Budayakan Vote sebelum membaca...
Rio, Fabian, Bani juga Aravika masih setia menemani Arland yang berada dirumah sakit. Beruntung hari ini hari sabtu dan mereka tidak bersekolah, lagipula sejak kemarin mereka memang menemani Arland dan ikut menginap diruangan Arland. Arland yang melihat tingkah mereka hanya bisa menggelengkan kepalanya. Namun jauh dilubuk hatinya, dia tersenyum haru. Merasa memiliki persahabatan tanpa cela dan selalu ada untuk satu sama lain. Gimanapun bentuk para sahabatnya itu, dia tetap senang dan bangga memiliki mereka.
"Bosen banget anjir.."ucap Bani memecahkan keheningan.
Karena sejak tadi mereka semua sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Ada Aravika yang sibuk mengupas apel untuk Arland dan Arland yang sibuk memperhatikan wajah serius Aravika ketika mengupas apel itu. Fabian yang sibuk dengan buku Kimianya, karena Fabian merupakan 'profesor kimia', yang dijuluki teman-temannya. Dan Rio yang sedari tadi memperhatian ponselnya. Entah apa yang dia lihat tetapi itu semua membuat Bani merasa kesal karena keheningan ini.
"Lo kenapa? Bosan hidup?!"Fabian yang terganggupun mulai membuka suara untuk menghentikan Bani yang akan mengoceh panjang lebar.
"Bukan bosen hidup juga, gue ga tau mau ngapain dari tadi. Nge-game bosan, kalian semua pada asik sendiri dari tadi,"keluh Bani kesal.
Arland hanya bisa terkekeh melihat tingkah Bani, sedangkan Aravika tersenyum geli sambil melanjutkan kegiatan mengupasnya.
"Land, daripada gue bosan lebih baik gue ngemodusin Vika aja ya?"ucap Bani, meminta izin Arland. Karena kalau tidak, Bani bisa mendapatkan tatapan laser Arland ketika sedang marah.
"Hmm.. coba aja."
Bani tersenyum penuh kemenangan. Dia mulai memikirkan hal yang dapat dia gunakan sebagai rayuan.
"Ra?"
"Ya?"jawab Vika.
" Papa kamu tukang cukur ya?"
"Siapa bilang bokap gue tukang cukur? Sok tau sih lo, bokap gue pengusaha juga!"kilah Aravika yang membuat Arland tertawa melihat ekspresi mengenaskan Bani.
"Ini ceritanya gue mau ngemodusin lo Vik, lo gak pernah dirayu Arland sih?!"kesal Bani yang membuat Rio tertawa dengan keras dari sofa seberang.
"Ok, sorry. Gue cuma becanda doang,"ucap Vika sambil tersenyum geli.
"Ok sekarang seriusan elah."
Aravika mengangguk dan Arland menunggu kalimat rayuan apa yang akan dikeluarkan Bani yang notabenenya jomblo dari lahir.
"Tau kenapa orang ingat moment romantis mereka pada saat hujan?"
"Kenapa?"
"Karena hujan jugalah yang menjadi saksi bisu memori itu, dan aku juga inginkan hujan untuk menjadi saksi bisu masa depan kita nanti."
"Cieee...ciee.."
"Langsung aja Ban, langsung aja mainnya."
"Tikung terus Ban.."
"Itu cuma latihan buat cewe gue suatu saat,"ucap Bani.
"Kapan lo punya cewe?"tanya Fabian.
"Kapan-kapan,"jawabnya yang membuat semua orang yang berada diruangan itu tertawa mendengarnya.
"Iya kapan, ntar ga laku loh Ban?!"ucap Aravika.
"Cewe itu spesies yang aneh. Suka banget dibilang benar, gimana gue bisa dapet cewek, coba?"ucap Bani.
"Prinsip cewek itu selalu benar dan cowok selalu salah,"balas Rio.
"Iya, namanya juga cowo kadang salah kadang gak bener,"lanjut Bani dengan wajah dramatis.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Badboy
Teen FictionHighest ranking: #34 in teenfiction (17-02-17) #26 in teenfiction (19-02-17) Potongan-potongan memori itu kembali, membawa luka lama yang kembali berdarah. Menyisakan kesakitan bila diingat kembali. Dan disaat semua sudah mulai berubah, disaat 'nyam...