Satu kata yang menjelaskan keadaan Vika saat ini. Risih. Ya, dia merasa risih sekarang ini. Bagaimana tidak, sesampainya di kantin sekolahnya, ia langsung menjadi pusat perhatian terutama bagi siswi SMA Persada yang berada dikantin saat ini.
Ditambah lagi, ia masuk ke dalam kantin yang ramai akan siswa siswi Persada ini, dengan tangan kanannya yang masih di genggam erat oleh Arland. Sehingga semua siswi di sini menatapnya seakan ia adalah pengganggu yang sangat mengusik mereka. Sedangkan Arland? Oh, jangan ditanyakan lagi. Dia terlihat nyaman menggenggam tangan Aravika, dan cuek kepada para siswi yang menatapnya lapar.
"Ar! Lepasin tangan lo."bisik Aravika dengan tangannya yang masih berusaha untuk lepas dari genggaman kuat namun nyaman?
"Gue bilang lepasin tangan lo sekarang!"ucap Vika dengan wajah yang menahan kesal. Ia sudah tidak sanggup lagi menghiraukan tatapan menusuk dari siswi disana.
Arland berdecak kesal. Ia melepaskan genggaman tangannya, yang membuat Aravika bernapas lega. Tetapi kemudian ia merasakan bahunya memberat. Vika menoleh ke arah bahunya, terdapat tangan Arland yang merangkulnya dengan manis.
"Kalo lo keberatan juga dengan yang satu ini, gue bisa ngelakuin hal yang lebih kok Ra,"bisik Arland dengan seringai yang kelihatan puas dengan ekspresi kaget Vika.
"Ayo kita duduk disana."Arland menunjuk sebuah meja di pojok kantin yang biasa digunakan oleh komplotannya.
"Lo mau pesan apa Ra? Biar gue yang pesenin."ucapnya dengan senyum yang masih tercetak jelas di wajahnya dan itu membuatnya sedikit....errr manis?
Aravika menggelengkan kepalanya, apa ada yang salah dengan otaknya? Tadi dia menyebut bahwa Arland manis? Tidak! Pasti ada yang salah di sini.
Arland yang melihat kelakuan Vika hanya mengernyitkan dahinya bingung.
"Lo gak mau mesen Ra?"tanyanya lagi.
"Mmm... gue jus jambu biji aja."
"Jus jambu biji. Masih sama dengan yang dulu."gumam Arland.
Aravika mengernyitkan keningnya. Masih sama dengan yang dulu? Apa maksud Arland sebenarnya? Dari dulu Vika memang suka dengan jus jambu biji. Dan.. dari mana Arland tau kesukaanya? Tidak! Mungkin dia hanya berhalusinasi tadi.
"Yaudah gue pesenin dulu ya."ucap Arland sambil berlalu dari hadapan Vika.
Tak lama kemudian, Arland datang dengan membawa sepiring batagor dan dua gelas jus jambu biji.
"Nih jus lo."
Aravika hanya menganggukan kepalanya pelan sambil bergumam 'thanks'.
Arland yang melihat itu hanya bisa tersenyum kecut. Entah apa yang ada dipikirannya, sehingga ia merasa sedih pada saat melihat Vika yang sepertinya tidak mau dekat dengannya."Lo nanti langsung pulangkan?"tanya Arland sambil memakan batagornya.
"Hmm.."gumam Aravika pelan.
"Nanti gue anter. Lo tunggu aja dikelas lo. Ok."
"Eh... gue lupa, gue ada janji sama Sania mau ke toko buku nemenin dia. Sorry ya. Mungkin lain kali kita pulang bareng." Jawab Aravika cepat.
"Yaudah. Lo hati-hati ya. Kalo lo butuh dijemput, lo bisa chat gue."balas Arland.
Ada kehangatan yang menyelusup kedalam hati Vika. Dia tidak pernah melihat Arland se-perhatian ini padanya. Mungkin karna selama ini Vika selalu berbuat kasar padanya. Tapi kali ini beda. Dia seperti melihat sisi lain dari Arland. Arland yang biasanya ia lihat, adalah Arland yang keras kepala, pemaksa, dan selalu ingin di prioritaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Badboy
Novela JuvenilHighest ranking: #34 in teenfiction (17-02-17) #26 in teenfiction (19-02-17) Potongan-potongan memori itu kembali, membawa luka lama yang kembali berdarah. Menyisakan kesakitan bila diingat kembali. Dan disaat semua sudah mulai berubah, disaat 'nyam...