ArVi 6.

12.5K 918 14
                                    


Please tinggalin jejak ya guys.

Gue cuma pengen cerita ini diberikan apresiasi.

Enjoy this part

•°•°•°•

Tok tok tok....

Ketukan pintu terdengar, yang membuat Aravika beranjak dari tempatnya untuk membukakan pintu.

Cklek.

"Hai."ucap Arland sambil tersenyum manis.

"H-hai."jawab Vika gugup. Entah mengapa dia jadi selalu agak gugup jika didekat Arland, padahal seharusnya dia terbiasa bukan? Tapi saat ini dia malah mengalami kecanggungan.

Vika tersadar dari lamunanya mengenai orang yang didepannya saat ini. Vika membuka pintu rumahnya lebih lebar agar Arland dapat masuk. Tapi ketika Arland melewati Aravika, Vika baru menyadari wajah Arland yang penuh dengan memar.

"Itu... itu wajah lo kenapa?"tanya Vika penasaran sekaligus khawatir?

"Oh ini. Mmm..." "ntar aja jawabnya. Gue obatin dulu, dan kita gak usah jalan dulu hari ini,"ucap Vika sambil berjalan untuk mengambil kotak P3K.

Vika kembali bersama kotak P3K yang diambilnya. Dia mulai sibuk menyiapkan kapas dan menetesi kapas tersebut dengan obat merah yang ada. Dia menoleh ke arah Arland yang sedari tadi sibuk memperhatikan wajahnya sambil tersenyum tipis.

"Siniin muka lo,"ucapnya yang dibalas anggukan Arland, Arland mendekatkan wajahnya.

"Muka lo kok bisa babak belur gini?"tanyanya. "Abis tawuran,"jawab Arland santai yang membuat Vika tak sengaja menekan luka Arland kuat karena kaget mendengar jawaban Arland.

"Isshh pelan-pelan kali Ra. Sakit tau,"ucap Arland yang dibalas tatapan tajam Vika. "Lo ngapain tawuran? Mau sok pahlawan, gitu? Baru aja ditekan gitu lukanya udah kesakitan,"balas Vika telak.

"Ck. Gue juga tawuran karna Arthamega yang mulai duluan kok. Kami gak pernah cari masalah sama mereka."

"Maksud lo?" "Lo kenal Rio? Anak 12 IPA 4, sekelas gue yang anggota tim basket juga?"tanya Arland yang dibalas anggukan dari Vika.

"Dia di cegat sama anak Arthamega, yang punya dendam sama Persada. Jadi kita datangin tuh, basecampt mereka buat nolongin Rio,"jelas Arland yang dibalas anggukan mengerti dari Vika.

Aravika masih fokus mengobati luka di wajah Arland, tanpa menyadari Arland yang dari tadi memperhatikan wajahnya. Vika baru menyadarinya ketika matanya tak sengaja bertatapan dengan mata cokelat terang Arland yang mengingatkan dia pada seseorang.

"Lo cantik Ra."ucapa Arland yang membuat pipi Vika memerah. Arland tersenyum geli, melihat pipi Vika yang memerah.

"Dan makin cantik lagi kalo lagi blushing kayak gini."ucap Arland tulus. Vika segera memebereskan kotak P3K'nya.

"Ra, sorry ya kita gak jadi jalan hari ini. Gara-gara gue yang babak belur gini."

"Gak apa-apa. Yang penting luka lo diobatin dulu, daripada ntar infeksi?!"balas Vika.

"Tapi janji gue, tentang gue yang mau ngajak lo ke danau itu masih berlaku loh Ra. Besok, pulang sekolah kita kesana. Jadi besok lo tungguin gue di kelas lo, biar gue jemput."

"Oh. Ok, tapi jangan kelamaan ya, ntar nyokap gue nyariin,"jawab Vika.

"Ok."ucap Arland sambil tersenyum lebar. Ia sangat senang hari ini, ia mendapati kenyataan bahwa Aravika peduli padanya. Buktinya, Aravika sampai rela mengobati lukanya, dan takut kalau luka pada wajah Arland akan infeksi.

My Possessive BadboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang