ingin menanyakan penyebab aku berada disini, tapi sepertinya saat ini bukan waktu yang tepat. Akan lebih bagus lagi kalau aku mencari tau terlebih dahulu soal perubahan sikapnya.

Benarkan?


***

"apa karna kamu merasa dicintai, lalu semudah itu menyakiti?"-Author

TBC

Next?

Vote&comment ya!

UNEXPECTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang