ArVi 13.

9.4K 724 11
                                    

Jangan lupa tinggalin jejak guys...

•°•°•°•

Saat ini Arland sedang berada di rumah Fabian, atau yang kerap di panggil Bian oleh sahabatnya. Bersama Rio dan Bani, mereka menghabiskan waktu weekend mereka di rumahnya.

Mereka telah melupakan perselisihan mereka tadi, dan kembali akur seperti biasanya. Namun, takdir seperti tidak membiarkan Arland untuk tenang dan melepaskan penatnya sedikitpun. Baru saja telepon dari Rafael membuatnya kembali sedikit... lega?

Ya, setidaknya dia lega ketika mendengar kabar kalau Aravika telah siuman. Namun kembali khawatir ketika mendengar dia mogok makan, entah karena apa. Apa Aravika tidak mau makan karena menunggu dirinya? Satu pertanyaan yang muncul di benak Arland tadi membuatnya tersenyum sendiri.

Rio yang melihat Arland senyum seperti itu langsung melemparkan bantal yang ada didekatnya, dan tepat mengenai wajah tampan Arland.

"Aduh, sakit bego. Siapa lagi yang lempar nih bantal?"ujarnya sambil mengelus kedua pipinya.

Rio nyengir mendengar ucapan Arland." gue yang ngelempar."

Arland balik melempar bantal tadi ke arah Rio, namun berhasil ditangkap Rio sendiri. "Lagian lo senyum-senyum sendiri. Ntar disangka gila lagi."

Arland berdecak kesal. "Lo yang gila."

"Emang kenapa Land?"tanya Bani sambil tetap fokus pada PS nya.

"Tadi Rafael nelpon."

"Rafael kakaknya Aravika?"tanya Bian tanpa mengalihkan matanya dari buku yang sedang dia baca.

"Iya."

"Eh tunggu. Kok cuma gue yang gagal paham disini? Rafael siapa lagi?"oceh Rio sambil memutar-mutar bola matanya, bingung.

"Ck. Rafael kakaknya Aravika. Alumni sekolah kita juga."jawab Arland.

"Oh, gue tau. Yang mantan kapten tim basket itu kan? Yang wajahnya lumayan ganteng, walaupun tetep gantengan gue?"cerocos Rio.

"Hm."

"Terus-terus,"ucap Bani menuntut penjelasan yang lebih.

"Dia..nyuruh gue buat jengukin Aravika."

" Ya terus?"tanya Bani lagi sambil tetap asik pada gamesnya.

"Gue...."

"Lebih baik lo jenguk dia. Kesempatan cuma datang satu kali Land. Jangan lo sia-siain."saran Bian tapi masih tetap fokus pada bacaannya.

"Yaelah. Serius banget lo ngeliat buku itu. Kawinin tuh buku sekalian Yan,"ejek Rio.

"Diem lo."

"Btw, lo baca buku apasih?"ucap Rio sambil melihat sampul bukunya.

"Ashh... ternyata Fabian Alberto, si misterius dari Persada meniru kelakuan Sherlock holmes toh."komentar Rio.

"Ck. Berisik tau nggak. Daripada lo, gak jelas dari tadi ngapain. Lihatin hp mulu. Gue tau lo lagi liatin apa, lo lagi nonton enaena kan?"ucap Bian dengan wajah datarnya.

"Kok, lo tau?"

"Keturunan cenayang,"ucapnya singkat.

"Wah parah lo nonton yang begituan,"ucap Bani sambil menoyor Rio.

"Sok suci lo anjing,"balas Rio.

"Maksud gue lo gak ngajak gue! Lo gak setia kawan. Dedek tersakiti mas, jangan giniin dedek emesh ini."Bani memegang dadanya dengan penuh dramatis.

My Possessive BadboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang