2 Minggu kemudian.
Setelah pertemuanku dengan Daniel didunia nyata, aku sudah tidak pernah lagi bertemu dengan Daniel versi mimpi, entah kenapa tapi jujur aku merindukan Daniel versi mimpi daripada Daniel versi kenyataan.
Dan,
Yap, hari yang paling menyedihkan untukku sudah tiba, hari yang paling ditunggu-tunggu oleh mama dan papa. Aku merasa bakal jadi manusia paling menyedihkan hari ini.
"Cieee, cantik banget sih." puji Marsha saat melihatku yang baru saja selesai dirias.
"Lebay lu." cibirku.
"Elah, serius gue. Pasti deh si Daniel-Daniel lo itu klepek-klepek." kata Marsha sambil tertawa renyah.
Disaat sahabatnya tersiksa, masih aja dia bisa ketawa ? Hebat banget.
"Apalagi lo sama dia kan belum ada ketemu selama 2 minggu ini."kata Marsha lagi.
Memang benar, aku dan Daniel memang belum ada bertemu 2 minggu belakangan ini, karna dia yang selalu sibuk dengan urusannya dan aku yang sibuk dengan kuliahku.
"Udah deh, gak usah ngomongin dia terus." gerutuku.
Tiba-tiba kamarku terbuka dan menunjukan wajah mama yang tak kalah cantik dengan make up khas ibu-ibu arisan.
"Hey, ayo cantik. Keluarga Arthur sudah lengkap dibawah." ujar mama.
"Hmm." dan hanyaku balas dengan gumam-an.
Aku keluar dari kamar dengan langkah sejajar dengan mama, lalu turun melalui lift.
Begitu pintu lift terbuka, terlihatlah ratusan tamu undangan yang melihatku entah dengan tatapan apa, yang jelas saat ini aku sangat gugup, kakiku terasa lemas.
Aku melihat Daniel menggunakan Tuxedo yang sama dengan yang ia coba di Bridal waktu itu, kali ini rambutnya tertata rapi tersisir kebelakang dan menggunakan pomade. Sangat sangat Tampan!.
Daniel memegang tanganku dan menuntunku keatas panggung bersamaan itu MC acara pertunangan kami mengumumkan Acara pertukaran cincin akan segera dimulai, semua pasang mata melihat kearah kami.
Jujur saat ini aku sedang salting, selain karna dilihat oleh orang banyak, tapi juga karna saat ini Daniel menatap mataku dengan senyuman, dan aku yakin senyuman itu hanya dibuat-buat untuk popularitas saja.
Daniel menautkan cincin berhiaskan berlian ke jari manis tangan sebelah kiriku, yang menandakan kini aku menjadi tunangan orang, begitupun aku yang menautkan cincin di jarinya.
Semua bertepuk tangan, tepukan tangan dan sorakan itu sungguh memekik telingaku. Aku tidak pernah sebelumnya berada ditengah-tengah orang sebanyak ini.
××××
Saat ini para tamu undangan sedang menikmati makanan yang disediakan, sedangkan aku merasa bosan karna tak ada teman mengobrol.
Aku langsung melangkahkan kaki menuju lift, berniat kelantai teratas rumahku untuk menikmati angin malam yang mungkin dapat menghilangkan sedikit rasa bosanku.
Saat lift sudah hendak tertutup, tiba-tiba terbuka kembali dan memperlihatkan tubuh kekar Daniel yang berdiri tegap.
"Aku ikut." ucapnya.
Astaga! Aku ini berniat menghilangkan bosan, kalau dia ada jelas bosanku akan bertambah.
Tanpa menunggu jawabanku, dia langsung masuk dan berdiri disampingku, kemarin sok gak mau dijodohin, sekarang kemana aku pergi diikutin, gak jelas.
"Kamu ngapain pake acara ikut saya segala ?"tanyaku jutek.
"Tidak usah ke Geer-an saya disini cuman mau menyegarkan pikiran." jawabnya.
"Alibi!" gumamku, dan aku harap dia tak mendengarnya.
"Besok saya akan jemput kamu jam 9 pagi." katanya lagi santai.
9 pagi !? Malam ini aja aku masih belum tau kapan acara selesai dan besok dia menyuruhku untuk bangun pagi ? Gila!.
"Gak!, gue cape mau istirahat." tuturku kali ini tidak menggunakan kata bahasa formal lagi.
"Tapi harus. Ini perintah dan saya tidak menerima bantahan ataupun penolakan." ucapnya dengan nada peringatan.
"Gue itu tunangan lo! Bukan hewan peliharaan yang nurut aja sama perintah lo. Dasar egois."balasku berapi-api dengan penekanan pada kata 'egois'.
"Kamu yang egois. Saya sudah menunda semua kontrak kerja dan jadwal meeting hanya untuk acara pertunangan ini dan kamu tidak melakukan apapun, untuk itu saya mau kamu menurut."
"Oh ya ? Harusnya lo gak usah hadir kalau lo gak mau!, karna gue juga terpaksa dan jangan merasa lo yang satu-satunya yang rugi karna waktu lo terbuang, gue juga!."
Tuh kan sudah kubilang, bosanku malah berganti emosi. Dan moodku benar-benar hancur sekarang.
"Kalau begitu kita taruhan." tawarnya.
Sebenarnya aku gak ngerti taruhan apa yang di maksudnya.
"Maksud lo ?" tanyaku.
"Siapapun dari kita berdua yang merasa jatuh cinta duluan dia yang kalah, dan yang kalah harus mematuhi semua permintaan si pemenang." ucapnya acuh.
Dia pikir aku akan kalah ?.
"Oke!..Deal!"jawabku sambil menatapnya tajam.
"Baik, kalau begitu saya permisi dan ingat. Besok saya jemput jam 9." katanya lalu pergi meninggalkanku.
Astagaaaa, apa dosaku dipertemukan sama orang yang egonya kelewat kaya dia.
"Fine, kali ini gue ngalah. Gue ikut sama permainan lo."ucapku berbicara sendiri, mungkin kalau orang melihatnya aku seperti orang tidak waras.
××××××
Acara semalam membuat tubuhku rasanya hancur, bayangkan saja para tamu undangan baru pulang jam 11 malam, sedangkan keluarga jam 1 malam. Argghh, gilaaa!.
Aku turun kebawah untuk sarapan, hari ini aku menggunakan kemeja tipis berwarna Biru tua dengan Jeans panjang berwarna hitam, aku sengaja memilih warna gelap karna sesuai dengan perasaanku hari ini.
"Udah siap aja, tumben minggu bangun pagi." kata mama sekaligus menyindirku.
"Ada janji sama Daniel." ucapku dan langsung dibalas senyuman usil oleh mama.
"Duh mentang-mentang udah tunangan, jalan-jalan terus deh." kata mama sambil memberi tatapan usil.
"Apaan sih mah?"
Ting! Tong!
Suara bel rumah berbunyi entah itu siapa tapi menurut tebakanku itu adalah, Daniel.
××××××××
"Aku merasakan kehangatan saat bersamamu, entah kamu merasakannya juga atau tidak. Tapi saat itu aku berfikir kamu adalah orang yang tepat untukku."-Author.
![](https://img.wattpad.com/cover/78759758-288-k148562.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
UNEXPECTED
Romance[OnGoing] .Sequel MY FIRST LOVE STORY. (bisa langsung dibaca) Memimpikan seorang pria tampan, baik hati, penyayang dan selalu melindungi tentu saja menyenangkan bukan? Bahkan tidak sedikit orang yang akan memohon agar ia menjadi sosok yang nyata. Ta...