ArVi 12.

9.8K 651 4
                                    

Seperti biasa...
Jangan lupa untuk meninggalkan jejak sebelum/sesudah membaca.

Hope you enjoy this part.

•°•°•°•

Arland menghela napas kasar. Begitu banyak permasalahan yang sedang dihadapinya, membuatnya harus tegar dalam menghadapi itu semua.

Arland kembali mengerjakan tugasnya yang masih bertumpuk di atas meja rooftop. Ya, dia sedang berada di rooftop sekolah. Menenangkan pikiran dan ingin melupakan permasalahan yang dihadapinya untuk sementara.

Pintu rooftop terbuka, menampakkan Bian, Rio dan juga Bani.

Mereka bertiga menghampiri Arland yang sedang bergulat dengan tugas yang berada dihadapannya saat ini. Fabian menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Arland yang mendadak aneh seperti ini. Sedangkan Rio dan Bani hanya menatap Arland cengo, karena terkejut dengan perubahan Arland.

"Nih Land."Bani menyodorkan tape recorder yang dipakai untuk merekam pengakuan Tasya tadi.

Arland menerimanya dan menyimpannya ke dalam tasnya. "Thanks."ucapnya singkat, lalu kembali melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda.

Bani menghela napas pelan. "Land, lo kenapa sih?"tanyanya bingung. "Gue gak kenapa-napa kok,"balas Arland.

" Bohong. Gue tau lo lagi kenapa-napa, cerita Land. Apa gunanya kami jadi sahabat lo, kalo lo gak mau berbagi sama kita,"protes Bani yang diikuti anggukan dari Bian dan Rio.

"Gue..."Arland menghela napas kasar. "Gue gak kenapa-napa. Kalian gak usah khawatir gitu."

"Lo gak kenapa-napa? Trus, tugas sebanyak ini lo kerjain semua itu berarti lo lagi ada masalah Land."kali ini Rio yang angkat bicara. Dia tidak tahan melihat sahabatnya yang satu ini diam dengan segala masalah yang dia miliki. Malahan itu akan membuat masalahnya bertambah.

"Oh, gue tau..."Rio tersenyum sinis begitu mengetahui seseuatu.

"Lo gak di bolehin sama keluarganya Aravika untuk ngejenguk dia. Iyakan?"

Arland diam. Merasa bahwa pertanyaan rio tidak perlu dijawab. Karna, menurutnya setiap orang memiliki cerita yang tidak diceritakan pada seorangpun.

"Land, kita ini sahabat lo. Kita bukan orang yang cuma baru kenal lo. Kita itu udah sahabatan 5 tahun Land! Dan itu masih belum bisa ngebuat lo untuk terbuka sama kami?"teriak Rio emosi.

"Arland gue tau lo lagi menyibukkan diri untuk melupakan sesuatu. Dan sesuatu itu Aravika!"kali ini Bani yang berbicara. Berusaha untuk meredam emosi Rio yang mudah terpancing.

"Arland, kita cuma mau yang terbaik buat lo. Gue cabut dulu, mau bawa Rio daripada dia berantem lagi sama lo,"ucap Bani sambil menyeret Rio untuk keluar dari rooftop dan menyisakan Bian dan Arland. Dengan Bian yang menatap Arland.

"Land,"panggil Bian. Ini saatnya dia yang berbicara kepada Arland, tanpa emosi.

"Gue tau lo sayang sama dia, karna itu pertahanin dia kalau dia itu berharga buat lo. No matter it's hard, just stay with her. "

Arland masih diam, belum merespon Bian dan masih meresapi kata-kata Bian barusan.

"Tapi saat ini lo rindu dia. Dan menurut feeling gue, dia juga rindu sama lo."Arland tersentak, lalu menatap Bian yang tidak main-main dengan ucapannya tadi.

My Possessive BadboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang